Say no to Sedentari!
Sejak resign dari kantor beberapa waktu lalu, aktivitas saya sebagai ibu, penggiat media sosial, pelatih yoga, dan juga yang masih terus membangun pertemanan, sepertinya tidak berkurang. Malah kalau banyak teman-teman bilang, aktivitas saya sepertinya lebih banyak saat ini.
Enggak heran kebanyakan komen kalau bertemu teman-teman, “Wah, kamu makin sibuk ya, sekarang!” Iya, dan saya lebih baik mengakuinya, toh sibuknya saya bukan sekadar sibuk, tapi Insha Allah sibuk yang produktif dan tetap menghasilkan, yes.
Ada fase saat saya pernah mengalami sebuah kondisi di mana saya lebih banyak menghabiskan waktu tanpa makna. Ish, kok bisa? Iya! Dan itu saya rasakan saat masih bekerja kantoran.
Kesibukan pulang pergi rumah-kantor-rumah, pada akhirnya membuat saya terjebak dalam kondisi mager saat weekend, atau bahkan saat off dari kantor pun, ya hanya bisa mager, alias malas gerak. Kondisi tersebut ada karena sehari-hari saya sudah capek melewati perjalanan rumah-kantor-rumah, ditambah lagi konsentrasi di kantor juga terkuras.
Jadi, sekalinya libur, asli! MAGER! And it’s call Sedentari Life.
Sedentari, oh Sedentari
Sebuah kata yang ucapannya lumayan unik buat saya. Sedentari merupakan sebuah kondisi di mana diri kita pasif, dan maunya berlama-lama di suatu tempat, plus makan semau gue. Kita mengalami kondisi minim gerak atau aktivitas fisik. Ya itu tadi, mager.
Apalagi saat ini begitu banyak tawaran aplikasi di media online untuk membantu kita memenuhi maunya kita. Makin asyiklah kita menikmati mager-nya. Benar enggak?
Padahal adanya aplikasi online itu sifatnya untuk memudahkan hal-hal yang urgent atau sulit. Bukan bikin kita jadi keenakan, kan? Nah, ini pintar-pintarlah diri kita dalam mengaplikasikannya.
Karena jika Sedentari dibiarkan terus-menerus, dampaknya bisa sangat berbahaya bagi kesehatan dan tubuh kita, serta beresiko munculnya penyakit, seperti ; jantung koroner, kolesterol tinggi, diabetes, obesitas, hingga stroke.
That’s why, setelah resign saya kembali aktif berolahraga yoga, renang, dan juga lari. Plus Capoeira! Untuk apa? Biar enggak mager saja. Dan juga biar tubuh tetap bugar dan segar. Konon kalau kita sehat, pikiran juga terbawa lebih sehat. Dicoba saja sis, poin ini benar banget lho 🙂
Aktif Bergerak Tak Menjamin Kolesterol Baik
Nah, bicara soal Sedentari, istilah ini baru saya tahu saat menghadiri sebuah event di Senayan City beberapa waktu lalu, yang diadakan oleh Nutrive Benecol. Dan di sana juga, saya sekalian cek kolesterol. Meskipun sebenarnya saya merasa baik-baik, dan sedikit yakin hasilnya baik.
Dan ternyata… jeng, jeng, jeng! Kolesterol saya di angka 216. Whaa, kok bisa? Padahal saya aktif bergerak, kan?
Nah, ternyata aktif bergerak pun enggak menjamin bebas kolesterol ya, teman-teman. Bisa jadi pola makan saya masih belum teratur dengan baik. Sementara angka kolesterol yang baik itu, enggak boleh lebih dari 200.
Oke fiks, harus dibenahi lagi nih pola makannya.
Well said! Dari video yang diungkapkan oleh dr Vito Damay di atas itu, penyebab utama penyakit stroke dan jantung dan adalah karena kolesterol berlebih. Ini terjadi karena faktor-faktor yang disebutkan di video tesebut.
Nah, kalau sekarang akhirnya tahu betapa gaya hidup sedentari juga bisa sangat berbahaya jika dilakukan terus menerus, terus, kapan mau berubahnya? Masih merasa sehat? Sudah cek kolesterolnya belum?
Nutrive Benecol, untuk Menurunkan Kolesterol
Mendapati hasil kolesterol yang ternyata membuat saya sedikit shock, di acara tersebut saya juga disarankan mencoba Nutrive Benecol. Umh, rasanya asam dan manis, persis youghurt sih. Tapi kelebihannya, kalau Nutive Benecol ini dikonsumsi secara berkesinambungan, bisa memberikan manfaat untuk menurunkan kolesterol dan risiko sakit jantung koroner.
Kok bisa?
Iya, karena mengandung Plant Stanol Ester-senyawa dari tumbuhan yang menyerupai kolesterol, serta fungsinya menggantikan “kolesterol asli” waktu proses penyerapan kolesterol oleh usus.
Ya, karena rasanya enak, dan ada 4 varian rasa pilihan, pulang dari acara tersebut, saya jadi membawa sekantong Nutrive Benecol deh, buat stock di rumah. Siapa tau memang bisa menurunkan kolesterol saya. Yang penting ikhtiar saja dulu, yes.
Nah, teman-teman, memang untuk sehat itu, kita enggak bisa semaunya kita. Ada hal-hal yang harus kita batasi, atau kita rutinkan terus-menerus. Terlepas dari itu semua, tetap mengatur pola hidup yang baik juga.
Dan mulailah melakukan hal-hal berikut ini :
- cek kolesterol sedini mungkin
- jaga pola makan sehat
- stop merokok dan minum alkohol
- olahraga
- hindari stres
- awasi tekanan darah
- konsumsi Plant Stanol Ester (Nutrive Benecol)
Ada pepatah, “tua itu pasti, sehat itu pilihan.” Kalau saya memilih tua, sehat, cantik, berlimpah, dan penuh berkah. Amiiin. Kamu?
Intip juga informasi terbaru dan lebih lengkap melalui akun media social Nutrive Benecol.
Website : www.nutrivebenecol.com
Facebook : http://facebook.com/NutrivebenecolIndonesia
Twitter : @nutrivebenecol
Instagram : @nutrivebenecol_id
isnuansa says
Whaaa, yang rajin bergerak juga ternyata bukan jaminan kolesterolnya rendah ya, Kak.. Sehat itu memanglah mahal, baru kerasa gini setelah cek kolesterol dan angkanya di atas 300. Hiks..
Nia K. Haryanto says
Huhu, aku nih Makpon lagi di fase sedentary. Takut eung. Kudu mulai banyak gerak, ya. Huhuhu…
Winny Widyawati says
Wah salut mb Mira. Memang saya liatnya mb Mira ini orang yang “gak bisa diam” ? selalu bergerak. Bergerak yg positif, makanya wajah dan badannya juga selalu nampak segar, sehat dan enak dipandang.
Semangat terus ya mbak, inspiraaiku ?
Sary Melati says
Aku pernah denger dari salah satu narasumber di acara ksehatan, olahraga dan pola makan sehat itu dua2nya mesti dipentingkan utk mencegah kena penyakit macam kolesterol. Gak bisa cuma olahraga aja atau makan sehat aja. PR banget ya :))
Bang Aswi | @bangaswi says
Ya, olahraga aja gak cukup, harus dibarengi dengan pola makan dan pola istirahat. Semuanya harus bersinergi. Begitulah hidup, butuh kerjasama yang baik, tidak bisa satu hal yang menonjol. Keep moving ^_^
Aqied says
Mbaaa kok sama siih. Aku juga kolest nya 215. Hiks