Jalan-jalan itu, ada.
Jalan-jalan itu, nyata.
Ketika seorang perempuan ;
Menerima kodratnya sebagai istri/ibu
Menjadi tulang punggung yang bukan lagi sebuah pilihan
Menerima takdir kehilangan pasangan hidup tanpa isyarat
Berupaya pasrah saat hatinya tercabik tatkala pengkhianatan berulang
Bersabar menunggu jodoh yang belum kunjung dihadirkanNYA
Suka atau tidak, ikhlas pada vonis yang menyerang kesehatannya
Memilih bertahan karena buah hati meski kerap kali ia menerima siksaan, caci maki, dan juga hinaan
Dipaksa atau terpaksa tunduk ketika poligami menjadi pembenaran bagi mereka yang butuh mencintai lebih
Memilih kesendirian karena ia teramat takut pada sebuah pernikahan
Menolak anugerah tambahan berupa anak karena beban biaya hidup jadi tolak ukur
…dan banyak jalan-jalan lain! .
Perempuan, diantara kebaikan hati, wajah cantik, pikiran yang cerdas, tutur kata halusnya, dan sikapnya yang lembut, pada akhirnya menjalani peran sesuai jalannya masing-masing, bahkan kerap yang tidak mereka inginkan. Sungguh, mereka dibekali kekuatan dua kali lebih besar, saat menyadari bahwa “inilah jalanku, ini takdirku. Aku telah dimampukan olehNYA, lalu mengapa aku harus merasa lemah.”
Kau boleh bersedih
Kau boleh menangis
Kau boleh mengeluh
Kau pun boleh memilih
Namun jangan berhenti berjalan. Aku, kamu, dia, atau mereka, adalah bukti nyata bahwa jalan itu, ada, jalan itu, nyata, dengan segala kisahnya.
Tetaplah saling mendekap, dan yakini saja dalam setiap kesedihanmu, harapmu, ingin, atau cemasmu, Tuhan akan selalu berikan jalan. “Jalan perempuan, adalah bait-bait kehidupan yang layak kau maknai.”
Ian says
Dan jalan itu akan terasa mudah apabila dilalui dengan yakin akan iman dan amal sholih…(AGAMA)