Walau sudah memasuki hari ke sekian di tahun baru ini, Sebelum memulai cerita liburan Raja Ampat, saya mengucapkan selamat tahun baru 2013, semoga di tahun ini semua kebahagian, kesehatan, kemudahan dan kelancaran menjadi berkah kita semua. Amiin.
Raja Ampat, pertama kalinya saya mendengar nama ini ketika suami saya mengenalkan nama kaka ipar saya yang kebetulan lahir dan besar di Papua lalu saat ini menetap di Sorong. Tidak heran, Raja Ampat merupakan wilayah yang diwarisi dari leluhurnya yang kemudian dijaga dengan baik oleh masyarakat sekitar, termasuk kaka Ipar saya. Cerita kemudian berlanjut ketika saya mulai mencari-cari melalui internet, seperti apakah pulau itu, dan subhanallah, gambar-gambar atau foto yang saya lihat di internet membuat saya berdecak kagum. “Ya Allah, seandainya engkau bisa memberikan kesempatan untukku berkunjung ke Raja Ampat”, batin saya.
Hingga menjelang akhir tahun beberapa waktu lalu, suami saya mengangetkan saya untuk segera mencari tiket.
“Yank, coba kamu cari tiket ke Sorong tanggal 27 Desember 2012, ya” kata suamiku di ujung telpon Jayapura sana.
“lho, untuk apa, Yah?”
“untuk kamu, heheheh” Suami saya menggoda.
Awalnya saya biasa saja menanggapi ajakan suami, karena pikir saya kami hanya akan bersilaturahmi pada kaka ipar (kaka perempuan dari suami saya) di Sorong. Tapi begitu suami bilang bahwa kami akan ke Raja Ampat, saya seolah tak percaya. Senang sekaligus berdebar. Hihihih, lebay yak. Tapi tak apa, nyatanya saya sangat senang akan berkunjung ke Raja Ampat, sebuah pulau terindah no 1 di dunia, (*katanya).
Setelah mendapatkan tiket, saya mengabari suami bahwa tiket yang masih masuk budget adanya pererbangan malam hari menuju pagi. Tentu awalnya saya keberatan, karena tidak biasa melakukan penerbangan dini hari. Tapi suami saya meyakinkan kalau penerbangan malam hari justru lebih nyaman, karena saya tinggal tidur di pesawat. Okey, akhirnya saya pun issued tiket Sriwijaya airdengan harga tiket Rp.1,900.000 take off pukul 22.45 dan tiba di Sorong pukul 06.45 Wita esok harinya. Cerita tentang perjalanan awal silakan baca di siniyak.
![]() |
Tiba di Bandar Udara Sorong pagi hari 27 Desember 2012 (foto doc pribadi) |
Tiba di Sorong tanggal 27 pagi,saya dijemput oleh kaka ipar saya, mba Icha. Perjalanan di atas pesawat saya tempuh melalui jakarta – (transit) Makassar (kurang lebih 2 jam), dan 1,5 jam di makassar kemudian terbang lagi dari makassar – Sorong selama kurang lebih 2,5 jam.
Saat tiba di Sorong, saya belum bertemu suami, karena beliau masih di Jayapura membereskan segala laporan tahunan pekerjaannya. Barulah tanggal 29 suami tiba di Sorong. Senang? Tentulah, kami kan memang terpisah jarak selama ini. Walau merasa sedih karena belum bisa mengajak kedua anak saya, akhirnya saya mulai mencoba menenangkan diri, dan bertekad suatu saat nanti saya akan ajak anak-anak terbang ke Papua menuju Raja Ampat, Aamiin ya robbal alamiin.
Akhirnya tanggal 29 pukul 3 sore wita, saya beserta rombongan; saya dan suami, kaka ipar (mba Icha) dan suaminya yang asli Papua (ka Moris), Michelle, 2 orang teman kantor suami dan beberapa kerabat awak kapal yang asli Papua. Total dari kami ada 10 orang. Namun, dalam perjalanann menuju raja Ampat, kami terbagi 2 rombongan, Ka Morris dan teman-teman lebih dulu jalan menggunakan speedboat menuju Waisai, dan kami menggunakan Kapal cepat Marina Express. Perjalanan Sorong ke Waisai kurang lebih 2 jam, dan harga tiket kapal tersebut sebesar Rp. 120.000/ orang. Tak ada hambatan yang berarti saat itu. Namanya juga pake kapal besar, jadi saya masih merasa aman dan nyaman. Tiba di Waisai jam 5 sore, kami bertemu dengan Ka morris dan kawan-kawan (Mario, Hanafi dan Rustam) yang sudah menunggu di Speedboat, karena ternyata perjalanan Kapal besar tersebut hanya sampai Waisai. Dan di sinilah petualangan di mulai.
![]() |
Kapal laut Marina Express (foto : pribadi) |
![]() |
Bersama Suami di Waisai |
![]() |
Speedboat yang kami naiki dari Waisai menuju Waegio – daratan Acoliok (foto : doc pribadi) |
Saat berbincang dengan Ka Morris, saya cukup menelan ludah ketika diceritakan bahwa perjalanan masih akan ditempuh dalam waktu kurang lebih 3 jam menuju rumah pohon (daratan Acoliok – Waigeo) di pulau Waigeo, dan akan menyebrang lautan lepas menggunakan speed boat. *rumah pohon ini adalah salah satu tempat yang dibuat oleh Ka Morris untuk ditempati, kebetulan saat ini ditempati oleh adiknya, Ka Nita berserta suami.
Berasa dari kota alias orang gunung, maka saya masih lengkap dengan pakaian ala turis gitu deh *sok gaya. Alhasil, ketika menyebrangi lautan, cipratan air laut tak lagi membuat saya tampak seperti turis, hahaha. Suami saya sudah mengingatkan sejak awal, bahwa perjalanan ini bukan perjalanan yang *mungkin akan membuat kamu nyaman, tapi lebih pada backpacker dan adventure.
![]() |
Masih gaya ga? (foto : doc pribadi) |
Inilah kali pertama saya mencoba petualangan yang tidak biasa. Ada keraguan dan ketakutan melihat air laut, karena saya memang memiliki trauma tersendiri sama perahu. Jadi ceritanya waktu saya kecil, kami sekeluarga pernah rekreasi di situ Cileunca Pangalengan, dari suasana yang hening, tiba-tiba hujan deras disertai angin kencang turun dan mengguyur danau tersebut. Perahu kayuh yang saya naiki bersama Uwa (uwa = kaka dari mama saya), oleng tertiup angin dan kemudian basah kuyup. Saat itu saya masih kecil, tapi trauma tersebut masih jelas teringat dalam pikiran saya, itulah yang sempat membuat saya ragu ketika perjalanan menuju Raja Ampat ini ternyata harus nyebrang lautan lepas, bukan danau seperti Situ Cileunca. (intermezzo dikit deh)
Balik ke cerita. Karena perjalanan dari Waisai menuju rumah pohon sudah sore, dipastikan kami tiba di rumah pohon akan malam. Dan perjalanan ini adalah perjalanan yang mengajarkan saya banyak hal. Tiba-tiba saya jadi sangat bersyukur pada Allah SWT atas alam jagat raya ini, lautan yang luas menyimpan seluruh misteri di dalamnya. Tidak hanya rasa syukur, saya juga tiba-tiba teringat dosa-dosa, pikiran udah parno aja, “gimana kalau perahunya terbalik?’ aah pokoknya pengen tobat, asli.
Alhamdulillah, walau melewati ombak yang lumayan bergelombang untuk ukuran saya, cipratan air laut yang sedikit membasahi baju, sekitar pukul 19.30 wita kami tiba di rumah pohon (total perjalanan Waisai ke daratan Acoliok selama 3,5 jam). Luarbiasanya, dalam kondisi perjalanan yang terpotong pergantian cuaca sore ke malam, Ka Moris lancar membawa kami ke daratan Acoliok tanpa nyasar. Saat itu bahkan speedboat yang kami tumpangi tidak bercahayakan lampu besar, hanya berbekal senter saja dan bulan yang bersinar terang. Saya sangat kagum sama beliau. Padahal lautan yang kami tempuh seperti tak berujung, apalagi di malam hari. Mungkin kalau bukan yang mengenal wilayah itu, dipastikan akan nyasar. Sayangnya, lagi-lagi apa yang saya pikirkan tidak sesuai. Namanya rumah pohon ya, saya masih berpikir nanti di sana akan nyaman, minimal ada kasur empuk, kipas angin dan lainnya. Dan… kembali pada judul adventure, Okey, saya kudu siap tidur beralas kayu malam itu. Tapi ternyata, yang terpenting (air jernih) tidak susah kami dapatkan, walaupun adanya di sungai tepat di belakang rumah pohon. Setelah selesai menurunkan barang-barang, saya pun mandi. Bagaimana cara mandi di sungai? Karena hari sudah malam, ga ada pilihan kan, toh siapa yang mau lihat. Akhirnya mandilah saya di sini . Pake baju ga? *ga usah tanya deh xixixi. Kita lanjut cerita hari kedua menuju beberapa gugusan pulau lainnya ya.
![]() |
Tiba di daratan Acoliok, Waigeo Barat pukul 19.30 wita |
![]() |
Suasan pagi hari di daratan Acoliok (rumah pohon) |
![]() |
Rumah Pohon di Acoliok |
Tapi sebelumnya saya jelaskan sedikit sama temen-temen. Kalau turis pada umumnya (lokal) biasanya bertolak dari Sorong menuju Raja Ampat, jalurnya langsung menuju Waisai dan pulau Wayag. Tapi karena saya berangkat bersama yang hafal daerah, maka kami diajak berkeliling mengunjungi beberapa pulau. Jalurnya, dari Sorong, ke Waisai, tiba di Rumah pohon (daratan Acoliok), lalu menuju daratan Selpele, lanjut ke pulau kawe, trakhir ke pulau Wayag.
Sekilas tentang daratan Acoliok. Tempat munculnya buaya di malam hari, dan saya melihatnya di malam terakhir saya menetap di rumah pohon, kemudian, pada pagi hari suara burung Cendrawasih dan penampakannya sangat bisa dilihat, lalu ada burung belibis, dan kakatua. Konon katanya, Acoliok ini banyak sekali babi liar dan buaya. Namun setelah ditempati oleh kaka ipar saya, lama-lama hewan-hewan ganas tersebut menjauh. *Syukurlah.
Supaya ga ngos-ngosan bacanya, cerita tentang Raja Ampat dan keindahannya saya sambung di next postingan ya 😀 *nyruputkopi (kabur pasti ditimpuk) :))).
ngiri nih sama mira udah bisa ke raja ampat
maaaaak…,asyiik banget perjalanannya ya? seru..
Nggak nahan liat indahnya foto suasana pagi itu.Subhanallah, indah banget ya?
di tunggu cerita lanjutannya.Nggak bakalan ngos-ngosan deh, dijamin! 🙂
subhanallaah, bagus bangeeeet, pengen ke sana tapi kapan yaa ^_^
senangnya mbak Mira bisa kesana
Yang Daratan Selpele kog nggak ada fotonya ya?
Yang daratan Selpele kog nggak ada fotonya,mbak? Pengen banget liat gimana keindahannya
Ketika membaca alam dari dekat. Subhanallah. Indahnya Indonesia. Seru banget ya mak perjalananmu.
Hahaha seru deh Mak
Apalagi liat gaya artis gtu..duh gak kebayang berjam-jam di atas perahu *merinding sendiri
Luar Biasa! Jadi kepengen mengajak anak dan istri ke sana. terima kasih mbak Mira. Sayang ya anak-anaknya gak bisa ikutan. Pdahal bagus banget pemandangannya.
salam
Omjay
Ya ampun mbaaak..keren bgt itu pemandangan pagi2nya.
Keren2
di tunggu next part-nya.
waduh mak Mira, saya kan di Sorong… tau makmin datang ke kampung saya, kan bisa ketemuan.. hehehe…
Mak Miiirr… Itu keren banget dah pemandangan waktu pagi di Acoliok-nya.. Andaikata Jakarta deket same tempat begituan, tiap minggu rela dah bolak balik, hahaha…
Tapi mahal amir ya kalo mau ke sana, tiket aja bisa 5 jeti pp. Baru tiket doang. Hiks hiks..
oh ya, asyik sekali Mak Mira, sudah keliling pulau di RAja Ampat. Saya saja yg tinggal di Sorong baru sempat menginjak pulau yang paling dekat saja… hiks..
YAh Maak seru abis deh ceritanya..!
wadooh senengnya ya punya kerabat di sana…!!
AKu jadi ikutan di bawa jalan2 niy !!
@Lidya : xixixi, alhamdulillah Teh Lid, dikasih kesempatan sama yang di Atas
@Waya : Alhamdulillah asik banget mak. Siap Insya Allah segera posting
@Emaknya Shidqi : Insya Allah dikasih jalannya ya Bunda
@Faril Lukman : Segera nanti aku upload di postingan berikutnya ya
@37Mw : iya, sungguh nikmat mana yang bisa aku dustakan 🙂
@Esti : wkwkwkw, walau di laut narsis teteup ya bo
@Wijaya : Iya, memang kami juga ga mau beresiko dulu Om, perjalanan pertama untuk mengenal medan. Dan ternyata, kalau saja kemarin aku bawa anak-anak, akan banyak kekhawatiran 😀
@Melly : iyaa, keren banget nget Mel. Insya Allah secepatnya aku posting
@Wilda’s mom : aah, sayangnya sebelum berangkat aku ga nanya2 di group yaa siapa yang domisili di Sorong. Eniwey, semoga bisa balik lagi ke sana ya
@Isnuansa : itu baru Acoliok mak Is, belom Wayag nih, paling indah. Memang, aku pun terpaksa merogoh kocek lebih banyak nih
@Nchie : iyaa alhamdulillah seru mak, ma kasih ya
Raja Ampat tuh emang asik banget ya, pemandangannya indah ..
Dulu suami yg pernah kesana, dikasih liat foto2nya, duh .. mupeng deh.
Maaaakkk… envy abeeeesss!!! >,< dan euy, lagi liat itu suaminya MakPonku sayang :)))) *ditiban MakPon*
wooooww…Raja Ampat….!!
kepengen banget snorkeling di sana jadi ga sabaran nunggu posting berikutnya tentang raja ampat ini…
di sana snorkeling and diving jg ga Mak…?
serunyaa bisa ke raja ampat…
nunggu postingan slanjutnya ni mba XD
kapan ya bisa kesana? *mikir*
wow emang keren bgt deh raja ampat itu ya.. *ngarep bs kesana 🙂
@Dey : Iya bener bu Dey, indah banget. Aku malah pengen balik lagi ke sana
@Redcarra : wkwkwk, kenapah, ada apa dengan suamikuh? *nyirih
@Tranzilea : ada, tapi kalau kami snorkling alami ajah, xixixi. Insya Allah segera diposting lanjutannya ya
@Dongeng Denu : Siip, Insya Allah bakal posting lagi
@Yessi : Semoga dikasih jalannya, ya Mba Yessi
@Myra : Amiin, semoga dikasih dan dimudahkan jalannya ya mak 🙂
pantes suami saya pengen banget ke sana… keren ya! 🙂