Sebelum baca kalimat-kalimat di bawah ini, bayangkan kamu dalam suasana “kepo” tingkat dewi, atau tiba-tiba menemukan sebuah kalimat yang sepertinya pas banget dengan suasana hati kamu, terus kernyitkan alis, kalau perlu sambil nyirih…
“Gerah deh gue, maksudnya apa sih dia nulis kaya gitu, nyindir gue, ya? Kaya dia yang paling bener aja!”
“Eh, Mir… si Ceu Iroh kenapa sik, lagi galau ya, atau PMS? Ko bahasanya gitu”.
Itu adalah salah satu contoh kasus yang sering kita temukan di dunia maya, alias dunianya socmed’ers. Setiap saat tak hentinya kita dikagetkan dengan istilah-istilah yang mewakili sebuah keadaan. Contohnya : “No mention”, “Kepo”, “Stalking” dan lain sebagainya. Dan kali ini, adalah tentang “Nyinyir” atau bahasa terangnya ngomongin orang lewat bahasa tulisan secara tidak langsung. Semacam ngomongin di belakang gitu, deh.. Kasus ini muncul kalau seseorang lagi galau, kesal, bete bahkan marah ama seseorang. Alih-alih lebih baik disampaikan secara langsung pada lawannya, akhirnya… nyinyir is the best things to do (*halah, sok sok Inggrisan).
Saya yakin teman-teman hapal benar dengan istilah ini, apalagi yang suka malang melintang di linimasa twitter. Lewat twitter pun, kita dengan mudah menemukan bahasa-bahasa nyinyir. Bahkan, nyinyir menjadi satu hal yang dicari ketika sebuah gosip mulai muncul ke permukaan. Rata-rata akhirnya orang akan “kepo” (pengin tau) maksud dari nyinyir seseorang itu. Iya kalau moodnya lagi bagus, tentunya hal tersebut engga akan terlalu diambil pusing, tapi kalau yang baca lagi moody atau PMS, bisa jadi nyinyiran seseorang, yang tujuan sebenarnya bukan untuk kita, tapi karena kita lagi moody, maka praktis kita akan merasa ternyinyir atau tersindir *jleb. Hukum tarik menarik berlaku nih kalau sudah begini, energi yang keluar akhirnya negatif, apalagi… kalau bukan, prasangka.
Bagi saya pribadi, twitter saat ini menjadi salah satu media yang lumayan efektif untuk berinteraksi dengan teman atau para pemburu buzzer, hahaha… walaupun terbatas pada 140 karakter, so far twitter masih lebih menyenangkan dibanding FB (untuk urusan wall personal ya). Tapi sayangnya ya gitu deh, sebagian orang masih ada yang beranggapan sama seperti pada saat saya memiliki akun twitter dulu, bagi saya twitter hanyalah tempat untuk nyampah, “gue mau ngomong apa aja, terserah gue deh.” Tapi seiring berjalannya waktu, apalagi setelah bersama KEB (Kumpulan Emak Blogger) Saya semakin mawas diri. “Kenapa, Mir? Jaim ya?” Aihh, bukan gitu, mak… Ini lebih kepada tanggung jawab moral eke secara personal aja.
Semua orang berhak dan bebas mau nulis apa dengan tata bahasa masing-masing, termasuk ketika mau nyinyir di twitter dengan hashtag apapun. Tapi bagi saya, menjaga sikap atau istilah kerennya personal branding itu, ya tetap perlu dilakukan. Antara jaim sama menjaga personal branding memang beti, bo… beda tipis. Bedanya, personal branding lebih ke arah positif (iya gitu?). Ssstt, ini Cuma dari kacamata saya, silakan kalau punya pendapat lain.
Sekedar informasi juga… kebanyakan yang saya tahu (tapi engga bermaksud sok tahu), mereka-mereka yang memiliki akun dan aktif di twitter itu adalah mereka yang aktif berkomunitas, memiliki hobi yang sama atau tujuan konvensional lainnya adalah para motivator super. Tidak sedikit dari mereka juga aktif sebagai pengurus di beberapa komunitas atau akun-akun personal. Sekarang saya pengin dengar opini teman-teman, “nyaman engga sih baca tulisan-tulisan nyinyir di twitter atau di social media lainnya?” Saya pribadi jujur, engga. Adapun kalau ada yang ingat saya sempat nyinyir di twitter, saya mohon diampunkan segala khilaf yaa (toyor sekalian). Toh, tulisan ini saya buat pun untuk mengingatkan diri saya, agar sebisa mungkin mengurangi atau bahkan hilangkan kebiasaan nyinyir di social media. Selain akan ada energi negatif yang menjadi prasangka, maka saya pun akan ter cap sebagai orang yang tukang nyinyir. “Tuh, makpon KEB, kerjaannya nyinyir.” *njengkang sambil nyirih, runtuh sudah #personalbranding wkwkwkkw.
They know what you write, setidaknya teman kita di dunia maya akan mengenali kita melalui gaya bahasa kita dalam tulisan, dan hal yang paling mudah untuk mengenali seseorang adalah dengan isi tweetnya. Lagi-lagi, itu menurut saya, lho… Walaupun sebenarnya itu belum bisa dijadikan tolak ukur sebenarnya.
Tapi, jangan dikira saya engga suka kepengin nyinyir, kadang ada perasaan gitu juga, ko. Tapi akhirnya saya urungkan, dan lebih baik curhat aja langsung secara lisan sama sahabat sendiri atau beberapa sahabat lainnya, dan itu berguna banget. Setidaknya, kami saling mengingatkan agar tidak melakukan hal yang sama. Nah, pasti sahabat-sahabat saya lagi senyam senyum nih baca tulisan ini. Iya-iya… Kalian the best ko, hidup nyinyir… *apaseh :))
Kesel, bete, marah atau sedang dalam suasana engga nyaman, mending masuk aja ke draft postingan blog, atau bikin fiksi sekalian, saya jamin itu akan mengurangi rasa ingin nyinyir. Bahkan malah menghasilkan karya fiksi, mau itu puisi atau cerita fiksi lainnya. Tapi, hidup kan pilihan ya, jenderal… Kalau dirasa hal tersebut tidak merugikan orang lain, ya… tak apa. Yang pasti akan rugi sendiri, karena tak lama kemudian cap “tukang nyinyir” akan lekat dengan keseharian kita. Okeh, kali ini eke tobaat, “ga boleh gitu lagi ya, Mira…” daripada nyinyir, mendingan nyirih… (Siap-siap dinyinyirin sejuta umat di TL gara-gara postingan eni nih)
Membangun personal branding secara positif, bukanlah sesuatu yang diharamkan. Semakin banyak menuliskan sesuatu yang meminimalisasi prasangka, itu jauh lebih menyenangkan… Sekali lagi, daripada nyinyir, mending…???
Jawaban paling kreatif, positif dan oke menurut saya, saya kasih hadiah yak. Pulsa @100.000 untuk 2 orang nih. Dengan catatan jawabannya diaplikasikan dalam kehidupan kalian sehari-hari. Sanggup? Buktikan!
Jawaban ditunggu sampai 15 juni 2013 pukul 00:00 dan akan saya mention di twitter pada tanggal 16 juni 2013. Yang belum follow twitter saya, monggo colek @mirasahid (sekalian promo). So jangan lupa cantumkan nama twittermu di kolom komentarnya ya.
“Kesal, bete, dan marah itu pasti terjadi, tapi… nyinyir itu pilihan”. – MS
suria riza says
duh aku sering nyinyir g bisa ikutan lomba nihh
Sumarti Saelan says
Makanya ikutan ini mak Suria biar ga nyiyir lageee 😀
Mira Sahid says
@Suria & SUmarti : kalian bedua jawab ajah pertanyaanku, ngasal juga boleh haghaghag 😀
IrmaSenja says
Membaca tulisan makpon tersyg memang jd pengen manggut2 kepala nih,setuju bahwa mengingatkan org lain bersamaan mengingatkan diri sendiri, mengkoreksi diri dan akhirnya memperbaiki diri adalah bagian dari berbagi ya mak. Saya sering melihat atau membaca yg pd nyinyir di fb atau twitter, tp dari psda ikutan nyinyir mending saya nulis puisi…xixici…
IrmaSenja says
Baca tulisan makpon tersayang jadi pengen manggut2 mengiyakan.
Setuju, bahwa mengingatkan org lain bersamaan mengingatkan diri sendiri, lalu mengkoreksi dan memperbaiki diri adalah bagian dari berbagi ya mak.
Saya juga sering membaca atau melihat status dan tweet2 yg seperti makpon bilang agak #nyinyir, tapi saya pikir dari pada nyinyir mendingan ? nulis puisi, dari pada nyinyir nyindirin org mendingan nge-tweet kalimat2 gombal sekalian :))
kenapa ? menulis puisi salah satu theraphy jiwa, melembutkan hati (menurut saya) dan menghasilkan karya xixixi..
Saya merasa kalau saya bkn tipe org yg nyinyir, tp sekali lg yg plg objektif menilai diri kita tentu org lain. Jadi kalo ada yg berfikir saya jg nyinyir, janji deh mulai sekarang saya gak nyinyir lagi 😀
*doh ini panjang bener kmntr :))
Lusi says
Aku baca berulang-ulang pertanyaannya yang mana sih? Oooh ternyata daripada nyinyir mending….. jadi makmin. Dah deh tuh,sampai gemporpun masih gak cukup waktu u mengarahkan toa kesana kemari. Gak sempat nyinyir deh.
adetruna says
daripada nyinyir, mending…??? *Jawaban saya: Nyisir!
Lengkapnya: daripada nyinyir, mending Nyisir – Rapihin tuh rambut, eh emak2 mah ketutup hijab ya??? *Buat bapak2 ajah sekali lagi Nyisir!!!! Bhihik
Twitter akuh: @adetruna
*Ngarep*
Bung Penho says
kalo twitter buat saya masih terasa asing banget. di daerah saya banyak yg hobby FB ketimbang twitter. jadi gak tau masalah nyinyir segala macem!
Indah Juli says
Kalau aku orangnya jarang nyinyir, karena aku kan baik hati, tidak sombong dan gemar menabung :)))
kalau menurutku sih, tergantung bagaimana menyikapi nyinyir itu, sesekali wajar kalau kita memang BT banget.
Cuma kalau sudah berhubungan dengan komunitas, apalagi kalau saya atau Mira yang sudah dikenal sebagai aktivis KEB, nyinyir itu harus pakai mikir :)) (terlepas dari personal branding ya)
Bukan apa-apa, kadang orang melihat kita sebagai perwakilan dari komunitas tersebut, yang satu kalimat saja bisa berarti banyak.
Kalau sudah berhubungan komunitas, jaim itu perlu kok 🙂
Lagian kalau kita nyinyir, rugi lho nggak bisa jadi buzzer #apaseh
Sary says
mungkin ada yang berpikir jaim, personal branding, pencitraan atau apalah namanya, suatu hal yang kurang baik karena kesannya kita gak jujur dan menutup-nutupi sesuatu.
tapi kalau liat dari sudut pandang positif, jaim, personal branding, pencitraan, atau apalah itu namanya, penting loh. menurutku pribadi, selama dilakukan dan penerapannya proposional, itu adalah salah satu cara afirmasi diri dan penghargaan kepada diri sendiri.
em, walau udah tau akun twitterku, kutulis aja lagi siapa tau lupa. @saryahd ya, mak. kali-kali aja dapet pulsa. boleh kan mak board ikutan? *senyum paling manis*
Untje van Wiebs says
Sukaaa banget sama tulisanmu mbak…
Kadang aku pun suka mau numpahin kekeselan di blog, tapi kutahan tahan hahaha gak baik soalnyaaa…
Daripada nyinyir mending apa ya, cari ide dulu ahh~
catatanemak says
nyinyir a.k.a tidak mendapat seperti yang orang lain dapatkan…hahaha..
@sitihairul
quinie says
ikutaaannn ahhh
daripada nyinyir, mendingan saya mengupdate blog2 yang sedang saya ternak-an 😀
*hobi kok ternak blog?!
@ciquinie
Apikecil says
Saya paling nggak suka sama orang yang nyiyir di media sosial. Bagiku mereka sama saja dengan menjatuhkan dirinya sendiri di mata publik. Hidup di dunia maya sama halnya seperti hidup di dunia nyata. Semuanya ada etikanya sendiri. Kita adalah apa yang kita tulis. Kalau di dunia nyata mungkin pepatahnya akan seperti ini : mulutmu adalah harimaumu.
Melemparkan pernyataan nyinyir di jejaring sosial itu bisa menimbulkan banyak fitnah. Selain itu, menimbulkan banyak tafsir juga. Niat hati mau nyindir seseorang, eh malah banyak yang kerasa kesindir. Rugi banget kan? Itu hanya akan meperburuk citra diri kita.
Jujur saja, ketika ada seseorang yang nyinyir sama kita ada kalanya ego ini naik. Mau membalas dengan nyinyir yang lebih pedas dan ngena lagi. Tapi, apakah itu adalah pilihan yang tepat dan bijak? Kita nggak suka lihat orang nyinyir tapi kita sendiri melakukannya. Itu hanya akan membuat semuanya tak akan pernah selesai.
Sudah..sudah.. kalau bicara tentang nyinyir, pembahasannya bakalan panjang kali lebar kali tinggi,heheheh. Dari pada nyinyir mending kita salurkan pada hal-hal yang positif. Kalau dirasa, nyinyir bener-bener gak bisa ditahan lagi. Coba kita salurkan dengan melakukan beberapa kegiatan yang bisa membuat emosi kita tersalurkan, hingga nyinyir tak akan keluar lagi. Berikut cara-caranya :
Daripada nyinyir, mendinggg???
1. Nyuci celana jeans suami yang udah kucel dan selama sebulan belum dicuci. Ingat. No mesin cuci. Nyucinya harus pake tangan. Jadi seluruh energi negatif kita tersalurkan buat nyuci itu celana. Ini khusus untuk emosi tingkat tinggi. #gak ngebayangin, nyuci celana jeans yang udah sebulan gak dicuci pake tangan 🙁
2. Lari-lai atau sepedahan. Ini bisa mengontrol emosi kita lho Mak 🙂
3. Makan sambel yang puedesssss. Ini juga sangat ampuh buat mengeluarkan emosi…
4. Nyanyi-nyanyi sambil tereak. Wah, ini juga beberapa kali saya praktekan dan terbukti berhasil untuk meredam agar nyinyir tak keluar dari tangan ataupun mulut saya Mak.
5. Baking. Ya, masak kue juga bisa meredam nyinyir lho. Kue yang disarankan donat. kenapa donat? Karena ada proses yang nguleni adonan sampai kalis. Nah, itu pelampiasannya Mak. Adonan bisa dibanting-banting sesuai kepentingan kita. Awas jangan sampai rusak ya Mak,hihihi
6. Nulis. Yang saya maksudkan dengan nulis disini bukan nulis curhatan kita untuk membalas nyinyiran orang lain dengan nyinyiran yang nggak kalah pedesnya. Tapi nulis cerita horor mak. Jadi emosi kita yang terpendam, akan kita manfaatkan untuk mencari inspirasi membuat cerita horor. Saking seriusnya, nanti kita pasti lupa deh sama nyiyir itu. Heheheh
Ingat Mak, kalau nyiyir datang segera lambaikan tangan ke kamera. Bukan dengan wajah nyerah dan pasrah. Tapi pasang muka yang manis sambil bilang : Byee, nyinyir. Setelah itu lakukan kegiatan-kegiatan positif dan bermanfaat. Dijamin, nyinyir gak bakalan muncul.
Jadi Mak, kalau tiba-tiba saya biki status sesuai dengan poin-poin di atas, berarti saya sedang menghalau nyinyir ya Mak 🙂
Fb : Zuhanna Priit Apikecil
Twitter : @apikecil
putrigrage says
Pernah nyinyir melihat twit salah seorang teman. Twit-nya tuh selalu kegalauan masalah pribadi yg menurut saya kurang pantas diumbar ke khalayak umum. Mungkin dia sendiri tak menyadari itu karena nge-twit itu memang sudah jadi kebiasaan, seperti ngobrol dengan dirinya sendiri.
Setiap kali membaca linimasa-nya, saya bergumam,”Please deh, kalimatnya diedit dulu sebelum ngetwit.”
Kalimat twit-nya memang sarkastik & jleb! Kalo di-unfollow orangnya, nggak bijak juga rasanya, karena utk teman sharing menulis saya masih perlu dia.
Sekian Mak Mira Sahid, testimoni saya ttg nyinyir.
Mohon maaf, smg tak ada yg tersinggung. Ini hanya sbg pelajaran utk saya pribadi. Peace! 😀
@BetaKun
Hani says
Saya termasuk pengguna sosmed yg ngga suka baca “nyinyir-an” deh mak, buat saya hal itu aneh aja, udah umur segitu/segini kok masih musim ya nyinyir menyinyir? (dan ternyata umur bukan jaminan mak, seriously). Nyinyir adalah hal yg bisa bikin org lain yg baca jd kepo setengah tiang, eh mati..
Alhasil, si penyinyir berhasil bikin banyak org jadi “negative spekulator” yg spekulasinya kemana-mana dan rata2 jelek semua.
So, what “nyinyir” are for sebenernya?
Tp jujur, karna terbiasa baca nyinyiran org, saya jg pernah tergoda buat ngelakuin itu ke seseorang dimasa lalu yg saya yakin dia masih suka stalking-in saya (halaaahhh PD begete) 😀
Skr udah ngga dong, mudah2an ngga akan lagi deh, ngapain ya mak?
daripada nyinyir mending nyemir sepatu suami mak.. hehehe
plus nyingkirin pikiran negatif dengan blogging, wiiiiy…
Salam silaturahmi maks dari si “air_mengalir” a.k.a @water_flow69
(gaiiaaa..):D
bint@ says
dari pada nynyir mending? nyiduk aer trus nyalain kompor, bikin kopi… ato teh. abis itu nyari cemilan duduk depan lepi, gak usah komen kepo atau bikin status baru sebagai balasan.. childizh banget kaaan? iya kalao ke’nyinyir’an itu bener tertuju pada kita? kalo enggak kan memalukan banget udah ge er tingkat dewi hihi..
trus duduk depan lepi ngapain doong? BW aja.. blogwalking cari tulisan2 yang lebih seger, sukur2 tulisan pencerahan atau motivasi.
my twitter @bintaalmamba ^^
jaim di sosmed terkadang jg perlu.. soalnya sering melihat kejadian.. galau atau uneg2 yg diluapkan bebas di sosmed seringnya mendapat respon yang kadang tak sesuai harapan. yaah belajar bersikap hati2 dengan melihat pengalaman orang lain, kalau saya sih..
trims mak mira, tulisannya sesuatu banget 🙂
sri sugiarti says
Nyinyir atau nyindir….pernah sih aku lakukan..tapi lama2 aku belokkan ke arah Fiksi…yah sekarang ini emak2 sudah tau apa hobiku sekarang Nongkrong di MFF nya mak Carra…nah itu dia bikin flash fiksi aja deh..mau kisahnya dibikin happy, sedih, bahkan tragis kadang juga lucu…heheheheh So da da da nyinyir
hana sugiharti says
Setelah tahu arti Nyinyir dan saya ingat-ingat lagi saya gak suka nyinyir tuh mak, Dari pada nyinyir di media mendingan kepo langsung ke orangnya. Tanya-tanya langsung apa yang pengen kita tahu dari dia. Dan kalau pun mungkin ada yang nyinyirin saya biasanya gak nggeh kalau ga ada yang kasih tahu hiihii kebal 😛
Aku suka berterus terang Face to face langsung confirm, biar tidak ada prasangka gitu. Kan lebih cepet selesai masalahnya.
OctaNH says
Daripada nyinyir … mending? O___Oa *mikir*
Kalo saya lagi ada hasrat pengen nyinyir, saya biasanya nge-quote kata-kata bagus dari orang terkenal nan bijak cendikia lagi ganteng, Mak. 😀 Misalnya saya lagi bete berat ama orang karena satu dan lain hal, saya gak bakalan terang-terangan bilang di sosmed. Kalo perlu diselesaikan, ya bilang langsung aja ama orangnya. Japri. Tapi, untuk menahan keinginan nyinyir, saya nyari quotes yang sesuai dengan keadaan yang saya alami dan rasakan. Quotes yang bagus gitu, Mak. Yang ngingetin kita sama hal-hal baik, ngasih harapan, dan semangat. Ini ada untung sampingannya juga: kita jadi keliatan 21% lebih bijak dan 34% keliatan banyak tahu tentang tokoh keren (walopun aslinya mah itu quote hasil nge-google jugak). Aih. 😀
(Itungan di atas dibuat alakadarnya sesuka-suka saya. 😀 )
Kalo saya baca nyinyiran orang, saya biasanya gak terlalu peduli sih. Palingan saya mikir: kalo emang dia ada masalah, dia bakalan bilang. Gitu. 😀
Siapa tau dia nyinyir karena emang lagi pengen ngeluarin isi hati aja. Belum tentu apa yang dinyinyirin itu ada hubungannya sama kita. Kalo pun ada, selama gak dia bilangin langsung, kita juga bingung mau gimana. Ntar kalo kita ngerasa kita yang dinyinyirin trus ternyata orangnya bilag gak, kan keliatan banget kita kepedean. 😀
Yak, itu jawabannya Mak. 😀
Imam Sujaswanto says
Menurut saya menyindir itu adalah salah satu prilaku yang kurang baik. apalagi harus diumbar di media sosial itu mencerminkan sikap yang tidak profesional.
Alangkah baiknya apabila kita langsung menegur kepada pihak yang bersangkutan agar yang bersangkutan dapat berintrospeksi diri atas apa yang telah dilakukannya.
Karena menyindir saja tanpa saran yang baik itu tidak akan menyelesaikan masalah, yang ada malah akan menimbulkan masalah yang sama dilain hari.
Itu saja sedikit pendapat saya. Tulisan ini sangat bermanfaat sekali, saling sharing dan berpendapat itu saya rasa bagus untuk kembali menata diri kita untuk lebih baik.
Terimakasih
Regrads
Fb : Jas Wan Etrek
Twitter : @jazwan_
ekspresi jiwa says
berhubung saya orangnya gak suka banyak bicara, apalagi sambil nyinyirin orang orang yang suka nulis status galau dan mengandung ghibah. maka saya lebih memilih diam itu emas baik diam dengan tidak komentar atau menceritakan org tersebut ke orang lain maupun diam di dalam hati yaitu dengan membathin misalnya “ko gitu sih? atau ih nih orang napa lagi, reseh dan nyebelin banget bla…bla…hehehehe sebab hanya akan mengotori hati saja . apalagi ini mau bulan ramdhan. kudu segera berbenah deh terutama untuk urusan hati mak, terutama hatiku cieee. apalagi kalo hati dah kotor tuh butuh perjuangan keras untuk membersihkannya. makanya begitu ibarat kain nih, begitu kotor sediit cepat cepat deh dibersihkan hati kita dengan amalan yang positif dan ibadah yang khusu’ catet berlaku juga untu diriku yang gampang sakit hati dan susah memafakan orang lain apdahal ini juga salah satu penyakit hati kata ustad saya huhuhuhu….jadi perlu lebih berlapang dada deh dengan selalu memaafkan orang yang nyinyirin kita,
ummi fathin says
Daripada nyinyir mending…..dengerin ngaji (murrotal Al Qur’an dan Terjemahan nya) ^_^
Yach karena sy manusia, manusiawi klo sy sedih, marah dan kecewa ktk di nyinyirin….hiks (bbrp kali sayah di nyinyirin di sosmed, pdhal sy hanya aktif di fb)
klo sy ‘flashback’ status2 saya di fb,ga pernah (spt nya memang iya ga pernah) membuat status ‘nyinyir2’ itu…:D
Mau sharing nggih MakPon (biar sy lega krn masih hangat2 sakit nya) —> Suatu hari tiba2 sy membaca sendiri, seseorang ‘si mPok’ nulis status ‘nunjuk ke saya’ maknJleeeb sakit nya, kronologis spt ini… sy membuat sale dag sy, uang nya sy donasi kan ke lembaga ttu dan bukti transfer sy upload di sosmed (tujuan sy hanya ‘amanah’ kalo sy ga bohong bikin event sale+donasi itu) ternyata ada ‘si mPok’ yang nyinyir ngutip sebuah hadist kurleb isi nya salah satu dari 3 kebaikan itu menyembunyikan sedekah….di like puluhan teman nya dan di tertawa kan ‘event’ sy itu….hiks hiks hiks (sy sedih sekali nich MakPon)
Nah rasa nya sakiiit dech….waduuuh, sy spt kesetrum dan sy butuh curhat, logika sy masih jalan saat itu, sy ga perlu membalas status nyinyir nya ‘si mpok’…tapi sy butuh temans yg mau mendengar resah gelisah membuncah hampir pecah….Alhamdulillah, setelah sy share (cerita) ke bbrp temans, sy lega plooong sekaliii ditambah nasehat2 temans itu bisa mendinginkan hati ini.
Dan…sy kembali ngadem di kamar sambil mendengarkan ngaji murotal tadi (di kamar sy ON 24 jam nonstop), ALhamdulillah adem dan sejuk sekali raga dan jiwa…
Apalagi pas mendengarkan Surat Ar-Rahman dan terjemahan nya
<====Ayat 42. Maka ni’mat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Ayat 43. Inilah neraka jahannam yang didustakan oleh orang-orang berdosa.
Ayat 44. Mereka berkeliling diantaranya dan diantara air yang mendidih yang memuncak panasnya.
Ayat 45. Maka ni’mat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Ayat 46. Dan bagi orang yang takut saat menghadap Rabbnya ada dua surga 1447.
Ayat 47. Maka ni’mat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Ayat 48. kedua surga itu mempunyai pohon-pohonan dan buah-buahan. ===>
Twitter : @mbokeanak2
Sumarti Saelan says
Dari pada nyinyir mending menikmati “dunia” favorit q, dunia Kpop hehehe…..
Menikmati wajah2 cantik dan ganteng artis Kpop itu membuat aq berasa muda, hunting film terbaru, drama terbaru itu sangat seru dan mengamati polah remaja ababil fan fanatik idola Kpop lain itu seru, membuat tambah tahu tentang dunia remaja yang butuh banyak perhatian dari orang tua, ini lo dunia remaja sekarang
Dan yang penting menikmati lagu ngebaeat dgn dance heboh ala Kpop membuat semangat bertambah hahahahaha……kaya abegeh banget deh aq 😛
@SumartiSaelan
Mayya says
Daripada nyinyir mending nelpon trus curhat ke suami hihihi… efektif banget, langsung lega dapet solusi dibanding ngomel2 geje ke sosmed…
Setidaknya tiap nelpon kan bisa bilang kangen hihihi *genit*
Nyinyir pergi, makin mesra ama suami, hatipun berbunga-bunga \(^_^)/
Prikitiu!
sari widiarti says
astagaaaa.. liat postingan mak satu ini, kq #jleb gitu ya..
liat komen yng panjang n manggut2 jdi peyang niy mau komen apa
>>>
aq juga pernah nyinyir di twitter cz gak terlalu berisik di twitter *jujur*
nyinyirku karena ada yg nyenggol “nyenggol” aku duluan, drpd aq labrak mending nyinyir di twitter yg lini masanya sepi daripada facebook, paling klo nyinyir gak langsng gimana2 gitu, nynyirnya paling ngetweet sebuah lirik lagu, truz pake hestek #CumaNyanyiDoang gitu aja :)))
jdi lebih save aja, bermaksud tidak menyakiti berbagai pihak.
>>
udah sih gitu aja klo nyinyir, tpi bukan menjadi suatu kebiasaan klo nyinyir karena nyinyir ya termasuk penyakit hati, tpi aq melakukan itu krn ada yg mulai duluan ya, ngapain juga memulai suatu perbutan yg “nggak banget”
ya lebih baik ikutan kuis, giveaway, kontes, yg pasti dapat hadiah *berharap*
daripada nyinyir yg pastinya hanya dapat dosa krn termasuk ngerasani *soleha mode on*
semoga bisa dimengerti penjelasanku ^.^b
meutia rahmah says
daripada nyinyir mending aku tidur aja atau nulis yang bermanfaat, nyinyir itu bikin nguras emosi, aura negatif tidak baik untuk kesehatan, badan, jiwa dan pikiran…yang nyinyir di sosmed kurang kerjaan banget…biarkan berlalu do something yg positif… suka banget sama postingan ini.
Ejawantah Wisata says
Ha…..x9 nyinyir kalau baca yang seperti itu Mba, tapi ngomong-ngomong nyinyir dari bahasa mana ya Mba ? Ha….x9
Salam wisata
Winda Krisnadefa says
Maaak…
setahuku nyinyir itu semacam bawel…membahas sesuatu terus-menerus, non stop, sampe yg denger (atau baca) pegel kuping (atau matanya)…hihihihi…
kalau nyinyir sambil nyindir, nah itu yg banyak ketemu di socmed…saya juga “kesentil” nih sama postingan ini…karena beberapa kali pernah no mention juga….tapi kadang suka mikir, lebih baik no mention daripada ntar malah jadi panjang urusannya….walaupun sebenarnya nyinyir sambil nyindir juga bisa panjang juga efeknya….ntar ada yg ngerasa, padahal bukan dia yg dimaksud, trus yg ngerasa bikin kenyinyiran baru membalas kenyinyiran yang salah alamat, lalu berlanjut ke org lain yg juga salah nangkep, dan ikutan nyinyir…dan…gituuu aja terus…:)))
somehow, saya sih ngeliatnya ini sebagai bagian dari dinamika kebebasan di social media…ada yg sudah sangat bijaksana menyikapinya, ada yg masih gagap dan gampang tersinggung, ada yg santai-santai aja biar pun ngerasa pernah melakukan dan disindir, tapi cuek bebeh aja…hihihihi….
saya sih masih belajar mengelola emosi saat sedang bersocialmedia…kadang masih suka kepancing, kadang gregetan pengen nyinyir, kadang jadi stalker aja diem2 sambil nyengir2….jadi intinya sih, masih membenahi diri aja…
ngaku, masih sering salah kata/tulis, dan memang efeknya salah nulis di socmed itu sama dengan salah ngucap di dunia nyata, biar pun bisa di-delete, tapi kalau udah di-publish maka dunialah yg menilai…:)))
trus, kenapa gue jadi manjang gini? wkwkwkwkwk…kan cuma ditanya daripada nyinyir mendingan…?
kalo saya daripada nyinyir mending nyirih sambil nyinden dan nyikat kamar mandi…halah….:))))
yuniarinukti says
Klo saya daripada nulis yang nggak2 lebih baik gak nulis deh Mbak. Karena bagi saya Social Media itu tempat untuk berbagi informasi, bukan ajang curhat secara personal. Malu lah dibaca banyak orang..
Dan harus diingat bahwa tulisan juga bisa menilai karakter seseorang lho. Justru dari tulisan aja kita bisa menilai orang ini angkuh, orang ini egois, orang ini sok bener dsb dsb.
Satu lagi, Social media adalah ruang keakraban dan pertemanan, bukan untuk mencari musuh, jadi nulis dan komentar harus yang baik-baik serta menyenangkan. Kalau ada teman yang nulis nyinyir, lebih baik lewati aja, jangan dibaca 🙂
So, semangat Mbak Mira… 🙂
Widodo van Sodhunk says
Nyinyir alias “ngrasani” orang sudah mulai saya kurangi. Kenapa? karena dulu saya juga pernah di-nyinyirin orang lain dan rasanya sungguh “mak jlebb”. Daripada nyinyir gak jelas, jika saya sedang gak suka pada orang, saya langsung bicara dengan yang bersangkutan. Dengan ngopi di warung dan bicara baik-baik adalah cara yang sederhana untuk menghindarkan saya dari yang namanya nyinyir.. 🙂
FB: Widodo van Sodhunk
twitter: @van_sodhunk
Yosi Suzitra says
Terimakasih sharingnya Mak Mira. Ini jawaban saya,
Daripada nyinyir, mending bikin lucu-lucuan sama anak-anak sampai ketawa nyengir.
Daripada nyinyir, mending masak cemilan dan manggil-manggil tetanggga biar mampir.
Daripada nyinyir, mending mengejar dateline lomba nulis walau bikin hati ketar-ketir.
Daripada nyinyir, mending bikin tulisan yang membahana bak petir.
Ila Rizky Nidiana says
enakan nyinyir pake bahasa daerah, jelas2 orang ga bakal ngerti,mak. apalagi bahasa daerah yang susah dipahami sama orang daerah lain. ga gakal keliatan kalo nyinyir. hihi
nyinyir itu maksudnya mau mengkritik tapi kadang yang mau dikritik itu orangnya termasuk yang susah sih. jadinya ya slow aja deh, mending nomensyen. pernah pake nomensyen juga buat komunikasi sm seseorang cuma buat nguji kangen ga nya. :)) *eh, ga nyambung ya *
Enny Mamito says
hhmm..aku gak ngerti mak cuap2ku di twitter termasuk nyinyir gak ya hehehhe.. kl di twitter aku malah lbh suka becanda guyonan sm tmn2, share link potingan ato say hello sm tmn2..
kl pgn curhat yg serius aku lgsg ngobrolin sm misua aja..kl pgn nulis panjang lebar ya dijadiin postingan aja 😀
@enny_bundazidan
suria riza says
jawab ga yaaaa… *tetep g jawab tapi mau pulsa *looohhh
Miss Rochma says
nyinyir di media sosial emang enggak banget deh, mbak. secara info juga nggak jelas. trus, trus, pikiran kita jadinya negatif melulu ke si subyek ke-nyinyir-an kita. ih.. nggak kebayang kalau kitanya ada di posisi dia kan?
daripada nyinyir di medis sosial mending :
1. bikin scrapbook. banyaaakkk banget layout scrapbook di inet yang bikin ngiler buat segera dicontek 😀
2. ke-nyinyir-an kita atau orang lain dibuat fiksi, trus diikutin ke lomba-lomba. hihihi, adal tema lombanya sama lho ya 😀
3. kalau pantau linimasa via PC, mending hentikan sejenak, trus download lagu yang banyak yang terlewatkan oleh emak-emak 😀
kuota inet habis, kita jadi nggak nyinyir 😀
Miss rochma
@ria_missrochma
noniq says
Daripada nyinyir mending nyengir..
Percaya atau ngga, suatu saat orang tersebut pasti menyesal juga uda publish/mengeluarkan kata-kata yg nusuk gitu, dan suatu saat ketika dia menjadi lebih dewasa dan bijak dia akan ngehapus tweet/status tersebut.
Karena saya sempat juga kayak gitu, mak.
Jujur sih, saya orangnya ga bisa nyinyir/nyindir ataupun kasi komen yg sarkastik baik lisan dan tulisan, hahaha, saya ga tau apakah ini ada kaitannya dengan faktor saya yg berasal dari Jawa Timur jadi ga terbiasa dengan kalimat2 nyelekit atau kepribadian saya yg easy-going, jadi lumayan ga peduli-an utk ngerespon orang secara berlarut2. Tapi jujur, dulu saya sempat kagum terhadap beberapa orang yang bisa seenaknya “nyablak” (sinonim nyinyir menurut saya) tanpa perasaan, soalnya kadang saya merasa sikap tersebut dibutuhkan juga utk menghadapi orang2 yg ga tau aturan;
Orang yg ga bisa dibilangin vs tukang nyinyir profesional
Dan dulu… Saya sempat pengeeennn belajar cara “nyablak” sarkasme untuk meluapkan emosi yg terpendam. Karena saya juga ga bisa marah, mak, banyak jaimnya 😀
Tapi setelah dipraktekkan, muncul pemikiran: mungkin yg namanya nyinyir itu bakat alam, gifted, atau sebuah kebanggaan – yang memalukan. Mau belajar kayak gimana, saya tetep ga bisa, ga pernah dapat “sense of nyinyirnya”, kalo orang uda dari sononya nyinyir itu ibaratnya kemampuan otak konek ke kalimat nyinyirnyapun cepet: mau dalam bentuk sindiran, hujatan, puisi terselubung – bisa langsung memproduksi kata-kata nyinyir. Bisa langsung dari mulut bisa juga semenit kemudian keluar di sosmed, hohoho…
Dan saya ga bisa, tweet-tweet-an nyinyir saya kurang “natural” dan terkesan maksa. Akhirnya: I stop being nyinyir-wannabe, merenungi dan terus refleksi:
1) Bagaimana kalau ada orang lain yg membaca tweet saya dan mereka akan berpikir saya “galau” dan berkepribadian kelabu karena status nyinyir saya.
2) Respect orang pasti menurun karena saya tidak bisa memposisikan diri dalam perkataan.
And, yes, pencitraan itu penting, mau dimanapun, siapapun, bagaimanapun. Apalagi saya orangnya kepo abis, saya suka ngeliatin tweet beberapa orang yang saya kagumi dan ternyata beberapa statusnya : nyinyir galau. Wah.. Sudah deh, langsung ilfil. Dan saya ga mau donk hal itu terjadi pada saya. Apalagi sekarang pekerjaan saya juga menuntut saya untuk memberikan image yg baik.
Jadilah saya hapus tweet nyinyir saya yg dulu-dulu: pembersihan nama baik, judulnya.
Lalu back to bakat alam saya saja : jaim.
– Kalau ada perasaan jelek di hati dipendam, sambil mikir bagaimana harus bertindak, apa akibatnya, nah kalau sudah kebanyakan mikir akhirnya saya ngantuk lalu tidur, pas bangun uda sembuh sakit hatinya, ga pengen nyinyir lagi.
– Atau kalo ga bisa tidur? Maen game candy crush di FB / HP , sekarang lagi addicted banget, mak.
– Kalo ga bisa berenti nyinyir: curhat ke buku diary, tumpah ruahkan semua. Keesokan harinya, dibaca lagi tulisannya dengan mental editor yg sukanya meng-edit, menyensor tulisan, menghaluskan kata-kata dan dijadikan postingan blog 🙂
– Terakhir, berdoa semoga orang yg nyinyir itu disadarkan sembari berterima kasih dia sudah jadi inspirator tulisan di blog juga terlebih berdoa semoga tulisan di blog kita laku dikunjungi dan panen komen 🙂
Sekarang saya uda kapok mak, ga mau sok-sok jago nyinyir, malah bangga saya ga bisa nyinyir orangnya. Kalo ada yang nyinyir ke saya, saya cuma balas senyum sambil bilang “O, gitu, ya” And, trust me, it works..
Orang malah bakal balik kagum ke kita karena kita ngga sakit hati dan malah malu sendiri: kenapa ya jadi orang kok nyinyir banget.
Oya, satu lagi mak, saya kurang setuju kalo ada orang yang membenarkan sifat nyinyirnya:
“Saya emang dari dulu orangnya gitu (nyinyir)”
Walaupun bakat alam, tapi pasti keinginan nyinyir itu bisa dikendalikan asalkan orangnya mau dan orangnya sadar bahwa nyinyir itu ngga ada gunanya sama kayak begadang.
The end, sekian opini saya yg mungkin agak ribet tapi plis jangan dinyinyirin 🙂
@m0dy
Dian Novianti says
Haish, sdh banyak ternyata yg ikutan kuisnya Makpon. 🙂
Ikutan, ya, Makpon.
Daripada nyinyir, mending jalan2 window shopping dan wisata kuliner kaki lima.
Cukup efektif buat aq utk meredakan napsu nyinyir. 🙂
Window shopping-nya bener2 window shopping, cuma lihat2 barang dagangan di toko2 aja. Nggak niat buat beli2. Apalagi kalau itu barang craft handmade, rasanya seneng aja. Hilang, deh, miss nyinyirnya. Abis jalan2, kan laper, yaa…mampir,deh ke warung kaki lima buat isi2 perut. Hati senang, perut pun kenyang.
My Twitter : @dianniesayang.
Lidya - Mama Cal-Vin says
aih malu aku nulis twit kalo ada kontes doang 🙂 dari pada nyinyir mending tidur yuk 🙂
ratna oktaviana says
Hihihi,tulisannya bikin saya tersindir 😀
dulu sih pas saya masih abege,jaman SMA dan masa kuliah smester awal,pasti nyinyir d friendster dan facebook kalo ada yg cari gara2 dan itu temen2 malah ikut ngomporin -___-
tapi setelah jadi guru PPL,uda gak pernah nyinyir (insya allah), gara2 malu sama murid dan merasa gak pantes.hehe..
dari pada nyinyir,biasanya saya melakukan bnyak cara:
1. biasanya nulis fiksi yg d upload k fb atau blog.tapi ide2 yg keluar kenapa ide galau (-.-“)
2. dtinggal have fun, keliling jember sama temen2 yg ujung2nya ngopi d alun2 dan foto2 gak jelas
3. Liat film korea dkamar smpe nangis2.wkwk
4. Latihan karate,wah itu paling cepet buat melupakan niatan membalas nyinyiran.datang ktempat latian,pmanasan, nonjokin samsak deh.wkwk
5. yg paling ampuh itu curhat ma ibuk smpe nangis2 dan biasanya setelah dnasehatin,dsuruh solat dan ngaji,alhasil ilang sendiri deh niatan nyinyir.hehe..
@ratnaoktaviana_
Helma says
Daripada nyinyir mending mikir mak..cari ide buat nulis atau ikutan GA yang full manfaat (kalau menang dapat hadiah, juga nambah teman dan sarana meningkatkan percaya diri buat menulis) hehehe.. betul gak mak? 🙂
@HelmaPerangin
Ririe Khayan says
Duh, kok jd mbikin saya ambil kaca..salah ding pinjam mesin waktunya doraemon utk lht2 lg selama saya kenal socmed..sdh berapa kali ya bikin tulisan Nyinyir..
TAppiii….seingat saya masih bisa mengingat, INsyaAllah dan semoga saya blm pernah bikin tulisan yg bernada nyinyir. Kalau nyrempet curhat..pun semoga gak masuk kategori nyinyir deh
# Berdoa selesai.
Nyinyir memang pilihan, jd daripada Nyinyir mending [selain daily activity: kerja dan beberes rumah tentunya]:
– Belajar bikin kue yg bikin orang gak Nyinyir, tapi jadi ngacir mendekatkan hubungan. Lha secara, saya belum bisa bikin kue neh. PAling poll baru bisa bikin puding, wingko, pisang goreng, sama es krim. Tapi meski msh br pemula bisa bikin kue, biasanya kan ttp excited to yg dikasih tester-nya.
– Bikin tulisan di blog, collecting raw material for the next book, atau jika blm ada ide..cari info GA dan lomba. Dipelajari dan jika KLIK..ikutan deh lombanya kan asyik euy dapat mengasah skill nulis dan dapat hadiah tuh kalau menang..*ini salah satu contohnya, hehehehe..
– Nongkrong di toko buku, lihat-lihat dan sekaligus menyimak buku-2 yg best seller biar bisa jd ilmu utk memperbaiki kualitas tulisan.
– Istirahat, buat persiapan long trip mudik. Secara saya masih menjalani pernikahan yg LDR, lha ktimbang saya nyinyir kan mending recovery stamina biar bisa fight selama masih LDR ini, dan sekaligus masih bisa spending waktu utk ngunjungi ortu deh
– Belajar ttg parenting, kan menikah secara otomatis harus siap jadi ortu. Maka perlu bekal pengetahuan agar bisa jd ortu yang hebring.
– Biar gak sempat nyinyir lagi, provokasi suami agar suka mbolang juga ahhhh, syukur-syukur neh jika saya bisa ngomporin utk nge-blog jugak
– Ada lagi, eksplorasi passion terpendam…belajar alat musik. SEdari kecil saya pengen bisa memainkan alat musik, ya minimal biola [tp yg ini bakal masih lama neh terwujudnya]
Murtiyarini, Arin says
Aktivitas “nyinyir” itu gak penting, mendingan nyirih (kata makpon) hahaha
Bagi pelaku, nyinyir itu merugikan diri sendiri. Nyinyir menunjukkan bahwa pelaku gak hepi, galau, dan gak cerdas melampiaskan kegalauannya. Nyinyir lewat twit, fb atau blog sama aja. Selama kontennya nyinyir, langsunh menjatuhkan harkat dan martabat si penyinyir itu sendiri.
Sementara itu, apakah nyinyirannya sampaike sasaran? Belum tentu. Percuma kan? Nyinyir ke satu orang bisa bisa nyampenya ke 100 orang yang lain dan iti enggak bget deh, rugi banget. Selain merusak citra diri juga memutus silaturahmi.
Nah, gimana sikap kita membaca status atau twit nyinyir? Kalo aku sih cuwk aja. Walaupun itu nyinyiran pas banget untuk aku (misalnya), tapi aku gak mau geer dan gak ambil pusing selama nggak menyebut nama. Paling ngelus dada dan bilang “kasihan banget sih dia si penyinyir itu, pasti gak hepo dengan kehidupannya”
Matris says
daripada nyinyir mending nyilent ah… hehehe diam aja maksudnya.
Nyinyir cuma bikin nyampah doang.
@MamaWilda
edapoenya says
daripada nyinyir mendiiiing nyindir! eh sama aja yaah..hehehe
daripada nyinyir mending mikir.. nulis apa aja yg kerasa gak enak di hati dan pikiran. karena menulis bisa membebaskan diri dari kegilaan. udah itu aja, ntar jadi gilan beneran..
@edapoenya
puteriamirillis says
Daripada nyinyir mending curhat ama sahabat dan orang terpercaya mbak. Tosss,,sepakat banget.
@Puteriamirillis
ima says
Hmmm… pernah meninggalkan sosial media beberapa bulan. Karena baca status-status nyinyir, debat komen yang tersa lebih keras dari kenyataanya mungkin ya, yang bikin morningsickness lebih terasa engga bangeeeet. Galau makin menggila dan beneran, ga sehat jiwa raga hahahaaa… jadi daripada nyinyir mending, matiin laptop terus mandi, tidak lupa menggosok gigi, habis mandi kutolong ibu membersihkan tempat tidurku heheheeeee… tarik maaaaaak
ima says
haduh lupa, ini link tweeter ima: @imatakubesar
tengkyuuuuh
vania cubby says
pernah nyinyir plus dinyinyirin sih. akibatnya sindir-sindiran gak jelas deh lanjutannya kepo berat.pokoknya serba gak enak deh. hidup yang tenang jadi nyebelin kalo kita tetep pelihara nih kebiasaan.
pernah beberapa kali gak kepoin orang eh hasilnya hidup terasa surga banget. jadi dari pada nambah dosa nyinyir-nyinyiran mending berkarya aja. eits, tapi karya yang jauh dari unsur nyinyir. soalnya karya juga bisa dipakai media buat nyiyir bukan cuma FB atau twitter aja
ilhammi gani says
yang komennya panjang itu juga nyinyir kah…??? *Kabooorrr
ilhammi gani says
yang komennya panjang itu nyinyir jg kah??? *Kaboooorrr
Tulisan mbak ayank selalu layak untuk di baca
intan rastini says
Daripada nyinyir mending nyonyor!
Indeed 😀 hahahaha
Saya sudah membuktikannya sendiri. Saat ada yang nyinyirin saya, saya langsung makan yang pedes-pedes dan alhasil saya kepedesan dan nggak langsung terpancing dengan suara sumbang(sih) dan pedas di telinga itu. Try it! U’ll amazed. PRnya, saya harus ngelakuin itu setiap denger nada nyinyir ya? Langsung switch channel kuping ke postive wave. -@jessmite [syntax error, tweet more than 140 characters]