Gue lebih senang kelihatan jelek
Gue lebih senang kelihatan jahat
Gue lebih senang keliahatan buruk
Gue lebih senang kelihatan acak-acakan
Gue lebih senang… ya kaya gini ini.
Begitu kata salah seorang teman yang saat ini sedang menjadi partner saya di salah komunitas. Well, sempat juga sih, saya merasa bahwa, ni orang aneh ya, keukeuhnya minta ampun. Kenal saja masih baru, udah celetak celetuk aja. Bahkan saat pertama dikenalin saja, bahasanya udah “lo – gue.” Hidih. Tapi untungnya eke langsung bisa menyesuaikan lah ya. Ngapain juga diambil hati, buang-buang energy ajah. Terlebih lagi, doi orang tua, jadi kudu hormat, ckckck *Ditabok
Membuka dan menambah teman baru, buat saya adalah sesuatu hal yang selalu menyenangkan. Apalagi orang tersebut bisa dimanfaatkan. *lho. Iya, maksudnya, kalau dia expert dalam bidang tertentu, ya mending gue manfaatin ilmunya, toh. Apalagi temen saya yang satu ini royal banget (bagi ilmu) kayanya. Karena katanya dia sudah dapat hidayah panggilan, maka di usianya saat ini doi pengen banyak berbagi, termasuk berbagi ilmu dan pengalaman di bidang yang selama ini telah menjadi passion yang related dengan kerjaannya.
Jadi begini…
Dalam sebuah komunitas atau pekerjaan, setiap dari kita pasti punya langkah awal yang berbeda-beda. Contoh, ketika saya memulai buka toko online di MeeraOStore , saya langsung mikir, pokoknya saya pengen punya web yang bagus, yang kekinian. Terus saya juga punya standar khusus untuk packaging dan lainnya. Pokoknya di awal saya harus tampil oke, kece! Setidaknya begitulah mimpi saya. Tapi kemudian, ketika saya ngobrol sama teman yang usianya nggak mau dipautkan jauh dengan saya ini, saya merasa sedikit monohok. Karena bagi sebagian orang, termasuk teman saya ini, keren di awal itu kurang efektif. Atau bahkan justru malah bisa bikin mandeg di tengah jalan, karena semangatnya habis di awal. “Gue sih lebih milih action aja dulu seadanya, nggak perlu mikir semua harus perfect. Ntar sambil jalan dibenahi.” Gitu katanya. Lho, tapi kan, kalau keren di awal akan jadi love at first sight, pikir saya. “Iya, tapi kemudian ketika lo sampai nggak jalan atau malah berhenti di tengah jalan, lo mau apa dengan ke-keren-an lo di awal tadi?!” Bhik. *Keselek jeruk asem*
Suka atau tidak, orang-orang seperti saya ini pasti punya alasan dan pembenaran sendiri kan, tentang apa yang dipilihnya. Tapi justru, dengan begitupun sebaiknya kita tidak menutup diri untuk menerima segala masukan, terlebih lagi dari seseorang yang memang sudah lebih pengalaman dari kita. Supaya apa, supaya bisa dikombinasikan dengan maunya kita, sehingga apa yang kita cita-citakan bisa terwujud, meskipun tetap nggak akan sempurna.
Dalam dunia bisnis, yang paling penting ternyata, bukan sekedar packaging saja yang harus diperhatkan. Tapi juga value dari produk yang kita tawarkan, serta manfaat adanya toko (bisnis) atau hal yang kita berikan kepada orang lain. Kalau bicara casing, pasti lah akan jadi love at first sight. Cuma ya itu tadi, fokus nya gimana. Apakah sudah benar-benar siap mental dan yakin bahwa bisnis ini harus terus dijalani? Jangan-jangan cuma hore-hore saja biar ikut kekinian. *kaya saya sik, hahaha.* Tapi, selama kemauan itu masih ada dalam diri, mau mencoba untuk memulai sesuatu, setidaknya itulah yang menjadi modal utama. Banyak kok dari teman-teman wiraswasta yang menjalankan jatuh bangun bisnis lebih dari sekali. Yang penting, coba dulu, coba lagi dan coba terus. Sederhana, tapi memang seperti itu prosesnya, kan?
Nah, bagaimana dengan teman-teman? Termasuk tipe yang manakah kalian dalam memulai bisnis atau hal lainnya? Love at firsht sight atau ta’aruf dulu alias mencoba dulu sambil jalan? Alasannya apa? Share dong, biar bisa nambah wawasan dan pandangan lain.
Haya says
Wahhh saya kayaknya masuk ke yang ‘pingin perfect dan mengerahkan sekuat tenaga utk tampil maksimal di awal’ . Tapi emang iya sihh untuk tetap lanjut dan tidak berhenti di jalan harus punya tenaga dan tekad tidak sekedar ‘pingin keren’ terus.. Mungkin ini nggak cuma untuk diterapkan di bisnis ya mak? Di konsisten menulis bisa juga kali ya ^^
Oline says
Gak sih. Aku gak pernah punya keinginan toko saya nanti begini, begitu. Yang aku mikir cuma strategi plan ke depan aja sih. Intinya action dulu baru pembenahan dan perbaikan penampilan pelan2. Yang penting punya modal dulu buat jalan 🙂
diba says
Mencerahkan sekali Mak. Bagus ni buat bahan diskusiku n suami..secara maju mundur cantik mlulu mau bisnis. Haha..
Rahmi says
Aku termasuk yang kebanyakan muikirnya mak, pengen perfect dulu, kemudian ngga jalan2 hahahaha. Tapi dikit2 berusaha aku rubah, jalani apa adanya dulu, learning by doing. Sesuatu menjadi sempurna karena proses 😉
dewi says
kalo toko online mending fokus ke barang yang akan dijual plus sistem pengirimannya, karena itu yang akan menghasilkan duit. yang lain pelan-pelan disesuaikan. sukses ya mak dengan toko onlinenya
Nadia Khaerunnisa says
Kayaknya saya sama kayak Makpon, lebih mikirin konsep dulu daripada jalannya hehe Sedangkan suami lebih ke jalan aja dulu, mulai langsung sambil benahi. Tapi kadang emang bener sih, kalo kita terus menyempurnakan, kapan mau mulai hihi
roswitha jassin says
Hai mak pon..kalau aku ikut yg love at first sight hehehe pengen kece di awal terus makin kece ke depannya *maunya amiinn ^^
ato sunarto says
Kalo saya pakai jurus APH, Action Pikir Hitung. Jadi action dulu aja, mikir dan ngitungnya belakangan. Biar berani action dan meminimalkan resiko, mulailah seadanya.
Mulai dari potensi yg ada, kembangkan dan nikmati prosesnya karena kesuksesan perlu proses dan waktu.
Action tanpa pengetahuan memang mengandung resiko tapi pengetahuan tanpa action tidak berguna.
Selamat memulai….
sita says
Ikut nyimak…. Mak mira…. Ni aku belum terlalu berpengalaman…tp ada benernya juga kalo action dulu, apa adanya yang penting promosi sllu perlu diunggulkan…
Ida Tahmidah says
Klo sy yg udah2…perfect dulu..haha…tp sptt itu mmg susah memulai..^_^
Tanti Amelia says
Aku sih ga terlalu mikirin ke depannya, secara aku ga pingin buka online store *ditabokin*
echaimutenan says
aku mah…. apa adanyaaaa aja xD ga harus perfect mau ngapa2in asal bikin yang sesuai aku g dipaksa dan maksain ^^
ini aku tau yg org tua… xD makpuh bukaan
handdriati says
saya jadi merasa kecolek mba hehe…
saya juga termasuk yg suka mikirin konsep ini itu di awal pokoknya harus bagus kece rapi dll, tapi ketika dijalanin gak sesuai kita mau apa?huhuhu…
saya pernah buka OS juga, ya lumayan kerenlah diawal *PEDE kebangetan* tapi saya memutuskan untuk off…terus saya mau apakan itu kekerenan OS saya yang diawal? *kecolek kan saya jadinya ma artikel ini* hahha…
Rani Yulianty says
Tadinya saya masuk ke kategori yg pengen perfect, tp seiring berjalan waktu, jalanin aja dulu, deh, kerjain dulu bisnisnya
Hilda Ikka says
Kalau aku sih kayaknya suka sambil jalan Mbak. Soalnya daku perfeksionis, kalo ngarep perfect di awal malah gak jalan-jalan 😀
Emi Afrilia says
Kalo saya yang penting action dulu. Kalo banyak perencanaan dan perhitungan nanti ga pernah action. Sambil jalan, baru deh beneri yang dirasa kurang sempurna
Uniek Kaswarganti says
Duh mau jawab apa yaaaa….secara aku ini orangnya ga bisa ngonsep. Semua2 ngalir ajah *berpikir keras, sekeras akik
Lidya says
kalau aku yang udah takut duluan 🙂
Idah Ceris says
Maksimal di awal. Pokoknya kalau belum greng semua, ngga boleh dipublikasikan dolooo. Hahaha
Btw, maksimal di awal juga bikin tambah semangat kerja. Menurut Gue, sih. Bhahhaa
evrinasp says
saya termasuk yang mencoba dulu mak pon, alasannya karena gak mau ambil resiko hehe, mau mengikuti permintaan pasar dulu sambil meningkatkan kulitas serta pelayanan, kalo terlalu perfect diawal nanti saya kecapean sendiri mak pon
makruf says
Boleh juga nih postingan, bahasanya renyah, enak dibaca. Saya menulis seperti ini ga bisa,.. tulisan saya saklek alias kaku.. hehe. *satu nilai lebih bagi blog ini.
Oh iya, kalau saya boleh memilih saya setuju dengan mbak dan dia (yang di-idih-in) dalam postingan ini. “Idih…”, kata-kata ini membuat saya tersenyum.. apa sebenarnya makna di balik itu? hehe. Kembali fokus, setuju dengan mbak berarti perencanaan yang baik, awal yang baik katanya adalah setengah perjalanan. Sedangkan sosok yang di-idih-in sama mbak, kelebihannya adlah “action”, tapi barangkali dia kurang smart-work, asal kerja.. barangkali ya…
Dewi Rieka says
kalau aku ngelapak, yang penting jalan dulu, bismillah..dari blog gratisan akhirnya pake dotkom biar kekinian blog lapaknya hehehe…sekarang dijalankan tapi dengan santai mak, karena aku nulis juga 🙂
aya says
Kalo saya sih, taaruf dulu sambil jalan. Kalo berjodoh yah nikah. *OOT
Yang penting doa usaha, kuncinya di situ. Hihihi
Nice! ^ ^
diba says
Setelah resign ini baru sadar bahwa nge’bonek’ itu perlu biar dapur ngebul, haha. Dan sekarang makin percaya kalau Allah kasih sesuai yang kita usahain. Planning memang penting banget, tapi kalau nunggu planningnya benar-benar sempurna ya gak jalan2 deh..
Nefertite Fatriyanti says
Pernah memiliki usaha, akrena kondisi mengharuskan. Hidup sendirian, jika tak memulai usaha tak makan, hehehe
cumilebay.com says
Aku malah ngak perna berkunjung ke toko online hahaha #NgakDemenBelanja
vie says
Yg penting action dlu soal berhasil atau gagal Allah yg mnentukan, toh kalau blom dilakukan kita gk tau hasilnya, sambil jalan, sambil belajar lg gmna caranya action kita diawal bisa berkembang lg., soal gagal itu bisa namanya juga usaha pasti butuh proses., yg paling dijaga adalah kejujuran dan doa.
Gunawan says
Kereeeen…
Erlina Ayu says
Kayak lagi ngaca, hihihi….
Ikut merasa tertohok deh, mak
noniq says
Saya termasuk orang yang banyak mikir #hix, jadi kayaknya mau ngikutin saran temen mbak Mira aja, yang penting action dulu, hahaha, sepanjang pengalaman kebanyakan mikir detail2 doank aslinya belum jalan hihihi…
isti thoriqi says
Saya selalu merencanakan segala sesuatunya, tapi trus entah kapan ngejalaninnya. Hiks….