Malam, selalu menawarkan keheningan yang setiap kali menikmatinya, mampu membangkitkan inspirasi yang tak tertahankan. Sama seperti halnya saya malam ini, yang tak kunjung terlelap atau sekedar ingin merebahkan tubuh. Pikiran ini terbawa angan jauh, walau saya sendiri tak mampu menyadari sepenuhnya. Dan sebelum temans melanjutkan baca tulisan ini, sambil dengerin lagu dalam video di atas, yuk. Tulisan ini pun tercipta karena lagu yang indah ini.
“Just Is…”
Semenjak mengikuti seminar dengan tema “Nafas Damai” yang berdasarkan pada self awareness, Auk Murat network tahun lalu, kata itu kian semakin lekat di hati saya. Seolah mampu mewakili apa yang menjadi ketidaknyamanan di hati, “just is” cukup menyiratkan apa yang tak dapat terucap maupun terungkap. Ada beberapa teman yang sempat mengenal hal ini, mereka adalah Aya, Stevie dan Egy. “I hope you always on the best of health, girls.” Dan bagi yang belum tau tentang pemahaman “just is”, kata ini bisa menjadi sangat biasa, toh kalau diartikan dalam pemahaman Indonesia, just is bisa diartikan “sudah cukup”.
Trus, apa yang mendasari saya menuliskan semua ini?
“Hmm…,” melepaskan sesuatu yang kita cintai, tentu terasa berat ya? Tapi sadar atau tidak, terkadang Tuhan ingin kita berbesar hati dengan semua itu. Sekalipun kita terus mempertahankannya, jika yang terbaik harus dilepas, maka ikhlaslah melepasnya. Akan ada kesedihan, dan akan ada pula suatu waktu yang membuat teringat selalu pada saat memilikinya. Tapi, jika keikhlasan itu saya sandarkan penuh pada Sang Pencipta, maka yakinlah bahwa DIA akan menggantinya dengan lebih baik. Ini bukan tentang kehilangan seseorang, ini tentang bagaimana saya agar mampu lebih bijak dalam menyikapi kehidupan, terutama dalam menjalani sinergi bersama keluarga. Yang saya tahu, jika saya mampu melepasnya dengan ikhlas, maka tak perlu lagi ada ekspektasi, “right?”
Saya enggan menolak rasa ini, karena jika diri ini menolak, maka kemungkinan-kemungkinan yang tidak baik akan terus menghantui saya. “Ya, saya menerimanya.” Karena just is berarti menerima segala sesuatu yang terjadi atau sedang terjadi dengan kelapangan hati. Dalam arti yang lebih khusus, ikhlas. Dan kali ini, dengan penuh pengharapan serta keyakinan akan kuasaNYA, saya memohon pada pemilik Dzat, agar ikhtiar ini dimudahkan jalannya, serta diridhoi. Saya yakin, perhitunganNYA jauh lebih detil dibandingkan perhitungan yang saya miliki. “God knows we’re worth it, and I won’t give up.”
ikhlas itu ciri-ciri orang yang percaya akan adanya DIA.
ikhlas sendiri menurutku perlu proses .. biarkan rasa kecewa itu kita nikmati .. sebagai pelajaran kedepan.
nice share mak.. salam cmiw
ikhlas itu memang jalan terbaik, tapi menurutku tak apa kita nikmati rasa kecewa sampe batas waktu yg kita tentukan sendiri.. proses..
nice share mak salam cmiw
meng-aminkan doa mak Mira ..
Aku juga sedang belajar untuk menjadi pribadi yang iklas mak
Amien …
Salam kenal,
@rie fabian –
Nice sharing Mak 🙂 saya juga lagi terus belajar untuk selalu ikhlas.
yang jelas “ORANG BIJAK, PASTI TAAT PAJAK” hehehe..!
Inti dari sebuah kehidupan adalah mengamini serta mengimani apa yang ada dan menjalaninya sepenuh hati. mungkin yang kita rasa saya ini kurang baik menurut porsi kita, tetapi kita takkan pernah tahu bahwa dibalik apa yg kurang baik ternyata merupakan hal yang paling baik dari yang ada.
lagunya favorit sy tuh mak..
Pada akhirnya, bersandar pada yang Maha membuat kita ikhlas ya Mak.
Nice posting.
🙂
Kadang, aku merasa suka nggak ikhlas untuk sesuatu yang aku sayangi banget, tapi mikir juga, ah mungkin memang bukan hakku, milikku, seiring berjalannya waktu, Insya Allah kita bisa ikhlas 🙂
Semangat!