Indonesia Lifestyle Blogger & Empowering Women by Mira Sahid

Indonesia lifestyle Blogger, Empowering woman, Yoga Instructor, Social Media Enthusiast

Menu
  • Home
  • Inspirasi Mama
    • Family
    • Inspirasi Mama
    • Parenting
      • Dunia Ibu
      • Dunia Anak
    • Pengembangan Diri
      • Renungan
    • Cerita Inspiratif
    • Cerita Kehidupan
    • Soal Perempuan
    • Sosok
  • Lifestyle
    • Social Media
      • Blog Competition
      • Twitter
    • Hiburan
    • Cerita Fiksi
    • Komunitas
      • KEB
        • Kumpulan Emak Blogger
    • Review
    • Wisata
  • Ruang Yoga
  • Disclosure
You are here: Home / Inspirasi Mama / Cerita Kehidupan / Mengikat Hati dengan Kasih Sayang

Mengikat Hati dengan Kasih Sayang

04/03/2013 by Mira Sahid Leave a Comment

Hati… adalah sebuah kelenjar terbesar dalam tubuh kita yang berada tepat di sebelah kanan rongga perut setiap manusia, di bawah diafragma. Fungsinya yang vital, mengharuskan kita agar mampu menjaganya tetap sehat.  Sayangnya, konsumsi alkohol dan zat kimia seringkali membuat hati rusak dan menyebabkan penyakit lainnya. 
Begitupun hati yang terdapat dalam kalbu setiap insan. Seringkali, kita tidak menyadari bahwa hati yang tertanam dalam diri kita jauh dari kesucian. Miris, memang. Tapi, begitulah kenyataan yang sering saya temui, termasuk hati saya yang tak luput dari penyakit. 
Sejak lahirnya kita ke dunia ini, Allah Swt tentu telah menempatkan hati kita sesuai dengan takarannya. Jika kita mampu menjaga hati dengan terus bersandar pada Sang pencipta, maka Insya Allah kita akan terbebas dari segala penyakit hati. Dan sebaliknya, sebagai manusia yang jauh dari kesempurnaan, jika hati kita ditemani oleh hawa nafsu, maka hanya akan ada prasangka dan kotoran lainnya menemani keseharian kita.
Seiring berjalannya waktu, kita akan menemukan fase-fase kehidupan yang selalu melibatkan hati. Dari hati tersebut, menimbulkan rasa yang mampu terungkapkan melalui tindakan. Entah itu marah, kesal, sedih, bahagia atau lainnya. Siapa yang bertanggung jawab terhadap rasa tersebut? Tentu kita sendiri sebagai manusia. Dan, apakah rasa tersebut dapat tercipta dengan melibatkan orang lain?
Ketika setiap manusia menemukan takdirnya, yaitu menikah dengan pasangan yang dicintainya, hati lah yang menjadi landasan ikatan tersebut. Ada kasih sayang yang tertanam di antara keduanya. Namun jangan bilang, bahwa sebuah pernikahan tidak melibatkan hati. Walau sebagian pasangan (*mungkin) ada yang mengalaminya, alias menikah karena dijodohkan atau alasan lainnya. Tapi saya yakin, tetap ada hati yang dilibatkan, meskipun rasa tidak nyaman menemaninya.
Sebagai manusia yang selalu berinteraksi dengan lingkungan sekitar, sadar atau tidak, kita sering menggantungkan hati pada orang lain, termasuk hubungan suami istri. Kita menjadi dekat sekali dan bisa merasakan energi yang terungkap darinya. Ya, tidak heran, karena pernikahan telah mengikat hati mereka menjadi satu, melewati setiap detik, menit, jam dan waktu setiap saatnya. Lalu, mengapa seringkali kita menemui hati-hati yang tersakiti, bahkan menjadi kosong? Apakah itu disebabkan oleh dirinya sendiri yang tak mampu menjaga hati atau karena ikatan dari pasangan kita yang mulai bias mengisi hati kita?
Lika-liku pernikahan memang akan sangat erat dengan pasangan suami istri. Dengan segala resikonya, kita dihadapkan pada berbagai insiden, baik yang dianggap kecil maupun besar. Dan di sinilah peran kita sebagai pasangan yang mengarungi bahtera rumah tangga bersama, dituntut agar mampu memaknainya dengan bijak. Tidak sedikit, konflik yang terjadi dalam rumah tangga, berakhir pada sebuah judge alias saling menyalahkan.  Kita selalu mengharapkan agar bisa dimengerti oleh pasangan, tapi apakah kita sudah mampu mengeti pasangan kita sendiri? Memang, peran satu sama lain menjadi penting dalam mengisi hati untuk keberlangsungan sebuah pernikahan. Tapi, tentu kita juga tidak mengharapkan pemaksaan. Seorang suami dengan egonya sebagai seseorang yang mampu melindungi, dan seorang istri dengan egonya yang selalu ingin dimanja serta diperhatikan, membuat hati menjadi semakin bias dari kemurniannya. Jika sudah begitu, kita bisa saja bertindak tanpa menghiraukan hati kita, dan hanya ego yang mendominasi.
Apa yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan hati yang semakin bias oleh berbagai insiden dan konflik? 
Seorang sahabat mengatakan pada saya, bahwa “Hati hanya bisa diikat oleh kasih sayang.” Benarkah demikian? Mari kita renungkan bersama-sama.
Seorang anak balita yang sedang dalam pertumbuhan akan menjadi seorang pemberontak ketika ancaman sang Ayah atau Ibu dalam mendidik mereka dengan sebuah larangan yang terus menerus. Begitupun pada manusia dewasa. Ada yang mencoba menyikapinya dengan lapang dada, tapi tak sedikit dari mereka justru mencari hati lain yang mampu mengisi hatinya. Tapi, kenapa tidak menyandarkan hatinya pada Sang Pencipta? Ya, itulah manusia. Ada suatu kondisi yang kadang membuat dia merasa benar dengan apa yang dipikirkannya. Sehingga, dia harus menemukan sebuah titik terendah untuk menyadari bahwa sandaran paling sempurna hanyalah pada Sang pemilik Dzat.

Hati…
Aku tau, 24 jam kau bekerja menemaniku, memberikan kekuatan pada ragaku
Aku tau, kau bekerja keras agar tetap bersih sekalipun aku berulah
Aku tau, kau berusaha sekuat tenaga agar tetap berfungsi, sekalipun aku lupa kebutuhanmu
Aku tau, kau selalu menahan sakit ketika aku memenuhimu dengan prasangka
Tapi, ijinkan aku untuk membuatmu kembali pada hakikatmu
Tentang bagaimana tetap memberi dengan ikhlas
Tentang memberi tanpa perlu berekspektasi
Tentang memaknai segala sesuatunya dengan kasih sayang
Karena aku tau, hanya dengan kasih sayang, semua penyakit yang menghampirimu akan terkikis sedikit demi sedikit. Dengan kasih sayang, kau akan selalu menjadikan raga yang membungkusmu sebagai seorang penyanyang.
Maafkan aku, hati. Aku mencintaimu apa adanya, karena kamu begitu istimewa, begitu suci dan bersih. Aku tau, jika hatimu selalu bersih dengan memenuhi semua kewajiban-kewajiban, maka firasatmu akan selalu menuntunku ke surga. Amiin Ya robbal alamin.

Share:

  • Facebook
  • Twitter
  • WhatsApp
  • Telegram
  • Print

Filed Under: Cerita Kehidupan, Inspirasi Mama, Sharing

About Mira Sahid

Lifestyle Blogger | Licensed STIFIn Promotor | Pegiat Literasi Digital | Wakil Ketua Umum Siberkreasi Bidang Kemitraan dan Komunitas | Yoga Instructor | Digital Parenting Enthusiast | Personal Genetik Enthusiast | Women and Community Empowering

« Mampukah Kita Kembali ke Titik Nol?
You Follow, I Don’t Care »

Comments

  1. Goresanku says

    05/03/2013 at 12:17 am

    Touching …
    tulisan dini hari yg menyentuh hati Makpon. Semoga bisa selalu menjaganya tetap dalam fitrahnya ya 🙂

    Reply
  2. IrmaSenja says

    05/03/2013 at 3:01 am

    Terbangun dini hari dan menemukan catatanmu, mak 🙂

    Aku hafal kalimat itu 😀
    iya, sandaran terbesar hati kita hanyalah Allah, menyandarkan kebahagiaan pd mahluk hanya akan membuat hati kita lelah.

    Tapi mengintimidasi, ancaman,keegoisan tdk akan mampu mengikat hati seseorg. coba berikan kasih syg, perhatian, keperdulian/ respect, itu yang akan membuat hati seseorg ttp tinggal. #Nyambung gak ya :p

    Inspiratif mba, hatur nuhun suguhan kopi dini harinya *kiss

    Reply
  3. Goiq says

    05/03/2013 at 8:11 am

    kita diberi hati dan sudah seharusnya kita harus bisa menjaga hati 🙂

    Reply
  4. Pakde Cholik says

    05/03/2013 at 10:04 am

    Manusia yang tak punya kasih sayang hidupnya akan hampa dan merana ya jeng.Bisa2 dia akan menjadi buas.
    Salam hangat dari Surabaya

    Reply
  5. Pakde Cholik says

    05/03/2013 at 10:04 am

    Manusia yang tak punya kasih sayang hidupnya akan hampa dan merana ya jeng.Bisa2 dia akan menjadi buas.
    Salam hangat dari Surabaya

    Reply
  6. Vira Elvira says

    05/03/2013 at 10:20 am

    lagi dalam suasana HATI yang kurang enak tapi jadi adem begitu baca postingannya mbak… 🙂

    Reply
  7. Erfi Susanti says

    05/03/2013 at 10:29 am

    Menyentuh sekali mak…. 🙂

    Reply
  8. Anonymous says

    06/03/2013 at 3:14 am

    Just want to say your article is as surprising.
    The clearness in your post is just spectacular and i could assume
    you are an expert on this subject. Fine with
    your permission let me to grab your RSS feed to keep up to date with forthcoming post.
    Thanks a million and please keep up the gratifying work.

    my page – Article Submissions

    Reply
  9. Anonymous says

    06/03/2013 at 3:35 am

    Good day! This is my first visit to your blog! We are a team of volunteers and starting a
    new project in a community in the same niche.
    Your blog provided us useful information to work on.
    You have done a marvellous job!

    Here is my blog :: muscle building capsules

    Reply
  10. Anonymous says

    06/03/2013 at 4:24 am

    Touche. Outstanding arguments. Keep up the amazing
    spirit.

    my web site … hair loss products for women

    Reply
  11. Akhmad Muhaimin Azzet says

    06/03/2013 at 10:52 am

    Hati adalah pusat segalanya bagi kehidupan manusia. Maka, menjaga hati adalah keniscayaan. Salah satunya adalah menjaga kelembutannya agar kita sebagai manusia bisa bersikap kasih dan sayang.

    Reply
  12. Ari Tunsa says

    06/03/2013 at 2:39 pm

    dari hati pula kebencian atau kasih sayang bisa muncul 😀

    Reply
  13. Pesta ulang tahun says

    08/03/2013 at 4:28 pm

    nice post 😀 salam kenal yaaaa

    Reply

Terima Kasih Komentarnya Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Heloo… Mira’s here

Founder Kumpulan Emak Blogger | Yoga Teacher | Community Manager | Lifestyle and Parenting Blogger | Purple & Coffee Lover Read More…

Founder of KEB

 photo keb_zps7765220c.png

Follow My Blog

Enter your email address to subscribe to this blog and receive notifications of new posts by email.

Recent Posts

  • Hindari Bertanya Ini Pada Ibu Tunggal
  • Sebuah Pertanyaan Tentang Broken Home
  • Merasa Lelah? Coba Self Healing
  • Memaknai Usia 40 Bagi Seorang Mira Sahid
  • Melawan Cemas
  • 2021 Apakah Masih Sama?
  • Begini Rasanya Diberi Kelebihan Rasa
  • Setelah Ini, Apa?
  • Siap UTBK bersama Zenius Ultima
  • Sebuah Proses Mengajar dan Belajar

Archives

Top Posts & Pages

  • Hindari Bertanya Ini Pada Ibu Tunggal
  • Sebuah Pertanyaan Tentang Broken Home
  • Merasa Lelah? Coba Self Healing
  • Memaknai Usia 40 Bagi Seorang Mira Sahid
  • Melawan Cemas

Latest Posts

  • Hindari Bertanya Ini Pada Ibu Tunggal
  • Sebuah Pertanyaan Tentang Broken Home
  • Merasa Lelah? Coba Self Healing
  • Memaknai Usia 40 Bagi Seorang Mira Sahid
  • Melawan Cemas

Grab My Banner

 photo banner10_zps502f511e.png

Recent Comments

  • Echaimutenan on Hindari Bertanya Ini Pada Ibu Tunggal
  • Lina W. Sasmita on Hindari Bertanya Ini Pada Ibu Tunggal
  • lendyagasshi on Hindari Bertanya Ini Pada Ibu Tunggal
  • April Hamsa | Parenting Blogger keluargahamsa.com on Hindari Bertanya Ini Pada Ibu Tunggal
  • Liswanti on Hindari Bertanya Ini Pada Ibu Tunggal

Copyright © 2021 · Mira Sahid · Custom Design by Shinta Co

Copyright © 2021 · Inspirasi Mama on Genesis Framework · WordPress · Log in