Beberapa waktu belakangan ini, ada beberapa teman, baik teman lama ataupun teman saat ini, yang chat japri dengan saya. Bukan sekadar menanyakan kabar, tapi justru mereka menanyakan mengenai sebuah tema, yang sebetulnya saya juga enggan untuk membahasnya. Yaitu tentang perceraian…. “Haruskah bercerai?”
Mungkin karena saya pernah menuliskannya di blog, sehingga satu per satu teman-teman mengetahui kondisi saya, dan dilalahnya, sebagian dari teman-teman saya ada yang sedang menuju proses tersebut. Mereka kerap kali ingin bertanya mengenai proses perceraian, atau sekadar meminta insight akan langkah yang diambilnya (perceraian).
Kalau boleh jujur, sedih saya mendengarnya. Dan jika boleh saya sarankan pada mereka, lebih baik tak usah bercerai saja, karena buat saya, atau perempuan di mana pun, ini sungguhlah tidak mudah. Tapi bukan berarti saat ini saya tidak baik-baik saja, ya. Hanya saja, keputusan untuk menjadi ibu tunggal itu memang perlu dipikirkan matang-matang.
Saya tidak pernah menginginkan sebuah perceraian, tapi saat itu, meski saya bertahan sekuat tenaga, toh nyatanya saya sudah tidak diharapkan lagi. Pada akhirnya, saya pun memilih untuk menyetujui perceraian ini.
Bercerai: Lebih Baik?
Proses perceraian saya saat itu, Alhamdulillah, berjalan lancar. Total persidangan yang saya jalani sekitar 4x, dan sejak awal karena saya dan ayahnya anak-anak sudah sepakat, dan tidak ingin mempersulit, maka PA pun mengabulkan gugatan saya.
Alhamdulillah segalanya berjalan lancar. Meski sebetulnya keputusan ini berat sekali saat itu. Terlebih mengingat kedua anak saya yang masih kecil. Tapi toh nasi sudah menjadi bubur, saya harus kuat, dan harus siap menerima segala risikonya.
“Menurut Mba Mira, apa saya lebih baik bercerai saja?”
Sebuah pertanyaan yang tidak ingin saja jawab. Sungguh, mendengarnya saja hati saya sakit. Seolah film saya kembali berputar, dan membawa saya pada segala ketidaknyamanan terdahulu. Tapi kemudian saya sadar, itu sudah berlalu.
Dan ini sudah memasuki tahun kedua untuk saya. And see? Everything is ok.
Tapi tentu saja, saya selalu katakan, bahwa jika ingin bercerai, sebaiknya pikirkanlah dulu dengan matang, karena bercerai itu tidak seindah saat kamu dilamar. Yaiyyalah Mir. Proses cerainya saja membutuhkan waktu. Mulai dari mendaftarkan gugatan beserta bukti-buktinya, mediasi, sidang yang bisa berulang-ulang. Belum lagi tekanan psikis dari sana-sini. Ah, banyak deh pokoknya.
Dipastikan kita akan masuk dalam fase stres. Namun beruntung saat itu saya memiliki orang tua dan keluarga yang tidak melepaskan saya berjuang seorang diri. Dukungan dan doa mereka menguatkan saya. Meski hati saya tersayat sedemikian dalam.
Pertimbangkan Lagi
Jadi, buat teman-teman yang terpaksa memilih langkah ini, pastikan kalau kamu cukup punya dukungan dari keluarga atau sahabat dan teman-teman terdekatmu. Jangan pernah melakukan gugatan/proses perceraian seorang diri.
Dan selama proses perceraian, tetaplah bergaul, bertemu teman atau silaturahmi, karena hal ini bisa meminimalisasi stres.
Saya bisa memahami kondisi teman-teman yang memang sedang dalam proses menuju perceraian. Toh, jikapun dipertahankan, mungkin sudah sulit. Pasti segala cara untuk bertahan pun sudah dilakukan.
Pun jika harus berpura-pura bahagia, itu jauh lebih menyakitkan. Semua kembali ke diri sendiri saja. Tanyakan hatimu, tanyakan pada Sang Pemilik Semesta. Cukup kuatkah alasan untuk bercerai? Lakukan sholat istikharah. Insya Allah, Allah SWT memberikan jalan terbaiknya.
Yang perlu diwaspadai adalah usahakan tidak membuat keputusan bercerai dalam keadaan emosi. Minimal, lakukanlah saat kondisi pasangan sama-sama di fase netral, atau ketika salah satunya bisa membawa pada situasai yang lebih tenang. Nobody is perfect!
Kembali lagi, apakah harus bercerai?
Jawaban ini bisa didapatkan ketika kita sudah berkaca kembali ke diri sendiri, ketika sudah melakukan istikharah. Juga ketika sudah mediasi kedua belah pihak dan keluarga besar. Ketika sudah memberi jeda pada keduanya, pada nalar dan rasa keduanya. Pun sudah siap mental menerima dampak yang akan muncul, salah satunya saat sadar, bahwa finansial bisa jadi hanya terbuka dari satu pintu saja (yaitu kita sendiri). Ketika sudah siap bahwa belum semua orang bisa bersahabat dengan janda. Saat sudah siap mental, bahwa lo bakalan dibully soal status-status janda, dan masih banyak lagi.
Siapkan diri sebaik-baiknya. Dan mohon diingat, apa yang saya tuliskan ini murni hanyalah pandangan dan pengalaman saya saja. Karena saya yakin, setiap dari kita memiliki alasan masing-masing. Respect each others!
Namun, ada satu hal yang perlu diingat juga, bahwa setiap dari kita layak bahagia dengan caranya masing-masing.
Meski bercerai, toh kita tidak selamanya sendiri. Apalagi salah satu tujuan hidup kita pasti menginginkan kebahagiaan. Maka apa pun keputusannya, temukanlah kebahagiaan kita melebihi sebelumnya. Pun, tak perlu berpura-pura untuk berbahagia.
Maafkan diri sendiri, maafkan dia, dan berbahagialah., sebaik-baiknya.
Ganbatte !!! ? nice share mak.. Kesempurnaan hanya milik Tuhan..selallu bersyukur aja mengikutin jalanNya..insyaallah bahagia selalu menyertai ya ?
Aamiin mba
Pertanyaan paling malas direspons tp gak bs dihindari itu adalah “kenapa? ” apapun kondisinya pertanyaan itu selalu dtg dan kadang gak tepat waktunya. Membaca ini semoga gak ada yg bertanya kenapa ya mbak tp bagaimana mengatasinya dan menggambarkan bagaimana menjalaninya. Gak mudah pastinya menulis ini atau meladeni pertanyaan2. Keep strong!
Iya mba. Dan yang paling menyedihkan, status janda kerap kali jadi bercandaan yang enggak pada tempatnya
Kadang yg bikin ga bs bertahan itu jg uda saking kecentoknya. Nda mudah juga utk kembali. Tapi bener, semua tergantung pd diri kita sendiri. Baik2 ya makmir. Seterong buat diri sendiri, jg buat org lain itu bebannya dobel2.
Hehe iya maksih supportnya nengbiker
Maaaaak
Luar biasa tulisan ini
Semua orang berhak bahagi *hugs
Iya, bahagia dengan caranya masing2 ya
Semua orang berhak bahagia. Kata2 itu yg sering saya ucapkan utk menguatkan salah seorang kerabat yg pernikahannya di ujung tanduk.
Semoga saja ada jalan terbaim untuk mereka ya mba
Suka kalimat terakhirnya. Thanks for sharing Mba.
Sama2 Cici
Sebenarnya saya takut dengan “cerai”.
Takutnya bukan kepada diri saya, tetapi psikis anak saya dan pergaulannya. Tetapi, balik lagi ada Allah yang sudah megatur semuanya.
Baik-baik ya Mak.
Tetap semangat tebar manfaat.
Betul, suka atau tidak anak2 pasti terkena dampaknya. Tugas saya saat ini tentulah fokus akan hal ini, bagaimama supaya anak2 pun bisa melanjutkan hidup bersama2
somehow sedih bacanya.. walau saya lelaki.. :'(
semangat ya mbak..
Makasih mas Eko
Semoga selalu bahagia Mak Mir
*peluk
Aamiin Yra, makasih mak
Sedih bacanya… semoga Mbak Mira dan ibu tunggal lainnya diberi kekuatan dan kebahagiaan yang melebihi sebelumnya.
Aamiin Yra
mau peluk Mbak Mira…
Hehe sini-sini mba
perkara halal yg di benci Allah adalah perceraian
HR abu daud dan ibnu majah).namun ada dasar dasar yg membolehkan.
semoga Allah beri kita hati yg lapang.
Aamiin
Aamiin
Keep being strong makmir… And yes, everyone deserves to be happy ?
Seneng baca tulusan bijak ini, terlebih dari yg pernah mengalami jadi tau betul dampaknya….jadi bs memberikan gambaran n mempersiapkan mental bagi yg hrs bercerai….keep settong …:)
Hehe iya mak Ida, makasih
semoga semuanya baik2 aja kak. dan bila Allah menghendaki, kak Mira akan ketemu pasangan hidup yang sesungguhnya..
Aamii. YRA, Insya Allah segalanya baik kak Bud
salut dewh ama mak Mira yang keep strong menjalani hidup dan bahagia…
ga mudah memang menjalani hidup pasca perceraian, tapi perempuan ternyata diberi kekuatan “lebih” untuk menjalani. Ada temen sekantor yang menjadi Ibu tunggal karena harus berperai tapi tetap bisa menjalani hidupnya dengan bahagia dengan putri semata wayangnya.
Saya selalu salut dengan perempuan-perempuan “tangguh” dalam hidupnya.
Yup… kita perempuan bisa lebih kuat selama ia memampukan dirinya
Nice share Mbak, bikin aku terinspirasi dari cerita kamu. Selalu bahagia ya Mbak :*
Aamiin
Sharingnya selalu tenang meski untuk perkara yang sulit. Salut sama Mira yang bisa berdamai dengan kenyataan dan selalu positif thinking.
Keep strong ya Mak dan selalu menginspirasi.
Masih berproses terus mak 🙂
semoga Mira dan keluarga diberikan kekuatan untuk menjalaninya. Semua wanita itu kuat. Be happy for always ya Mira.
Ywe Insya Allah will do
Di sekitarku ada dua kenalan yang barusan cerai, dan dua-duanya kawin baru seumur jagung, pertanyaannya dibalik. Haruskah kawin?
Hehehe, pasti ada alasan untuk semua itu
…tadi sengaja gugling, terdampar ke sinii Mbaa.
Mak.. Sehatselalu,meski nggak mudah tapi tulisannya selalu inspiratif, calm ❤️ Tegar
Makasih ya Ucig
Kak Mira, makasih sharingnya, dulu waktu masih kecil sampai saya remaja; mama papa saya suka berantem dan sampai ngeri berentemnya dan sering saya sebagai anak bilang ” Ya udah cerai aja” anak umur 12 tahun bisa bilang begitu. saya sebagai anak bisa dikatakan trauma sampai dewasa karena kondisi keluarga bersyukurnya Tuhan Maha Pengasih memulihkan hati saya.
Saya pribadi setuju banget sama kak Mira, cara bahagia itu berbeda setiap individu dan dalam kasus tertentu perceraian bukanlah suatu aib bila toh berujung bahagia
Semangat selalu ya kak
Yes, will do Sari. Thanks yaa
Peluk Mira! Doaku untuk Mira dan anak-anak, semoga selalu dalam lindungan Allah SWT, selalu sehat dan bahagia.
Aamiin makasih Tika sayang
Aku cerai dr suami pertama mba. Waktu itu kita memang nikah muda. Tp awalnya krn toh ex suami udh mapan walo aku msh kuliah, kita pikir ya kenapa ga. Apalagi kita kenal udh lama banget sejak smp. Tapi stlah nikah aku dpt kesempatan utk kuliah di negara tetangga, dan dr situ ex mulai berubah. Jd kasar, super duper posesif, lgs meledak sampe ngeluarin kata2 makian kalo aku g bisa angkat telp ato lgs bls messagenya. Dituduh aku selingkuhlah dll. Pdhl aku sedang ujian, di kelas, ato sdg belajar demi bisa lulus tepat waktu.
Tp puncak semuanya waktu aku trima sms yg dia salah kirim, trnyata utk perempuan lain :D. Duuh awal2 sih sakit bgt yaaa.. Capek2 kuliah, dituduh selingkuh, trnyata kok ya malah dia yg main api. Prinsipku sih 1, kesalahan apapun dr suami aku bisa maafin, tp ga akan utk selingkuh mba. Walopun mngkin blm tahap serius, atooba2, sorry…. Ga ada ampun utk itu
Untungnya aku didukung ortu utk mantap bercerai. Proses ga lama.. Bersyukur kita g punya anak, jd lbh gampang. Tapiii seandainya punyapun, aku ttp akan cerai. Bahagia itu kan hak kita ya mba. Aku sih ga bakal bahagia lg dengan suami yg aku tau g bisa dipercaya :). Mending pisah
Terima kasih sudah sharing fanny. Semua hal yang terjadi, akan menjadi pembelajaran buat kita yaa
Big hug..kakaaaa?
sebenarnya Cerai itu yang paling saya takuti mak.. makasih share nya ya mak mira… semangat selalu!!!
laaaaffffssss tulisan ini! semoga angka perceraian keciiiil. Langgeng aja semuanya
Baca ini campur aduk kaya nano nano makmir… semoga bahagia selalu menyertaimu n anak2 mak say n smua Single Parent dimanapun berada… #perempuanituhebatdankeren
Dalam beberapa kasus, perceraian bisa jadi jalan terbaik juga sih Mak 🙂 Tapi, terus terang akupun miris, karena perceraian semakin banyak aja.
Aaaah jadi ikut sedih bacanya.
Semoga selalu dilimpahkan kesabaran, kekuatan dan semangat yang berlimpah sebagai single mother ya mbak.
Setuju, cuma kita sendiri yang bisa menjawab pertanyaan, ‘haruskah bercerai? ‘
Pernah mengalami juga, saat pernikahan di ujung tanduk.
Puji Tuhan, sudah me-restorasi pernikahan kami.
Sekarang kami, sudah melewati tahun ke 13 pernikahan.
Intinya, saya tidak ingin menghakimi teman yang mengambil jalur yang berbeda.
Karena semua orang berjalan dengan sepatu yang berbeda.
Hanya dia yang merasakannya.
Jadi, be gracious to other.
Thanks for sharing.
thanks for sharing mbak. artikelnya bagus sekali. kalau boleh saya share yaa. makasih
Kak Miraaa..
Haturnuhun sudah berbagi.
Tulisannya menguatkan banyak perempuan di luar sana yang mempertimbangkan pilihan yang bahkan tidak pernah dibayangkan sekalipun dalam kehidupan sebuah pernikahan.
I love yuuu, kaka.
Sama-sama, semoga tidak mengurangi niat untuk tetap melaksanakan ibadah pernikahan ya