Beberapa hari ini aku mencoba berfikir, mencari ide dan gagasan yang akan aku tuliskan kali ini. Bagaimana mungkin aku dengan antusias mencoba melibatkan diri untuk ikut dalam tantangan yang sama sekali belum pernah aku coba, dimanapun. Hey, ini bukan sekedar ajakan tulisan biasa, semua sudah disesuaikan dengan alurnya, hingga kini segala pertanyaan muncul dalam pikiranku. “Apakah aku bisa? Apakah aku mampu?”. Ah, tak ada sesuatu yang tidak mungkin, bukankah selama ini aku memampukan diriku untuk melewati segala hal? Kali ini pun aku tetap akan mencobanya.
Adalah ketika seorang sahabat, menuliskan sebuah cerita dengan judul nama unik “Bukik…” nama apakah itu? Setelah kutelusuri, “oh, ternyata Bukik adalah nama seseorang”. Nama yang langsung mencuri perhatianku dengan keunikannya. Walau aku belum mengenalnya secara langsung, Mas “Bukik” lah yang telah mendobrak adrenalinku untuk menuliskan sebuah catatan kali ini.
Ini adalah tentang seorang wanita yang memasuki usia ke 31 di bulan Maret 2012, ia lahir dari keluarga sederhana. Namun dari kesederhanaan itu, ia memiliki pandangan yang luas tentang hidup, cita-citanya, termasuk dalam pencarian jati dirinya hingga sekarang. Terlalu berlebihan jika kukatakan bahwa ia adalah wanita pintar, karena dalam dunia pendidikan ia bukanlah seseorang yang selalu mendapat nilai A dalam setiap pelajaran sekolah hingga kuliah. Ia hanyalah seorang Pisces yang selalu memiliki keinginan untuk terus mencoba sesuatu yang baru, bahkan di luar keinginan standarnya. Yah, ia memang wanita penghayal, ia bisa sangat dengan kuat berusaha untuk bisa mewujudkan apa yang ia inginkan.
Tentang Nama
Mira Nurfahlia Sahid, itulah namaku. Nama yang diberikan oleh kedua orangtuaku. Mira sendiri dalam bahasa Inggris bisa menjadi “Miracle” yang artinya keajaiban. “Nur” adalah cahaya. “Fahlia” adalah pahala. Dan “Sahid” adalah gabungan dari nama kedua orangtuaku. Sa (saodah) Hid (Hidayat). Mamaku pernah berucap bahwa nama yang beliau berikan merupakan doa, kelak nama yang diberikan ini akan membawaku pada suatu kehidupan dengan penuh pahala, rejeki dan kenikmatan. Aamiin.
Selain nama resmi yang kusandang, tentu aku memiliki nama panggilan yang kusesuaikan dengan kenyamanan hatiku. Sejak SMP, aku selalu memberikan paraf di setiap tulisanku dengan nama “Ayank”, hmm… nama yang umum, bahkan terdengar manja. Tapi tidak apalah, aku berharap semua orang bisa memanggilku dengan nama “Kes Ayank an” (kesayangan). Dan ternyata itu berhasil, perlahan teman-temanku mulai memanggilku dengan nama “Ayank”, sungguh jauh dari nama asliku. Memasuki masa kuliah, “Blue Angel”menjadi pilihan nick name ku, jelas sekali… Aku menggemari warna biru saat itu. Namun nama Ayank masih tetap melekat pada diriku. Hingga akhirnya memasuki dunia kantor, panggilan “Ayank” memang tidak begitu banyak orang yang tau, jadi bisa kupastikan bila ada seseorang yang memanggil nama asliku (Mira) mereka adalah orang yang hadir dalam masa-masa setelah aku lulus kuliah. Tapi tidak sampai situ, karena sebagian dari mereka pun memiliki panggilan sendiri untukku. “Mirce”!! Nama yang paling mudah diingat sebagai bentuk pelesetan dari nama asliku. Sejauh ini aku tidak keberatan, toh aku pun nyaman dengan panggilan tersebut. Nama bagiku doa dan sebuah identitas diri, Berbahagialah kalian dengan nama indah yang kalian miliki.
Ayah Ibu Pahlawan dalam kehidupanku
Seperti kutuliskan dalam paragraph sebelumnya, nama kedua orangtuaku tercatat di bagian akhir namaku. Dengan begitu, bukan hanya nama mereka saja yang terukir dalam hati, namun kehadirannya selama ini mampu memberikan kekuatan padaku dalam segala suasana. Aku selalu teringat semasa kelas 1-3 SD, Ayahku selalu mengantarku ke sekolah dengan motornya. Kalian tau? Ayahku adalah seorang yang hebat, seorang yang di idolakan oleh teman-temanku. Mereka selalu senang ketika aku tiba di sekolah dengan Ayahku, mereka bilang “Papa kamu ganteng”. Yah, itu karena Papaku bergaya sangat cool, setelan sepatu boots, jaket kulit, kacamata rayban, praktis membuat teman-temanku sumringah dengan kehadirannya. Aku tersenyum jika mengingat itu.
Hingga aku memasuki usia remaja, aku termasuk anak perempuan yang tidak terlalu dekat dengan Ayah. Aku hanya bisa merasakan suasana hati Ayah dari alunan lagu-lagu yang beliau nyanyikan dengan gitarnya dalam keseharianku. Yah, Ayahku hebat. Bahkan dengan seorang Piyu pun, Ayahku masih lebih jago bermain gitar. Dari kebiasaan Ayah bermain gitarlah, sampai kini aku mengenal lagu-lagu lama di era 80an. Walau aku tidak terlalu dekat dengannya, kebiasaan beliau selalu aku ingat dalam segala suasana, Ayah mampu melantunkan lagu-lagu dengan suaranya yang merdu. Itulah sosok Ayah yang selalu kuingat sampai sekarang. Hingga menjelang masa pernikahanku…ada satu kejadian yang menimpa Ayahku.
Aku adalah anak bungsu dari 3 bersaudara, kakakku keduanya laki-laki. Jadi, ketika calon pendamping hidupku melamarku, Ayah lah yang berjuang sekuat tenaga untuk mempersiapkan kebutuhan financialnya. Aku sudah meminta untuk melaksanakan secara ijab qobul tanpa resepsi. Namun karena aku anak perempuan satu-satunya (bungsu), maka diadakanlah resepsi sederhana di rumah.
Dalam Perjalanan persiapan pernikahan, aku tidak begitu antusias. Bodohnya aku, aku tidak memikirkan segala perencanaan yang sedang disiapkan oleh kedua orangtuaku. Aku tidak tahu bahwa mereka tidak memiliki uang lebih untuk pernikahanku, bahkan aku tidak tahu Ayahku rela mengorbankan harga dirinya demi aku (anaknya) dengan meminta bantuan saudara agar terlaksana resepsi ini. Sampai dalam proses berkunjung dari satu rumah saudara ke saudara lainnya, Ayahku mengalami kecelakaan motor. Ya Allah… aku terkejut mendengarnya. Namun Allah memang selalu melindungi orang baik, Alhamdulillah Ayahku tidak mengalami luka serius. Tapi jika kubayangkan, bukan lecetnya saja yang membekas dalam pikiranku, namun perjuangannya demi aku. Ya Allah, ampuni aku selama ini yang telah berdosa pada orangtuaku. Ayahku…
Tak hanya sampai di Ayahku, Mama adalah seseorang yang menjadi sumber inspirasiku selama ini. Masih teringat ketika suatu malam aku berada dalam kebimbangan, kehampaan, keputusasaan ketika suatu masalah menghampiriku. Aku tak tau harus bicara pada siapa. Putus cinta saat itu bagiku terlalu menyakitkan. Karena aku telah berharap banyak dari kekasihku itu, seseorang yang kini menjadi suamiku. Di tengah malam yang mencekam hatiku saat itu, aku menagis sejadinya, aku tutup suara tangisanku dengan bantal. Namun karena tak kuasa menahan rasa sakit dan kecewa, aku menangis sejadinya, sampai akhirnya Mama masuk ke kamarku dan menghampiriku. Mama memelukku dengan erat, tak banyak yang diucapkan, Mama cukup tau agar sebisa mungkin aku bisa tenang dulu dalam tangisku yang deras.
Bagai pelukan seorang Bidadari, akupun akhirnya bisa menenangkan diri dan menceritakan semuanya pada Mama. Entah apa sebabnya, ceritaku tidak sampai di rasa sakit hatiku saja, aku mengemukakan semua hal yang telah aku lewati, termasuk dari sikap jahatku yang masih selalu melawan Mama dan Ayahku. Maafkan aku Ma…Pah
Aku dan kehidupanku
Memang, hidup tak pernah lepas dari setiap cobaan, kita diuji olehNya agar senantiasa kita terus belajar dan menjadi pribadi yang lebih baik. Dalam perjalanan hidupku selama kurun waktu 30 tahunan ini, aku telah melewati banyak hal, dan aku yakin akan selalu ada cerita dari setiap episodenya. Ada beberapa kejadian yang telah mengubah diriku, cara pandangaku dan kepribadianku. Tentunya untuk menjadi yang lebiih baik. Beberapa kali aku pernah merasa dilecehkan dalam suatu lingkungan, sungguh itu sangat menyakitkan bagiku. Bukan hanya sekali, tapi beberapa kali. Namun dengan begitu, aku bangkit. Aku mampu melewatinya dan aku berusaha sekuat tenaga untuk bisa lebih baik di lingkungan selanjutnya. Dan kamu tau? Aku cukup bisa membuktikannya pada mereka.
Aku mengerti, semua saling berinteraksi
Rasa sakit, senang ataupun duka akan selalu menjadi pembelajaran yang luarbiasa. Tentu karena di sini aku tidak merasa sendirian. Jika aku tak mampu akan diriku, aku bisa bersandar pada yang Kuasa untuk tetap membimbingku ke arah yang lebih baik. Terdengar standar, namun ini sudah kubuktikan setiap kali aku merasa terpuruk. Lalu ketika kita tak mampu berdiri sendiri, aku selalu yakin ada keluargaku, orangtuaku, suamiku dan anak-anakku kini yang mampu tetap memberikan kekuatan agar senatiasa tiang yang kubangun ini tetap kokoh. Begitupun dengan hadirnya kalian dalam kehidupanku, teman, sahabat.. selalu akan ada pembelajaran dari setiap kisah dan cerita antara kita. Karena kita memang ditakdirkan untuk hidup bersosialisasi, berinteraksi satu sama lain, seperti kesatuan dalam sebuah kekuatan Bhineka Tunggal Ika.
Inilah aku…“Bintang Terbang yang tak Sempurna”.
Sekalipun aku tak dipandang orang, aku tetap bisa memberikan sinar dan keindahan dengan segala lebih kurangku.
18 tahun yang akan Datang
Aku tak bisa menebaknya. Namun jika Tuhan menghendaki, Kelak di tahun 2030 nanti aku bisa menjadi seseorang, yang telah menggenggam duniaku dengan cara pandangaku sendiri. Tak ada lagi kemunafikan, tak ada lagi permusuhan, tak ada lagi kekerasan, seperti yang kulihat saat ini, khususnya di negaraku. Kelak semua orang akan saling menyayangi, memberikan kasih sayangnya tanpa syarat dan mampu menjadi diri sendiri dengan semua imajinasi positif dalam dirinya. Jujur dan ikhlas… akan menjadi kekuatan yang dahsyat untuk tetap bertahan hidup.
Tanda Diri
Seperti Indahnya bintang dalam kegelapan. Aku akan ungkapkan semuanya dalam tanda diriku untuk menjadi “Bintang Terbang yang Tak Sempurna”.
Kucukupkan kebodohanku
Jika ada hal yang bisa kunikmati, tak jarang ada pula hal yang sering menyebabkan aku tersipu dengan kebodohanku. Sisi sensitivitasku mampu membuatku ceroboh dalam berkata ataupun bertindak. Namun dengan begitu, tak jarang aku selalu menegur diriku sendiri agar tak luput dalam kebodohanku yang lalu. Inilah kehidupan, terus menghantarkanku dalam pelajaran dan makna hidup yang tak henti-hentinya. Aku merasa, Aku melihat, Aku belajar. Karena Aku, adalah Aku… seorang pembelajar hidup, walau ku tau.. aku tak pernah menjadi sempurna dalam kehidupanku.
Tulisan ini diikutkan dalam ““Rubrik Kolaborasi Bukik Bertanya”
“Tetaplah Menulis Maka Kamu akan tau Siapa Dirimu”
Sang Cerpenis bercerita says
oh anak bungsu toh. hmm.jadi kenal Mira lebih jauh nih. tapi kok blognya gak dinamai blue angel aja?
Sary says
akhirnya bisa menyelesaikan juga.. kersa banget ya prosesnya, seperti kata mas bukik? hehehe..
ternyata kita samaan ultahnya, Maret. tapi tuaan gue hahahaha..
bravo, mira. keren! 🙂
Honeylizious Rohani Syawaliah says
wah ikutan juga 😀
umminyafardais says
alhamdulillah…ngeliat postingan mba mira di timeline @bukik…lgs mluncur ke sini…lgs ngacung bny thumbs 🙂
umminyafardais says
alhamdulillah…ngeliat postingan mba mira di timeline @bukik…lgs mluncur ke sini…lgs ngacung bny thumbs 🙂
alaika abdullah says
oh jadi bukik itu nama orang toh… aku sempat baca judul ‘…..bukik…’ di blog seorang teman, tapi belum sempat meluncur kesana… ic..ic… rupanya begitu toh…
wah jadi tau deh sejarah embel-embel ayank di namamu Ra…. 🙂 dan jadi lebih mengenalmu lho…
btw, cara penulisanmu makin keren lho… beneran! keep posting sist, I like your writing style.
sukses yaaaa…:)
Lyliana Thia says
Nama Blue Angel itu keren loh Mir… 😉
qta sama2 3 bersaudara ya, dan saudara kandung semua cowok… bedanya aku si sulung nih.. hehehe..
jd lebih mengenal Mira,… and yah penuturannya rapih banget Mir.. sukses ya.. ^_^
Insan Robbani says
Mira Nurfahlia Sahid….
nama yang cantik… secantik putrinya…
wkwkwkwkwk… mamanya udah ada yg bilang cantik…
kalo misalkan saya boleh kasih nama…
akan saya kasih nama Mira Wijaya…
pasti udh tau alasannya…
@yankmira says
@Mba Fanny : yes mba, aku bungsu nih. kenapa ga blue angel, because I’am a purple now, qiqiqi *labil
@Sary : banget mba, prosesnya menyenangkan. semua malah mengalir gitu aja. thanks for support me
@Honey : iya Hun, ikutan demi bisa “menulis”
@Umminyafardais : makasih banyak Ummi, semoga bisa diterima
@Alaika : wah mba alaikan ini, bikin hidungku kembang kempis. ini juga terinspirasi cepernnya mba alaika. semoga aku bisa konsisten ya mba
@Lyliana Thia : alhamdulillah, makasih banyak Thia, Thia baeeek banget.
@Insan : emmm… hihihi, makasih Mas . jiyaah, yayaya, boleh deh Mira wijaya. Ay now what the reason. cmiw
Hana Ester says
kakak???
Bahasanya bisa jadi sekeren ini apakah karna tuntutan give way???
Hhahahhha… *Pisss kaka*
Suka deh ceritanya namanya,..
Mama Olive says
Ayank,kurindu kamu ingin mencium kening kamu..
Ayank..loh..malahan nyanyi dbagindas..
Pokoknya jadi lebih tau tentang ayank mira deh..
jadi kapan nih ke bandung koling2 ya..
@yankmira says
@Hana : aaah tidak tidak, ini bukan Give away darlink. tulisan ini dibuat dengan proses, dan aku menikmati prosesnya, seperti yang dikemukakan sang pengajak kolaborasi. prosesnya luarbiasa, nikmat. Maka jadilah postingan ini. ayo cobaa 😀
@Mama Olive : hihihih, nanti bakalan lebih tau begitu ketemuan, Insya Allah aku akan kolling kalau ke bandung 😀
Lita Uditomo says
subhanallah…keren banget tulisannya, mba…
jadi penasaran sama yg disebut2 ‘proses’ itu..:)
btw, sesama pisces..toss ! 😀
Andro Medha Wicaksono says
assalamu’alaikum ummi Ayank… alhamdulillaah bisa kenal umi dari Bukik Bertanya…
waduuuhh ndag papa to dapat panggilan baru umi hahahaha
salam kenal dan love smile
Faril says
Anak perempuan satu-satunya di dalam keluarga, pasti orangtua akan berusaha sekuat tenaga untuk pernikahannya, tak seperti kedua kakak lelaki…
Semoga meski tak terbang dengan sempurna, tapi sang Bintang dapat menerangi sekitarnya dengan cahaya yang begitu menawan dan indahnya..
Salam
Anggie...mamAthar says
Jadi tambah mengenalmu Mir… (aku tetep panggil Mir aja yaa..).. n suka bgt ma tulisanmu..
Seagate says
bagus mbak tulisannya, saya jadi pingin nyoba nih hehe..
“Karena Aku, adalah Aku… seorang pembelajar hidup, walau ku tau.. aku tak pernah menjadi sempurna dalam kehidupanku” like this mbak
memang no body is perfect, tapi yang penting kita tetap berusaha untuk menjadi yang lebih baik dari waktu ke waktu
Ririe Khayan says
Awal baca kata ‘bukik’ yg spontan melintas adalah nama salah tokoh dalam serial hongkong yang bergenre silat itu..thio bugie (lupa nulisnya gimana, yg akrab di telinga saya sih ‘bukik’)…
Nah begitu membaca uraiannya, MasyaAllah demikian kronologis yang bersinar bagai bintang, runut dan terinci dengan keindahan literasi. Kalau saya ikutan kayaknya gak bakalan bisa mengulas ttg diri saya dengan demikian teraturnya…yg ada kacau balau..loncat sana.sini deh..
Semoga bisa menjadi bintang yang bersinanr dengan penuh kemilauan ya Mbak:)
@yankmira says
@Lita Uditomo : makasih Mba Lita, mba juga lebih keren tulisannya. coba aja ikutan mba biar merasakan prosesnya
@Andro : wa’alaikum salam wr wb. wah asik nambah temen lagi nih, makasih sudah berkunjung yaaa
@Faril : Aamiin, Insya Allah, makasih faril, sukses juga, dan selamat berkarya dalam dunia setelah lulus yaa
@Anggie : yeah, this is me nggie.. makasih yaa
@Seagate : aduh masih belajar ko Mas, makasih yaa. ayoo ikutan
@Ririe : wah ririe merendah nih. tulisanmu jauh lebih rapi dariku Rie, aku banyak belajr dari blogmu juga. makasih yaa. Aamiin atas doanya
Bunda Kanaya says
ooh mba mirce…. akupun dikantor dipanggil rince… cerita yg rapi dan terstruktur… harus banyak begguru sama mba mira niy
Sarah says
karena manusia ga ada yg sempurna ya mbak 🙂 nicepost
@yankmira says
@Bunda Kanaya : wah, mirip yaa. emang nama bunda aselinya siapa ? Rince, berarti ririn yaa *soktau ckckckc
@Sarah : betl, makasih sarah
Rusa says
Owalahhh Ayank itu nama panggilan? kirain maknanya sayang 😀
BTW melihat judulnya seperti sudah keracunan Pak Bukik ya 😀
Mirip-mirip dengan judul-judul Bukik Bertanya-nya Pak Bukik lainnya 😀
AstyNNS says
Tulisannya bagus banget, menyentuh, udah cocok jadi penulis.
retma-haripahargio says
Pisces? sama dong kitaa.. bedanya bulan kelahiran diambil jadi namaku. Hahaha. Sampe-sampe temen kantor suka tereak: Retma adalaaaah… orang yang lahir di bulan Maret. :p
elsenovi says
lho??31 tahun??…kirain suwit sepentin *clink
ke2nai says
bagus tulisannya mbak.. btw, tulisan sy yg ni msh nyangkut di draft aja.. gak tau deh bakal di publish atau enggak.. haha..
Kristin Or Ichien says
ihhhhh kerennn mba, tutur bahasanya bagus banget. jd malu nih…hihihihi
@yankmira says
@Rusa : iya rusa.. soal keracunan Mas Bukik, belom juga, karena ini tulisan perdanaku dalam kolaborasi bukik 🙂
@Retma : wah, aku baru ngeh to mba kalau Retma itu kebalikan dari Maret, hihihi. sama-sama pisces kita yaa
@Elsenovi : emm iya kaka…wah yg bener nih, bukan kebalikannya kan?
@Ke2nai :makasih mba, ayoo segera selesaikan juga, masih ada waktu sampe besok mba chi
@Kristin : wah, masih biasa aja ko mba tulisannya. eniwey makasih 🙂
dmilano says
Saleum,
Aku juga penggemar warna biru, dimasa muda dulu aklu pernah bikin nickname dengan “Laoetbiroe”.
kakaakin says
Yup… tiada manusia yang dapat mencapai predikat sempurna, kecuali Rasulullah SAW.
Mari kita terus berusaha memperbaiki diri… 🙂
mimi RaDiAl says
“ayank” kini aku makin mengenal lbh dekat ttgmu, semoga cita2 tergapai ya sayang…kebahagiaan dan sukses itu pasti utk mu.*ngelapingus
sukses jg GA nya
Faril says
Kog tau saya barusan lulus,mbak?
7 taman langit says
Saya jadi tahu sedikit tentang Mbak Mira. he he
isma says
jadi tahu asal-muasal nama ayank nih, nggaklah kalo kedengaran manja, ayank menurutku panggilan yg cantik …
kira says
jadi lebih mengenal ma mbak ayank..mira. hehehe 🙂
Nia Angga says
baguussss…
like this banget
aku belajar banyak darimu 🙂
semoga aku akan terus bersemangat untuk menjadi pembelajar. amien
jay boana says
wah membacanya, jadi semangat untuk melawan dunia kekurangan nh saya, trmksaih bunda saalam kenal yah
Susi Ernawati Susindra says
Luar biasa sekali, mbak. Saya salut dengan cara pandang mbak Ayank Mira.
Salam kenal, ya… Terima kasih untuk energi positifnya di blog saya yg sederhana.