“Haish…” Judulnya ga mengenakkan sekali yak.
Tulisan kali ini terispirasi dari tontotan di statsiun televisi swasta yang kondang itu, (ga usah di sebut ya). Dalam acara 360 – Metro TV (keceplosan), ada segmen yang membahas tentang linimasa twitter. Udah pada punya akun twitter, kan? saya sudah, lho (*ga nanya).
Jadi gini… (*kalem)
Twitter dalam pandangan saya sebelumnya adalah sebuah tempat, dimana saya bisa mengungkapkan apa yang dirasa, dipikir dan diihat. Intinya, saya mau ngomong apa saja, terserah saya. Mau isinya cuma update “lagi makan”, “otw“, atau status-status geje gitu deh. Hingga akhirnya tahun 2009 lalu saya menjalankan sebuah bisnis networking, yang dalam perjalanannya selalu memberikan afirmasi positif. Praktis, yang tadinya mengisi TL saya dengan “Sampah”, berangsur-angsur saya mulai memperbaiki tata bahasa di TL saya. Bukan untuk jaim, tapi lebih karena saat itu memiliki rasa tanggung jawab moral sebagai leader yang harus selalu bertindak dan berucap secara positif. It work! Karena kondisi itu, dan keasikan dengan tim, saya sempat meninggalkan twitter dan lebih fokus dalam berbagai strategi untuk bisnis tersebut….
Pertengahan 2011, saya kembali membuka halaman diri saya di social media, termasuk twitter. Merasa bingung dengan bahasa apa yang mesti dituliskan, akhirnya saya hanya bisa menjadi silent reader, dan sekedar membaca lalu lintas di sana. Termasuk pada akhirnya, saya mulai follow akun-akun yang sering dapat RT atau aktif di TL. Dengan stalking tingkat dewa, lama-kelamaan saya semakin tau, siapa-siapa saja dan termasuk komunitas mana, mereka. Tanpa berpikir ingin difolback, dengan sukarela saya follow akun-akun familiar itu. Sampai akhirnya, dalam suatu waktu atau beberapa event, saya bisa melihat sosok-sosok yang sering berseliweran di linimasa. Tapi ya gitu, karena cuma “tau” aja, dan belum berkenalan alias bertegur sapa, kadang silaturahminya ada yang berbalas namun tak jarang cuma curi-curi pandang.
Kali ini saya ingin jujur, semenjak menggagas KEB, jumlah followers saya memang meningkat setiap harinya. Ada rasa egoisme dalam diri saya, bahwa ketika saya difollow dan saya belom follow balik, “Ya terserah saya, dong. Kan, saya yang punya akun.” Tapi, lagi…, saya dihadapkan pada sebuah pencerahan yang harus saya akui, menampar saya. Segmen di acara 360 yang mengupas tentang twitter dan kultwit sigkat Om Hazmi kemarin malam, membuat saya berpikir kembali mengenai fungsi dan etika following. Ini bisa saja menjadi kontra bagi sebagian orang, tapi bagi saya, ini adalah pelajaran yang harus saya aplikasikan.
#Jleb…
Satu TL itu saja, bikin saya merasa tertampar. Sesaat saya merenungi. “Iya, ya, siapa saya?”
Saya langsung membuka perbandingan jumlah followers dan following yang ada dalam profile twitter saya. Sedikit merasa lega, karena perbandingannya tidak melebihi setengah dari jumlah followers saya. Namun, ternyata kegundahan dan kekhawatiran dianggap sombong atau sejenisnya, bahkan hingga tulisan ini diterbitkan, saya menyadari, bahwa saya memang sombong. Terutama bagi akun-akun yang sengaja saya lewatkan untuk di follow kembali.
@ayankmira |
Sebelum saya semakin terlena dengan keresahan ini, kita juga patut menghargai sang punya akun, kan? Beberapa waktu lalu, saya sempat di unfollow, bahkan parahnya di block oleh teman saya sendiri. Shock? Tentulah, karena saya pikir, kami memang tidak sedang dalam masalah. Apakah hanya sekali saya di unfollow oleh teman yang dikenal secara langsung? Ada beberapa kali. Lalu, apakah saya harus mencari tau? Sementara saya sendiri masih follow akun mereka? Dirasa perlu, awalnya saya mencari tahu. Lama-kelamaan, saya mengurangi stalking saya tersebut, dan mengalihkannya dengan intropeksi diri. “Oh, mungkin TL saya dianggap ga penting, dan hanya berisi kata-kata ga mutu, kali. Oh, mungkin saya terlalu cerewet dan tata bahasa saya ga enak dibaca, kali.” Sampai sekarang, ketika saya melihat report akun yang meng unfollow, ya sudah, saya jadikan intropeksi terus. Dan sebagai manusia ‘tukang lupa’ dan niat awal punya akun twitter dulu, kemungkinan saya lupa belom follow balik, hingga sekarang.
Sambil berjalan, saat ini saya urut lagi satu-satu akun twitter yang follow saya, secara lebih dari seribu juga, jadi kalau dipantengin seharian, makin minus aja nih mata. Dan ternyata, diantara akun twitter yang sempat saya diamkan cukup lama, lalu semalam saya follow balik, tau apa yang terjadi? Akun tersebut DM saya dan berkata :
@plumyas |
Tertunduk malu. Tapi bukan karena pujian beliau lho, ya.
Saya malu, karena, saya yang bukan siapa-siapa ini, mengapa bisa ada yang sampai bilang ngefans, dan malah saya acuhkan uluran silaturahminya? Mak Laras, mohon maaf , beribu-ribu maaf, ya.
Saya kembali melihat akun-akun yang ada dalam daftar following saya. Saya juga menemukan hal yang sama. Karena ingin menjalin silaturahmi dan ada beberapa yang saya jadikan fans, tapi akun tersebut belum follow saya kembali. Padahal mungkin, ada beberapa waktu yang pernah mempertemukan kami. “Positif, Mira,” Iyaa, mungkin mereka belum ngeh kalau saya follow, makanya colek dong. Nah, kalau udah dicolek tapi tetep cuek? Ah, abaikan. Tetap positif.
Well, tulisan ini sebenarnya aksi spontan dari petunjuk yang beberapa hari ini mengarah pada saya. Seperti diingatkan. Siapa tau di sudut sana, ada yang mengkel juga sama saya karena belum di folback. Bagi sebagian orang, hal ini bukanlah masalah. Bahkan ketika “bukan siapa-siapa” dengan jumlah followers yang ribuan, tapi folback nya jauh dari setengah, dan sang mpunya akun merasa nyaman-nyaman aja. Yo wes, akun tetap haknya pemilik akun, kan? Namun alangkah lebih bijak kalau sahabat cek lagi followers nya, kalau yang memungkinkan di folback, maka folback lah. Siapa tau mereka benar-benar ingin bersilaturahmi dengan kita. (Yuk ah bebersih dapur). Dan setelah menyimak acara 360 itu, followers ribuan juga belum tentu menjamin kualitas dari sang punya akun. Seperti kita tahu, ada beberapa aplikasi jual beli followers, yang gratis dan berbayar. Tapi bagi saya, twitter layaknya dunia nyata yang di dalamnya terjalin sebuah silatuahmi. Bahkan, melalui twitter, kita bisa menjadi paling terdepan mengetahui info-info terbaru, termasuk gosip atau kasus-kasus lainnya.
Alhamdulillah, pandangan saya tentang twitter yang hanya sebagai tempat “nyampah” pun, sudah tidak saya rasakan lagi. Bagaimanapun, apa yang saya tuliskan, akan dibaca oleh semuanya. Salah nulis dikit, bisa jadi menimbulkan persepsi lain. So, tetap bebahasa dalam ejaan benar dengan gaya kita sendiri, tanpa perlu menjadi orang lain di dunia maya, kenapa engga?. Kalau kata @saryahd
Bener, apa bener banget tuh? 😀
Namun, tentu semua kembali pada pemahaman masing-masing. Ada yang masih dengan pandangannya “Terserah gue! You follow, I don’t care.” Ada juga yang malah mem follow balik bahkan memberikan banyak tulisan bermanfaat lewat kultwitnya. (Udah jadi seleb tweet, masih mau follow balik? Patut dicontoh) Dengan begitu, saya justru bersyukur, toh? Saya bisa belajar gratis dari akun-akun tersebut. Kalau ada akun yang saya follow dan lebih banyak menulis galau atau kurang memberikan manfaat alias cuma “gitu deh” dan nyuruh-nyuruh follow, mohon maaf, kan saya juga ga mau terbawa negatif dengan membacanya. Seperti kita tahu, kalau mau positif ya, bergaullah dengan orang-orang positif, termasuk follow lah akun-akun yang banyak memberikan manfaat. (*kata motivator ituh :D)
#Selfnote kali ini
1. Followlah orang-orang yang memberikan energi positif
2. Ikhlaslah mem follow, sekalipun belum di follow balik
3. Jangan stalking kelamaan, karena bisa menimbulkan prasangka alias sensitif
4. Lebih lapang dan bijak menilai tulisan orang
5. Tetap rendah hati dan being positif
(Insya Allah) – Mohon maaf untuk teman-teman yang belum saya folback. Saya akan nyicil dikit-dikit bebersihnya, ya 🙂
Bagaimana dengan teman-teman, apakah followers banyak menjadi prioritas utama? Terus, bagaimana seharusnya bersikap di twitterland?
Kalau kata om Nukman, “Jadi diri sendiri di Twitter. Tidak usah menjadi orang lain. Tak perlu sok jaim. Hidup di Twitter seperti bertetangga, saling menyapa, saling berbagai, santai dan penuh kegembiraan.”
“Tetaplah Menulis, Maka Kamu Akan Tau Siapa Dirimu”
Ririn Handayani says
Bagus Mak catatannya, sarat hikmah 🙂 terimakasih udah folbek juga….:)
RedCarra says
#plaaakk
hahahaha… makasih ya makpon :-*
saya sih maunya ikhlas2 aja kalo nge follow, dalam artian, saya nge follow orang sebisa mungkin ga usah mengharap mereka untuk mem folbek… dan kalo saya di unfollow, kok ya sampe sekarang saya masih ikhlas2 aja…
Tapi so far sih, kalo temen2 yang udah saya kenal sebelumnya, atau 1 komunitas, selalu saya follow dan folbek 🙂 kalo ada yg belum, ya berarti kelewat T___T maap, mata masih suka siwer. makanya colek dong hahahaha…
dan bener banget, saya pilih2 nge follow orang. karena jangan sampe malah bikin saya pusing atau terseret jadi negatif thinking 😀 pilah pilih akun yang mencerahkan dan menceriakan…
Demikian….
Anonymous says
Kalau saya biasanya liat-liat dulu pemilik akun twitternya jelas gak, soalnya kadang klo ngintip TL yang follow suka ada yang pasang twit geje n “nggilani” akhirnya gak diunfollow hehe
keke naima says
temen sy pernah bilang kl twitter krn kalimatnya sangat terbatas, jd kebanyakan yg menulisnya spontan. Terkadang jd ada yg gak bs menahan diri. Atau ada tulisannya yg menimbulkan slh paham. Berbeda dg tulisan yg panjang2, krn kita di beri kesempatan utk menjelaskan sebanyak2nya ttg maksud kita. Jd emang hrs lebi bijak sih kl ber-twitter 🙂
Ika Rahma says
yaaa… dulu awal follow makpon blm banyak ngetwit, pernah suatu hari mau ngeDM ga bs krn ternyata blm difolback. Trus aku bete deh hihihi…
Rahmah says
Saya sudah follow emak dan mak juga sudah follow saya 🙂
#senangnya luar biasa
zaffara says
Kalo aku menganggap Makpon ini jauh dari sombong dan sebangsanya so’alnya mau folbek twitter-ku hehehe, makaci yaa …
ei says
so far, twitter buat ei ya sama seperti social networking lainnya. Bedanya cuman keterbatasan jumlah huruf aja. Tapi how to act in that twitterland ya sama aja kayak di dunia nyata. Follow hanya kalo merasa nyaman. Kalo udah follow tapi jadinya ngerasa ga nyaman ya unfollow. Tapi kalo ngerasa unfollow bakal menimbulkan hal sensitif ya gunakan ‘mute’ hehehe ….
Hairi Yanti says
saya pernah di unfollow dan meng’unfollow teman mbak. Heuheuheu….
Waktu di unfollow, bertanya2 juga sih dalam hati ‘apa salah saya?’, walau kemudian sadar diri karena twit2 saya masih belum berkualitas.
Waktu saya yg unfollow teman, itu karena TL saya penuh terus dengan twit dia yang balas2an ngetwit sama temannya dengan urusan yang tidak saya pahami -_-. Tiap ada yang mention dia, dia akan RT untuk membalasnya. Yang berakibat, TL saya penuh sama dia aja.
jasa riview produk says
saya belom di follow Tante Mira..
Padahal ketemu Udah 😛
fikrielfrana says
follower adalah salah satu aset visitor blog atau website, jumlah follower sama juga dengan reputasi. bukan masalah sedikit atau tidak, peduli atau tidak. tapi masalah disini adalah personal branding kita. kalau yang ngefollow hanya teman, ya berarti seperti itu personal branding kita. kalau lebih dari pada itu, berarti ada hal lebih yg kita miliki, jangan selalu bandingkan dengan artis.
rina says
Setuju banget tuh kalo di twitter kita memang harus jadi diri sendiri that includes mau folbek atau nggak. Buat saya kalo saya follow seseorang saya gak ngarep di folbek, kecuali kalo lagi ikut blog hop yg minta kita kasih tau kalo kita follow supaya yg di follow bisa folbek. Saya juga gak serta merta folbek kalo ada yg follow. Biasanya kalo mau difolbek orang suka minta sendiri n that’s totally fine with me.
alaika abdullah says
Tulisan ini super keren mak! Turut membuka mata dan wawasanku tentang twitter nih. Mengapa?
Karena dari awal, aku tuh termasuk yang anti dengan twitter, hehe. Anti gimana? Habis twitter tuh pelit banget, dibatasi banget jumlah characternya. Pan Makpon tau sendiri, aku tuh kalo nulis suka panjang gituh, haha. Jadi saat buka akun twitter pertama kali, tuh akun duduk manis dan melongo saja, aku pun bingung mau ngapain di twitter. Haha.
Akun kedua, masih bernasib sama. Buka akun kedua ini pun hanya karena beberapa lomba mensyaratkan untuk difollow akun mereka sbg salah satu syarat ikut lomba. Kembali duduk manis deh akunku.
Barulah kemudian, aku mikir, masa sih akun twitter ku cuma nganggur gitu? Tapi olala, password itu ga bisa dibuka lagi, ga tau deh kenapa, pdhl udh minta reset password.
Akhirnya ga pake ribet, created a new account deh, dan @alaikaabdul kini pun jadi mulai berkicau, walau kicauannya masih ogah-ogahan. Haha.
But I hope, learning by doing will guide @alaikaabdul more interactive and having more and more friends to be interacted yaaa..
Trims for a very nice post Mak!
Sriyono Semarang says
Klo saya punya akun twitter, seminggu sebulan sekali saja belum tentu ngetuit… 😀
Monika Yulando Putri says
stuju mba… sy si jadi diri sendiri aja di twitter cm ya jgn sampai bikin tweet yg terlalu ga mutu atau kebanyaken curhat,saya jg ga suka klo baca tweet begitu soalnya hihihi…
follow dan unfollow secara bebas, suka difollow nggak suka nggak di follow, cm klo temen d dunia nyata si pasti sy follow walopun ga suka tweet2nya *jaga hub silaturahmi hehe…
tapi klo blog, sy ga suka klo disuruh follback, klo suka blognya pasti di follow tanpa diminta 😀
Syam Matahari says
saya ada twitter mbak, buatnya dari tahun 2010an tapi semenjak september tahun lalu saya mulai bingung gimana caranya ramah tamah di twitter 🙂
mulai menjadi sesuatu yg kurang menyenangkan lagi…
Sarah says
aku punya twitter tp jarang nenangga mbak, soalnya jarang ditempatin juga rumah twitternya 😀
Tarry KittyHolic says
Saya punya kaun twitter tapi ndak pernah dipake soale masing bingung cara menggunakannya hikz *gaptek*….
Santi says
Ulasannya keren mak….
saya punya akun twitter, tapi jarang banget dibuka.
jiah al jafara says
pantesan saya td di follow 😀 hihih
sebenernya bgiku g terlalu penting sih punya follower byk/dikit. Meski ngga mention” sama mbak Mira, aq tetep suka baca twitnya 😀
Ellys Utami says
Twitter saya malah nggak pernah berkicau, abis nggak paham sih.. 😀
Bung Penho says
kalo masalah twitter jujur kurang begitu familiar. soalnya aneh, seperti berbicara sendiri. saya rasa twitter paling cocok buat para motivator.
jadi saya aktifkan buat link blog aja, sapa tau ada yg pengen baca artikel saya hehehe..!
soal follow2an, saya ikutin arus aja. karna ada yg suka follow lalu minta folback, ad juga yg follow krna emang penting banget.
Haya Aliya Zaki says
Aku seneng banget waktu di-follow Om Pepeng dan Merry Riana hihihi.
anny says
Keren banget maakkkkk mencerahkan sekali 🙂
AstyNNS says
Dulu semua followers sy follback tapi lama2 males sama akun2 yg menuh2in TL dgn info2 gk penting, akhirnya skrg yg difollback ya milih2 aja. Dan di bio udah dicantumin bhw tdk semua yg follow bakal difollback. Gak terlalu dipikirin sih masalah follow2an ini, krn bagi sy twitter is just for fun :))
Si Ruslan says
salah juga yaa saya menganggap orang harus follow back yg saya follow , thanks pencerahannya 🙂
Nilam Wulandari says
Mak, terima kasih ya follow-nya, aku sudah follow back :).
Lusi says
Aku dikenalin twitter sm teman, seorang jurnalis dr MetroTV (keceplosan) & media junkies. Diajarin cara men-deliver diri di TL smp tetek bengek aplikasi engage-nya. Tp lalu aku ogah nerusin, jd segitu2 aja follower-ku. Tp aku santai aja. Ya emang cuma begitu diriku, asal aja. Kalau jaim pake akun KEB heheheee….. Aku kalau di follow, asal bukan akun nyumpah2/porno, pasti aku follback, jd emang seimbang jumlahnya. Kalau follow, gak ngarep follback krn aku pasti punya purpose yg lbh penting dari cari follower. Above all, aku lbh suka kedekatan drpd kemeriahan. 😀 Orang lain gimana, terserah aja, gak terlalu aku pikirin.
suria riza says
Teel aku isinya meong semua kasian kalo yg g suka kucing ngefollow aku 😀
Dan impactnya emang lebih besar kalo aku ngetwit kucing drpd pribadi sih 🙂
Buat bahasa asal g berkonflik seperti difb mbak mira bilang…hehehe aku sih g terlalu merhatiin. Bahasa tulisan kan tergantung yg baca…mau dipahami kayak gimana…
Aku juga bukan yg ngoleksi followan org banyak…daripda follow banyak tapi g pernah ngobrol …sama kayak kontak bbm…coba deh diperhatiin berapa banyak yg diajak bbman?
Aku hobi delete soale….menuh2in aja.heheh
Ini pemikiran aku seh kalo g setuju ya maap
Esti Sulistyawan says
Duluuuu banget saya sempet mikir yang hampir sama, Mak.
Saya follow kok gak di follow back ya
Lama2 karena akun twitter lebih banyak nganggur, yah cuek aja, twitter buatku cuma buat ikutan kuis Mak hehe
selebihnya masih gaptek T.T
sisihidupku says
Met malam mba,
Saya suka bermain twitter. Boleh dibilang suka banget. Banyak pertemanan yg awalnya maya akhirnya jadi real via twitter ini. Itu hal positif yg saya rasakan.
Memang kebanyakan sih saya hanya “nyampah” di twitter. Tp nyampah yg etis dan tak berbau sara, tetap saya anut.
Oh ya, akun saya di twitter @tiktwit. Saya follow akunnya mba ya, kalo berkenan sila di folback…
Salam,
Dessy - dessycherryponie says
Mak Mir…jd kepengen ngeliatin siapa aja follower kita, tapi kalo namanya aneh2 boleh yah ga di follow….hehe *trauma
masrafa.com says
Udah lama gak buka twitter.
Cuma buka saat ada mention doang.
Baca ini jadi brasa ditampar.
Thanks for reminding
Lyliana Thia says
masalah follow dan unfollow twitter udah jd bahasan dari lama ya mak… dan emang kudu hati2 supaya gak jd penyakit hati (baca: su’udzon)
hehehe…
aku sendiri punya akun tp gak pernah digunakan… hihihi… kecuali memang terpaksa bgt untuk ngetwit, aku lebih memilih blog saja untuk catatan pribadi… ^_^
sukses terus yah Mir.. 🙂
Titi Alfa Khairia says
Saya barusan bikin akun. hari pertama langsung ada 6 followers, diantaranya Pak Ahyudin ketua ACT (Aksi Cepat Tanggap), karena ngga ngerti aturan harus follow balik, beliau akhirnya unfollow saya hehehe. Tapi sebagai rasa sesal saya following beliau aja deh.
Serunya saya di follow artis nasheed keren dari Belanda Fathi Othmani, saya fol back dah, padahal waktu itu follower saya cuma 12 orang, hehehe. 😛
Anonymous says
Senangnya di Twitter itu kalau banyak memfollow orang , jadi banyak ilmu yang positif , buat emak emak rumahan kaya saya, daripada nonton gosip mending dapat ilmu dari kultweet atau sekedar Dpt info terbaru ttg apapun
bowo semarang says
Twitter, pesbuk, bb, dll sebenernya memang punya potensi bikin orang-orang lebih emosional. Di unfollow, rada2 sakit hati. Apalagi kalo PIN BB di delcont, wah banyak yg sakit hati tuh. Hehehe
Yah, bergantung kedewasaan orang kali ya. 🙂
MYOB says
Tulisannya keren dan sarat pesan. Thanks telah berbagi..
tyas says
sampai sekarang masih belum tertarik /blm ngerti cara pakai twitter utk berkomunikasi/bersilaturahmi… (what an old school n gaptek person I am.. 🙂 )
Saat ini punya twitter cm utk ngeretweet wise word, motivational word, utk dibaca sendiri… hehe…