“Love at the first sight.”
Pernah dengar kalimat tersebut? Pasti pernah dong ya. Sebagian orang memercayai bahwa kesan pertama bisa sangat sulit diduga. Ada yang langsung bisa menaruh perhatian akan seseorang, seperti sebuah lintasan energi, klik, akhirnya seolah… merasa klik dengan seseorang.
But wait, saya enggak bicara soal seseorang yang spesial kali ini. Tapi lebih luas lagi, bisa juga pada hubungan pertemanan, atau rekan kerja.
Saya adalah tipikal Pisces yang punya rasa cukup tinggi. Percaya atau tidak, kadang apa yang saya rasakan akan seseorang, sepertinya tidak terlalu meleset. Apa yang saya pikirkan pada seseorang biasanya menemukan kecocokan dengan apa yang saya rasakan. Meskipun tidak bisa dipungkiri juga kok, kadang ada melesetnya juga. Namanya juga manusia! *ngeles, hehehe. Ini kok, kalimatnya mbulet ya, muter-muter 😀
Jadi gini.
Punya teman dari berbagai kalangan dan berbagai lingkaran memang memberikan keuntungan buat saya pribadi. Saya menemukan banyak sekali ilmu, wawasan, dan pembelajaran dari setiap pertemanan yang saya ikuti. Apalagi saya ini *katanya* mudah bergaul, dan smart (taelah), jadi cepat nyambung aja kalau ngobrol sama orang. Begitu sebagian menilai saya.
Tapi menurut saya, ini justru jadi kelemahan saya, karena terkadang saya jadi mudah dikadalin, alias dianggap sepele. Eh, masa? Setidaknya itu yang saya rasakan.
Ada beberapa pihak yang memanfaatkan keluwesan saya dalam berkomunikasi, untuk kemudian seperti mempermainkan saya. Apa ya istilahnya. Ini gue bingung sih jelasinnya seperti apa. Tapi aslinya, pengen banget saya tulis sekadar mengungkapkan unek-unek. Eta terangkanlah….
Sempat ada beberapa case sih. Yang intinya membuat saya belajar bahwa, jangan karena awal-awal punya kesan baik, terus jadi bisa cerita banyak hal sama orang yang baru dikenal tersebut.
Ya gimana, orang pisces itu luwes dan saya termasuk yang kadang senang bercerita. Apalagi lawan bicaranya seperti baik, dan welcome. Padahal belum tentu yang diajak bicara itu bisa kooperatif dan cukup mendengar untuk dirinya saja. Apalagi komunikasi terjalin hanya via online. *okefiks, ini memang kelemahan saya.
Dan saya sangat amat belajar akan hal ini, untuk belajar membatasi dan membagi porsi obrolan, supaya orang tidak salah kaprah dalam menerima apa yang saya utarakan. Meen… ada aja sih, apa maksudnya… yang ketangkep, maksudnya lain juga. Dijelasin, eh enggak ngerti juga, hayah hayati lelah. Intinya, sepertinya saya yang gagal paham mempelajari cara komunikasinya deh. Udah gitu aja kali.
Dan ini beberapa kali terjadi pada beberapa pertemanan. Akhirnya saya memilih untuk tidak memberikan komunikasi terlalu intens, sebelum salah kaprah lagi dengan apa yang saya utarakan. Karena pada akhirnya, saya merasa dirugikan. Itu tadi, iya kalau cuma sampai di dia saja apa yang saya sampaikan, kalau ternyata menyebar ke pihak lain yang tidak paham, kan bisa repot urusannya. Yasih, mengkel jadinya, kan. *Langsung pranayama, inhale exhale.
The lesson is, kesan baik di awal tak selalu baik pada praktiknya. Kecuali kalau orang tersebut masih bisa diajak ngomong nyambung yaa. Ini fungsinya agar apa yang disampaikan enggak beda persepsinya.
Tapi kalau kayanya yang dimaksud apa, dan ketangkepnya apa, uwis, saya kibar-kibar bendera putih aja. Maaf saya gagal memahami kamu, dan pertemanan kita cukup sampai di garis merah saja. Dan mungkin, itu lebih baik deh ya, daripada mengkel karena salah persepsi mulu.
Maaf ya, tulisan kali ini agak random.Tapi ngerti kan maksudnya? Ya’in aja lah ya. :))
Teman-teman pernah punya pengalaman komunikasi yang enggak nyambung terus-menerus? Boleh share dong, bagaimana itu menghadapinya?
Sary Melati says
Gak nyambung smacam Mira ngomongin Vin Diesel, Icoel ngomongin Kim Woo Bin, gitu kali ya? :v
Mira Sahid says
Hahaha nah, iya semacam itu. Kan enggak ketemu dan saling keukeuh wee, Makte :))
Enny says
pengalaman saya dengan orang seperti tiu, Kalau si dia lagi ngomong di iyain aja mba, biar cepet hehe
HP Melati says
Sudah sering bgt kejadian, mak … Saya pun skrg lebih sering jadi tim senyum2 aja. Soalnya ada alarm dlm diri yg lsg bunyi kalau saya sudah mulai kebanyakan ngomong ?
Tati Suherman says
Paling cuma bisa ketawa ngakak hahahaha
Andreas says
kadang kalau gak nyambung pura pura gak denger.. biar dia jelasin apa maksud nya
Jaghost says
Emang kadang memahami orang itu susah ya, mbak.
Tanti Amelia says
Iya ih mbulet kali ini hahahah….
Intinya tentu saja balik ke introspeksi
Jangan jangan ybs juga merasa hal yang sama. Kalo dah gitu, ya sama sama tarik garis aja kali yah
Rosanna Simanjuntak says
Tenaaang. Eike paham maksud elo!
Xixixi. Orang Balikpapan sok-sok ngomong anak metro.
Eniwe, sebagai seorang Gemini, tsaaah *benerinkonde. Gak ada hubungannya sama zodiak, kog. Xixixi…
Kalo berteman rada pemilih. Biasanya yang menimbulkan ketidaknyamanan pasti akan langsung kasih jarak. Gak level, gitu. Duh, serem yak.
Iya, kenapa juga buang waktu. Masih banyak hal-hal yang bermanfaat di dunia ini.
Sama kayak Tanti, intinya, gemar introspeksi.
Yup, secara berkala lakukan evaluasi diri. Bercermin untuk mengetahui kekurangan dan kelemahan diri, agar dapat mengembangkan diri, lebih baik lagi. Dan yup, perlu kebesaran hati.
Rasullah SAW yang akhlaknya bagai kitab suci Alquran saja, punya hater. Apalagi kita yak.
Udah gitu aja.
Adian says
Sama. Tapi saya belum menemukan konten pembicaraan saya jadi bahan obrolan di tempat lain. Selama ini saya banyak cerita kepada siapa saja yang enak saya ajak bicara. Dan saya pun berusaha tidak “ember” hahahaha. Asik-asik aja sih selama ini.