Malam ini, wajah itu nampak begitu muram dan gelisah. Ia seolah ingin berteriak dan mengeluarkan rasanya dengan cara yang ia inginkan. Jika sanggup berlari dan berteriak di tempat atau bahkan di tebing yang bisa diraih, tentu akan ia lakukan saat ini. Sayangnya, saat ini ia seolah tak sanggup untuk berlari, bahkan ketika harus bangkit berdiri untuk bernafas pun, menjadi satu-satunya cara yang ia lakukan agar satu-satunya cara yang ia lakukan agar mampu keluar dari belenggu yang semakin menutupinya.
Malam semakin sunyi ketika ketika sebuah rasa tersayat sepi dalam keramaian. Ia memandangi sebuah halaman luas dengan rumput yang makin pudar dengan debu tanah, yang akhirnya membuat ia tersadar.
“Ah, ada yang tak biasa dalam diriku, batinnya.”
Seketika, sebuah moment kembali menyeruak ke dalam kalbu, saat di mana ia sudah mulai bangkit dalam keterpurukan.
Sebua periteringat pada sesuatu yang pernah menjadi bagian dalam perjalanan hidup ini, ketika sebuah keindahan nampak begitu nyata di hadapan mata, namun pada akhirnya harus disadari bahwa itu hanyalah sebuah kebodohan yang sia-sia. Bukan, bukan untuk disesali, semua itu hanya membuat rasa ini kembali terusik.