Siapa sih yang tidak mengenal Blackberry? mulai dari anak pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga, pekerja kantoran bahkan mungkin tukang ojek dan tukang becak pun tidak asing dengan nama perangkat yang satu ini. Kemunculannya di pasar ponsel praktis bisa menyihir jutaan orang di seluruh dunia ini, termasuk salah satunya di Indonesia. untuk lebih jelasnya mengenai blackberry, bisa Anda lihat di Wikipedia Blackberry.
Keuntungan menggunakan blackberry ini sangat banyak, terutama untuk saya pribadi yang mengharuskan memiliki perangkat mobile yang bisa push email- telepon, sms bahkan chating, yang berkaitan dengan bisnis saya. dan saya yakin Anda pun setuju jika saya menilainya dari segi kepentingan up to date segala macam info. Bagaimana tidak, jejaring sosial pun bisa anda update hanya dengan satu ponsel saja tanpa perlu repot mengantongi notebook atau semacamnya.
Namun dibalik semua keuntungan dan kelebihan yang di dapat, tentu ada kekurangannya (menurut saya lho ya). Salah satunya mencerminkan seseorang bisa disebut jadi “Generasi Autis”. ah saya sendiri sih ga setuju dengan pendapat seperti itu, gak pas aja. tergantung bagaimana masing-masing individu menilainya ya.
Satu hal yang saya kurang sukai dari kegiatan Blackberry ini adalah “Broadcast”. setiap hari, ga kenal waktu selalu saja ada broadcast yang diterima, okelah kalau broadcast itu bermanfaat, tapi ada beberapa yang isinya seolah menghasut, misalnya : “jika tidak meneruskan broadcast ini, maka….. “ naah kan … penting emang buat kita nerusin broadcast nya? ko malah diancam-ancam juga.
Itu sekilas tentang balckberry, namun yang saya ingin share di sini adalah keterikatan antara “Mama & Blackberry” terutama dari apa yang saya rasakan selama ini.
Awalnya, saya tidak terlalu tertarik dengan Blackberry ini, tapi karena dorongan teman-teman, yah hasrat saya pun terbawa dan ingin segera memilikinya, setelah saya mencoba punya teman, tekad saya makin kuat untuk mendapatkan bb ini, ditambah saat itu saya memang memenangkan challenge dari salah satu senior bisnis saya. Alhamdulillah, jalan untuk mendapatkan BB mulus.
Hari, minggu, bulan dan sekarang masuk tahun kedua saya menggunakan bb ini, seperti yang saya bilang, keuntungannya untuk kepentingan bisnis saya memang banyak, namun terkadang saya kurang mengontrol kegiatan bb saya (jujur lho), apalagi kalau sudah update twitter, dan baca milis. Tapi, Ahamdulillah suami tercinta saya selalu mengingatkan saya melalui candaannya.
Tapi para Mama sadar juga ga, kadang dengan kita aktif berbicara di BBG (Blackberry Group), minimal waktu yang harus kita sediakan adalah 30 menit (untuk 1 group bb), gimana kalau yang di dalamnya terdapat lebih dari 5 BBG? *jawab sendiri yah :D.
Saya sadar betul dampak keasyikan bb itu kurang baik, ke dapur (lagi masak) bawa bb, nyapu, ngepel bawa bb juga, kemana-mana, bb selalu di tangan, ga percaya? coba lihat sekeliling Anda ketika Anda berada di kumpulan ibu-ibu atau di mall. mungkin 75% nya sambil pegang BB. Namun saya sadar, saya juga harus membatasi diri saya untuk tidak terlalu terjerumus dengan kegiatan BB, saat ini saya punya jam khusus buat bermain bb (lagi dicoba terus agar terbiasa).Karena membaca broadcast dari korban keasyikan bb, membuat saya semakin sadar, bahwa…”jangan mau dikuasai oleh BB”, agar kita terhindar dari segala musibah yang tidak diinginkan, terlepas dari musibah itu memang sudah jalannya, tapi ada baiknya jika kita lebih waspada.
Foto punya @yankmira, sengaja tidak menampilkan wajah untuk privacy (hanya perumpamaan)
Contoh kasus yang saya terima dari kejadian keasyikan bermain BB melalui broadcast adalah :
1. Seorang ART rumah tangga yang asyik bermain bb di dapur, karena radiasi bb it utinggi, mengakibatkan gas nya meledak.
2. Seorang siswa pelajar yang meninggal karena bb nya di simpan di kasur persis sebelah kepalanya, karena radiasinya kuat, katanya mengganggu kinerja otaknya.
3. Seorang Bayi meninggal tertimpa bantal dan kehabisan nafas, karena Mama nya keasyikan main BB di ruang TV.
4. (Broadcast siang tadi) : Seorang Ibu terjatuh di tangga salah satu Rest junk Food di daerah Padjadjaran Bandung, mengalami pendarahan di hidung dan otak, Innalillaahi wa inna ilaihi Rojiuun, katanya telah meninggal pukul 8 pagi tadi di RS. Boromeous bandung
Nah kasus di atas adalah beberapa contoh yang “Katanya” diakibatkan kelalaian dari sang pengguna BB yang keasyikan bermain BB. Naudzubillah, semoga saya terhindar dari hal seperti itu.
Jadi… untuk para Mama dan juga teman-lainnya pengguna BB, sebaiknya kita mulai mengatur kapan kita akan bermain BB (kecuali ada BM japri) dan email-email urgent. agar meminimalisir hal-hal yang tidak kita inginkan. Tentunya, kita sendirilah yang harus lebih bijak dalam menggunakannya, Berikut Tips agar lebih bijak menggunakan Blackberry :
1. Tentukan jadwal bermain Blackberry, mulai dari bangun sampai tidur
2. Hindari menggunakan Blackberry pada saat berkendaraan
3. Selalu update status anda, agar contact bbm tau apakah anda available atau busy pada saat akan di bbm
4. Matikan BB jika Anda memerlukan fokus dan konsetrasi pada suatu pekerjaan
5. “never save picture” yang datang dari blackberry group agar anak-anak kita tidak melihat hal-hal yang kurang baik
6. Segera hapus broadcast yang tidak penting
apalagi yaaa…. silakan menambahkan deh….
Mari kita menjadi pribadi-pribadi yang lebih bijak (*halah kaya Mario Teguh) dalam menggunakan BB.
Vavai says
BB, pada akhirnya memang hanya tools, yang bisa kita manfaatkan sebaik-baiknya namun dengan tetap menjaga jarak dari efek negatifnya.
BTW, soal broadcast, ini memang soal etika. Biasanya yang suka broadcast ini sering menjadi korban hoax 😀
Lidya - Mama Pascal says
bukan aku kan mir hehehe kabur ah(udah gak punya BB :-p)
AstyNNS says
Sy dan suami blm punya BB walopun beberapa pelanggan pd nanya2 PIN BB, gak tau knp blm tergerak utk punya BB, gak anti juga sich…tapi kalo ada duitnya kami malah tergiur beli kamera semi pro, hehehe…
retma-haripahargio says
Akuuuu… bertahan gak punya BB dong. 😀
Dari jaman belon ngetop di Indo, sudah baca salah satu buku Chicklit yg di dalemnya ada cerita2 gimana “sibuk”nya orang2 ber-BB sampe gak pernah liat sekitarnya. Hahaha. Jd gak pernah tertarik.
Tp kdg kalo di bus, suka pengen tereak ke orang yg maenan BB: halooo… mbak. Liat di luar deh, lagi ada demo. Atau Haloooo… di luar ada sesuatu yang lucu/aneh. :p
Yulef Dian says
Sipp..Setuju kalimat akhir. Bijak menggunakan teknologi, teknologi memang mempermudah dan mengasyikkan, tapi Sipp..Setuju kalimat akhir. Bijak menggunakan teknologi, teknologi memang mempermudah dan mengasyikkan, tapi jangan sampai melenakan. Dalam artikel ini teknologi bernama BB. Dulu saya juga sering menggaungkan kata seperti ini di Kantor, tapi kasusnya Internet.
Saya baru sempat punya BBBB (Benar-Benar Bukan Blekberi) he he he.jangan sampai melenakan. Dalam artikel ini teknologi bernama BB. Dulu saya juga sering menggaungkan kata seperti ini di Kantor, tapi kasusnya Internet.
Saya baru sempat punya BBBB (Benar-Benar Bukan Blekberi) he he he
ROe Salampessy says
BB oooohh BB…
sbnrnya trgantung orangnya (pengguna BB).
ada teman saya yg autis, malah tambah autis gr2 punya BB. hehe… saya bingung ini gr2 BB atau emang gr2 dia’nya. entahlah..!!!
Mama Kinan says
wah nice sharing..saya masih setia sama N*K*a butut saya…blom mau beralih, soale nggak ada bisnis ..entah nanti kalo memang amat sangat diperlukan..:)
bunda kanaya says
saya dapat izin dari suami untuk punya bb itu lamaaaaa banget, soale dia takut dicuekin…. tapi saya meyakinkan kalo istrinya pinter ngatur waktu… halllaah… akhirnya surat izin pun keluar….
Nia says
pelanggan aku juga banyak yg minta pin BB…tp smpe skrang aku gak tertarik punya BB….ngga tau kenapa…kmrin malah beli tablet utk kelancaran bisnisku hhehe….
tp emang smpe segitunya yach orang yg punya BB…..kayak kecanduan? bener2 terlalu
dafhy says
dan asalan inilah saya tidak beli BB. orang-orang pada sibuk maen BB dan cuek dilingkungan sekitar
Asop says
Oh, tidak, makasih banyak, BB tidak berhasil menarik perhatian saya. 🙂
iPhone atau ponsel android lebih baik.
alaika abdullah says
Hai Mira, apa kabar nih? duh makin keren aja deh postingannya.
Yup, benar banget, adalah kita yang harus bisa menguasai BB bukan sebaliknya. Tapi spt yang Mira tulis, banyak dari kita yang lengah akan hal itu dan keasyikan membiarkan diri dikontrol oleh gadget tersohor itu. So, yuk terapkan disiplin diri dalam menghandlenya, pasti bisa. ya kan?
Ririe Khayan says
Alhamdulillah, saya belum pakai BB …Ada tuh teman sampai anaknya bilang: kok bunda gak BBM sj ..gara-gara temannya saya nyuruh anaknya belajar.
Elsa says
alhamdulillah jugaa… aku GAK PAKE BB… hehehehee
dan gak minat BB….