“Putri Malu”
Aku memang nampak begitu indah dipandang, walau karakterku nampak layu, dan selalu menutup ketika disentuh. Auraku yang nampak sensitif itu akan mempengaruhi sekitarnya. Layaknya sebuah gerakan seismonasti, aku menjadi tidak peduli dari mana arah yang akan menyentuhku. Tanpa perlu berpikir panjang, akupun lekas menutup diri dari apa yang menurutku tidak sesuai dengan harapanku. Ya, aku adalah bunga “Putri Malu”. Dengan wajahku yang pucat, siapapun yang tadinya ingin mendekat padaku, tiba-tiba urung karena karaterku yang tak bisa terbuka pada sentuhan…Β
“Aku.”
Aku adalah pemilik ragaku sendiri
Aku adalah rasa yang aku inginkan
Aku adalah pikiran yang menimbulkan sebuah peristiwa
Aku adalah apa yang aku ucapkan
Aku adalah sosok yang benar
Aku adalah seseorang yang begitu nyata
Karena aku, adalah “Aku”
“Batu.”
Aku memang hidup dengan beragam bentuk
Aku memiliki kekuatan yang tak terhingga
Dari jiwa yang mudah rapuh, hingga jiwa yang kuat layaknya sebuah karang di lautan lepas.Β
Aku mampu membuat seseorang terluka dengan lemparan yang kau hembuskan
Aku pun mampu membuat rasa sakit tergantung sejauh mana kau mengujiku
Aku bisa membuat gelombang dalam heningnya air jika kau lemparkan
Aku bisa menjadi hiasan indah jika kau menempatkanku pada tempat yang seharusnya.
Tapi, itukah aku? Sekuat itukah diri ini?
Tidak. Seharusnya aku tidak seperti itu. Aku tidak ingin menjadi bunga “Putri Malu” yang menyimpan sejuta kesepian dan misteri hidup ini hanya dengan terus menutup diri ketika seseorang berusaha untuk menyentuhku. Aku memang “Aku”, tapi aku tidak sendiri di dunia ini, yang bisa menuntut semua orang untuk memenuhi mauku. Mampukah “Aku” menjadi seseorang yang rendah hati dengan lebih banyak mendengar tanpa perlu banyak berekspektasi? Ah, ini bukan “Aku”. Aku sebenranya adalah seseorang yang mampu melihat dan mendengar dengan segala rasa dan hati yang Tuhan titipkan kepadaku. Aku tidak boleh menjadi sekeras batu, yang nampak berkuasa namun pada akhirnya aku rapuh juga karena teteasan air yang terus menerus. Aku tak ingin menjadi batu berlubang karenanya. Aku… Siapa “Aku?” sudahkah aku mendengar?
=======================
Miris, ketika seorang manusia hidup dengan dunianya sendiri, dia tidak menjadi peduli dengan sekitar. Bahkan selalu menganggap dirinya benar. Bahkan untuk mendengar pun, rasanya menjadi sesuatu yang sulit baginya. Ada saatnya kita bisa menentukan apa yang menjadi keinginan kita. Tapi sadarkah, bahwa di dunia ini kita akan selalu butuh orang untuk memberikan arahannya? Tak berlebihan jika sebuah jari telunjuk menunjuk ke arah kita untuk menunjukkan letak kesalahan kita, tak berlebihan jika kita menerima teguran sebagai sebuah arahan positif, tak berlebihan jika sebuah kata “Hey”, menyadarkan kita dalam lamunan, tak berlebihan ketika seseorang berada dekat denganmu dan mengusap air matamu kala kau bersedih. Yang berlebihan adalah, ketika semua itu tidak kau sadari, hingga dia benar-benar pergi meninggalkanmu. Dan pada akhirnya, jangan pernah menyesali, jika kita tidak lagi dapat tertawa bersama dalam bahagia.Β
#AkuBelajar
Goiq says
aku juga belajar π
Bung Penho says
kalimat puitis yang membangun mbak!
kutipan tentang kehidupan yang diibaratkan si “putri malu” oke juga nih.
thank atas wejangannya. memang benar gak ada seorangpun dapat hidup tanpa orang lain. dan betul banget, tanpa orang lain kita tak pernah tau dimana kelemahan dan kesalahan kita.
i like this posts
alaika abdullah says
Kereeeeen mak! Puitis dan maknanya bener2 dapat! Makin siiip aja nih mak Mira ku sayang… #peluk lagi ah!
vizon says
Karena kita manusia, yang memiliki akal dan jiwa, maka terus belajar menjadi baik adalah sebuah niscaya.. π
Bunda ShidqiSelma says
apa yang ditulis mak Mira, itu aku bangeet, hiks..
makasih sudah “menyentil” aku, saat ini masih seperti putri malu, yg jarang keluar rumah kecuali ke warung π
Honeylizious Rohani Syawaliah says
duh puitis banget yaaaa
Honeylizious Rohani Syawaliah says
wah keren banget ayankmira π
Lyliana Thia says
Hai Mira.. Apa kabar?
π
Manusia memang seharusnya terus belajar ya.. Agar bisa menjadi lebih baik lagi dan lagi.. Orang yg berkata “memang gw sepeerti ini kok! Knapa sih lo gak ngertiin gw?!” Dan tak mau berubah demi kepentingan orang adalah orang yg rugi..
Dan bnyk sekali orang seperti ini.. Termasuk mgkn diri ini juga.. Aku butuh teman utk mengingatkan… Thanks for sharing, Mir.. π
Dongeng Denu says
puitis bgt dan penuh makna mba mira… π
Lusi says
Heheheee…. aku jarang kemana-mana juga. Dalam setahun paling sekali pergi keluar kota sendiri lihat Inacraft di Jkt gak nginep.Kegiatan offline disini harus in between jadwal anak2, meskipun suami sudah menawari sopirnya, kenyataannya susah juga minjemnya hahahaaa… Insya Allah bisa menjangkau ujung dunia melalui internet krn aku bukan putri malu. Keep it up, mak! *ketjoep
Niken Kusumowardhani says
menemukan sebuah pembelajaran dari tulisan ini. Makasih mak…
Lidya - Mama Cal-Vin says
ikutan belajar juga π
rina says
Makin keren ajah sih mak tulisannya….. terima kasih udah ngingetin kadang aku pun seperti itu juga….
jasa pembuatan website says
Blognya jadi inspirasi buat saya. Makasih karena sudah berbagi ilmu.
Seagate says
Ndak dapat dipungkiri banyak orang orang disekitar kita yang serupa “putri malu” atau “batu”. Mereka sepertinya asyik dengan dunia mereka sendiri, terkesan acuh dan ndak butuh orang lain. Semoga mereka yang baca ini bisa instrospeksi diri ya mbak, bahwa manusia adalah makhluk sosial yang pasti membutuhkan bantuan manusia lain.
Like this post very much π
Anonymous says
I’m impressed, I have to admit. Seldom do I encounter a blog that’s both educative and engaging, and without a doubt, you’ve hit the nail on the head. The problem is an issue that too few men and women are speaking intelligently about. I am very happy I stumbled across this in my search for something concerning this.
Take a look at my website :: exercising with dumbbells workout
ascomycotina says
Emak yang satu ini masih saja puitis sih..
hehhee, umur memang tidak membatasi kreativitas..
Lisa Tjut Ali says
puitis kali puisinya mbak, wah tulisan mbak di blog keren2 ya