Oke, entah apa maksud dari Judul yang saya tulis kali ini. Yang pasti, sebelum menuliskan postingan ini, saya sempat bertanya melalui linimasa, kira-kira inspirasi apa yang bisa dituliskan saat ini? Jujur saja, sejak memiliki pekerjaan baru 1 bulan ini, saya seolah kehilangan me time saya. Bahkan untuk sekedar blog walking saja, saya harus benar-benar berusaha menimbulkan kembali passion itu. Yayaya… saya tau banget, waktu tidak boleh saya salahkan jika akhirnya pekerjaan saya seperti lebih banyak menyita waktu saya untuk blogging, semua itu murni karena time management saya yang buruk, saya sadar betul. Tapi, setidakanya, saya berusaha untuk terus mengelolanya dengan baik, meski dalam segala keterbatasan. Everytime is learning, kan?
Bicara soal pebelajaran hidup, alhamdulillah saya mendapatkan pelajaran yang luarbiasa yang datang dari sudut luar sana. Dan saya sangat bersyukur atas semua itu. Sadar atau tidak, akhirnya saya lebih memilih untuk intropeksi pada diri sendiri daripada saya harus memaksakan ego dan kehendak saya. Meski belum menekanknya hingga habis, lagi-lagi saya bersyukur, bahwa rem dalam diri saya masih cukup kuat menahan laju rasa yang bisa saja mengakibatkan sesuatu yang kurang baik dan akhirnya memengaruhi kondisi diri, termasuk hati dan perasaan. “Ah teori aja nih, Mira.” Hihihi, we (I) can’t please anyone. Jadi, monggo dibuat nyamannya sendiri saja lah ya.
Tapi, sebetulnya, bukan soal itu yang ingin saya tuliskan kali ini. Dan ini bukan tentang saya, hanya sekilas inspirasi yang datang dari seorang kawan, yang mungkin saja sedang merasakan resah dalam hatinya, diantara cinta yang sedang dia pupuk…
Tuhan memang bijaksana, DIA menempatkan cinta dalam setiap hati manusia secara indah. Bahkan ketika cinta itu terungkap pada orang lain, Tuhan masih tetap memberikan ujianNYA dan mengukur sebesar apa cinta yang kita miliki. Hingga akhirnya cinta tersebut benar-benar bermuara pada tempat yang seharusnya berada. Lalu, bagaimana jika cinta dihadirkan tidak sesuai dengan harapan kita? Misal : terpisah jauh dengan orang yang kita cintai (LDR), atau ketika di mana cinta harus sangat dipertaruhkan tanpa pamrih apapun, atau… ketika kondisi yang membuat kita tidak nyaman dan akhirnya, untuk apa kita bertahan atas nama cinta jika semua itu tak bisa memenuhi harapan dan keinginan kita?! Nah…!
Sebagai manusia dengan segala keegoisan, tentulah hal tersebut bisa saja terjadi pada setiap orang, seribu tanya akan selalu memenuhi ruang pikiran kita. “Kalau cinta, kan, harusnya begini. Kalau cinta, kan, harusnya begitu.” Dan lebih banyak lagi ekspektasi negatif yang kita utarakan demi menyempurnakan sebuah dawai cinta. Namun, sebelum kita berusaha menyempurnakan segala sesuatunya atas nama cinta, sudahkah kita memahami cinta yang Tuhan titipkan untuk kita? Benarkah semua yang kita lakukan demi cinta dan pengharapan lainnya atas nama cinta sudah mendapatkan sertifikat “Cinta Berkah” dariNYA? Ini yang selalu hampir kita lupakan. Seringkali kita lebih banyak menuntut ini itu, membenarkan segala ekspektasi kita secara berlebihan. Jika sudah begitu, wajar kalau pada akhirnya, hanya keresahan yang ada dalam cinta tersebut.
Sekarang, kenapa kita tidak coba menerima dulu semua yang Tuhan titipkan pada kita. Memiliki rasa cinta yang tulus saja, belum tentu semua orang mampu melakukannya. Lalu, kenapa lagi-lagi kita menyalahkan keadaan? Muara cinta yang sebenarnya adalah ketika kita mampu merasakan cinta hingga diafragma napas kita, bahkan aromanya begitu tenang kita hirup, meski orang lain tak mengetahuinya. Itulah cinta yang sebenarnya cinta. Cinta yang berlandaskan atas dan karena Sang pemilik Cinta, Allah Swt. Insya Allah, cukup meyakini dan tetap berikhtiar padaNYA, maka kita tak perlu resah dengan cinta yang kita miliki. Meski orang yang kita sayangi tak berada dekat dengan kita saat ini, yakinlah bahwa Allah Swt selalu punya rencana terbaik bagi kita. Kita hanya perlu Accepting, believe & keep trying. Allah is always by your side. Aamiin.
Image : google |
Susi Susindra says
Cinta sih… tapi kalo LDR ya maturnuwun… moga tidak dekat2 saya. Ga tahan rindunya. Ga bisa menutupi perasaan hampa seperti menangkap angin. #Egois.
Indah Juli says
Saat aku memutuskan berhenti bekerja, seorang sahabat berkata, kalau menjadi freelancer itu lebih susah dibanding kerjaan tetap, karena terkendala time management. Dia butuh waktu 3 tahun untuk menyesuaikan ritme kerja yang benar, dan aku? Masih berantakan sampai sekarang, walau masih terus berupaya agar berjalan lancar, pertama ya karena aku cinta dengan pekerjaan yangs sekarang ini 😀
Mencintai pekerjaan, salah satu hal penting, sehingga kita merasa nyaman saat melakukannya.
Eh apa hubungannya sama postinganmu, mbuh lah :v
kacamatamia says
Kadang kita menilai cinta itu dari ekspektasi kita aja ya. Kayak saya waktu kecil pengen dibeliin jam tangan trus mikir ortu gasayang sama saya karena ga dikasih. Hahaha… harusnya kita udah ga gitu lagi karena udah bukan anak kecil lagi. Doh, pagi2 tulisannya udah bikin mata saya on mba Mira 😀
zaffara says
Cinta kalau tak bersanding dengan ketulusan ya susah ya mbak. Krn cinta menginginkan selalu perjumpaan, kedekatan, dan hal2 indah lainnya. Tapi krn hidup mmg tak hanya satu sisi, disinilah ujiannya. Jadi, Cinta sih, tapi kita harus sabar ya hehehe
puteriamirillis says
Mncoba mencintai semua, ya pasangan, anak2, pekerjaan, sebab tanpa cinta apalah arti hidup ini, halah…:P
btw mbak, karena cinta pula aku akhirnya memilihmu mendapatkan award dariku, di tengok ya mbak…http://puteriamirillis.blogspot.com/2013/08/liebster-award-discover-new-blog.html
Lidya - Mama Cal-Vin says
pekerjaan baru maksudnya bekerja lagi ?
Sumarti Saelan says
Cinta…oh Cinta 🙂
Niken Kusumowardhani says
Mensyukuri akan cinta yang datang pada kita. Menempatkannya pada posisi yang seharusnya.
Mak Mira dan tulisan tentang cinta… indah sekali 🙂
Agustina Purwantini Soebachman says
duhhh… cinta…aku pun lg puyeng karena cinta..wkwkwk…