Kalau ada sebuah pertanyaan yang datang pada kita, “Kok, kamu kelihatannya bahagia terus, ya?”. Jawaban apa yang akan teman-teman berikan? Memberi pembenaran atas pertanyaan tersebut, menyangkal, atau hanya tersenyum dengan sejuta misteri di dalamnya? Bisa jadi, ada yang berterus terang, namun nggak sedikit ada yang memilah-milah jawaban sebijak mungkin. Mungkin saja ada perasaan kita yang sedikit (*gengsi), tidak ingin terlihat menderita, bahkan ketika kenyataan hidup sudah di depan mata pun, sadar atau tidak sebagian dari kita bisa melakukannya. Sesulit itukah berterus terang? Entahlah. Tidak ada penghakiman atas pernyataan seseorang selain dirinya sendiri. Benarkah saya sudah cukup berterus terang? Jawabannya tanyakan pada Sang bijak yang ada dalam diri kita.
Contoh pertanyaan di atas sebenarnya tidak ada kaitan dengan siapapun, termasuk saya saat ini. Tetiba saja, inspirasi muncul, dan kali ini mengarahkan saya untuk menuliskan sesuatu yang “sepertinya mudah”. Yup, it should be easy! Kenapa begitu? Karena sebenarnya jika saja kita mampu menelaah ke dalam diri sendiri, sesuatu yang kecil, tak perlu kita besar-besarkan. *Serius, Mir? Sebaiknya jangan diambil serius deh. Namanya juga lagi ngayal. Kan, semuanya bisa dipikir mudahnya, tho?
Ibarat sebuah ujian, kita mengupayakan segala waktu dan pikiran agar bisa mendapatkan hasil terbaik. Namun, ketika kita semakin membuat ekspektasi kita melayang tak tentu arah, boro-boro bisa dapat hasil bagus, yang ada tegang dan stress. Contoh lain, saat kita sedang diuji oleh Allah Swt dengan segala permasalahan hidup, saat itu kita akan merasa menjadi orang paling menderita di dunia ini, bahkan menutup mata saat ada tangan-tangan yang coba membantu. Hasilnya? Boro-boro kita bisa melangkah, yang ada kita malah semakin terpuruk. But, it should be easy, right, kalau kita mau membuka mata, hati, pikiran dan semua panca indera kita dalam menelaah masalah tersebut, hingga mengantarkan kita pada sebuah keadaan relaksasi untuk melepaskan semuanya. Semudah itu? Ya, seharusnya ini menjadi mudah untuk kita.
Lalu, apa kuncinya?
Saya selalu mencoba untuk menurunkan toleransi diri terhadap apa yang saya rasakan. Jika biasanya saya membiarkan diri berlarut-larut menikmati segala ketidaknyamanan dengan waktu yang tidak ditentukan, maka saatnya kini saya mencoba membuatnya lebih mudah, dengan memberikan target waktu. Setidaknya itu sedikit membantu saya untuk kembali menata hati. Menerima kenyataan bahwa ketidaknyamanan itu ada, lalu membuatnya kembali netral, akan memudahkan saya dalam melakukan sesuatu yang lebih baik. Yakin semudah itu? Kuncinya lagi, ya harus yakin. Dibuat mudah saja, dan jangan memberi kesempatan pada sesuatu yang dirasa sulit. Its should be easy, apalagi saat menemukan waktu yang pas untuk melepaskannya.
Well… tulisan saya kali ini sedikit membingungkan ya? Sudahlah, dibikin ringan dan mudah saja. Kali ini episode yang ringan-ringan saja. Hihihi *siap-siap disembur 😛
Take it easy…aku ra popo
Yo wes mak. Kita ngupi2 dulu, hihihi
hehhe ini memang tergantung dari sikap individu masing2 ya ketika dihadapkan pada suatu permasalahan hidup. Kalo saya, mencoba untuk bisa selalu positif thingking, dan seminimal mungkin menunjukkan ke orang lain saya punya masalah. Saya mencoba menciptakan kenyataan, segakanya pasti akan berlalu. Saya ingat dari nasihat orang bijak, kalau kita banyak menunjukkan permasalhan kita pada orang lain, secara tidak langsung kita telah menciptakan kenyataan yg negatif..ya sekedar sharing aja nih mak mira..
Benar, mak. Makasih sharingnya, ya. Siapa tau membantu teman-teman kita yang sedang dalam masalah
Sebelum baca postinganku yang linknya ada di timeline home fbku, tepat di atasnya ada status temen yang nulis quotes yang dia ambil dari novel dan brown Inferno. Katanya “tempat paling gelap di neraka itu disediakan untuk mereka yang diam saja ketika situasi di sekelilingnya sedang bergejolak. Hanya karena dia merasa nyaman dengan posisinya.”…
jadi… ibarat kata… aku tuh abis daki gunung yang tinggi dan bikin lelah eh ketemu turunan yang empuk dan gak licin.
alhamdulillah. Jadi gak tegang lagi. Xixixxi..soalnya tadi sempat berkerut abis baca status teman di atas linkmu ini.
Tks ya.
Hihihi Mak Ade, kadang menerima dengan mudah, adalah salah satu cara untuk memberi ruang pada diri kita, ya 🙂
dibikin nyaman aja ya, mak. biasanya kalo aku nyari kesibukan lagi, jadi lupa sama rasa sedihnya
Benar, mak. sesekali keluar dari rutinitas memang perlu
santaiiii ajaaa mak, setujuuuu….soalnya makin dibuat rusuh, makin stress…dan makin ngg selesai deeeh urusan kita :)..yang penting bismillahirrahmanirrahiiim…
Right, mak. Santai dan tetap berikhtiar 🙂
harusnya emang gt ya mak mira,,tp kadang agak susah mmbuatnya jd mudah saja he he jd dirasakan aja dn setelah itu dibiarkan aja he he
Membiarkan juga, salah satu cara agar kita lebih mudah menerimanya ya, mak 🙂
Just rileeekks and keep positive thinking 😉
*seruput kopi*
Tambahi cemilannya nih, mak Oline
Take it easy…. kayak judul lagu yak maaak…he..he… emang kalo bisa mudah, ngapain dibikin sulit.
Salam hangat dari Bondowoso
-sebuah tempat di kaki kawah ijen –
Woow, Bondowoso, terima kasih berkenan mampir, mak :-*
izin mampir ya mbak Mira
wuih jadi bener bener easy
dan lebih mudah jadi raih happinesss
salam
Walah, terima kasih Pak Dewanto, sudah mampir 🙂
Di setiap kesulitan selalu ada kemudahan kan ya Mak….yang penting tetap berbaik sangka kpd Sang Maha Pengatur… ya ngga mak. …. :))
Jempool buat mak Nuraviana. Setuju, mak
hidup sudah susah, jadi tidak perlu dibawa susah juga :). Dibawa santai biar lebih menikmati
Benar, mak. Santai sambil terus berikhtiar, ya 🙂
memang agak bngung tulisannya apalagi buat aku 🙂 menyapa aja deh di hari senin ini smeua semua dalam keadalan baik-baik
Hahahhaa, oke mak Lid. Makasih sudah mampir ya. Aamiin
idup udah susah jgn dibuat susah ya mak? 😀 take it easy aja
Iyes, mak. NIkmati hidup sambil terus berproses 🙂
Perasaan bahagia itu akan membunuh perasaan sedih, pedih atau gundah gulana.
Jadi kenapa takut bahagia? 🙂