Teman-teman yang budiman…
Pernah engga, merasakan saat tertentu, ketika kita tidak pernah mau lagi berurusan dengan sesuatu yang membuat kita tidak nyaman? Terparahnya, pernah engga, kalian berada dalam titik terendah menjalani hidup? Pastinya, pernah ya? (sok tau). Ini hidup, Mira… pasti akan selalu menemukan sebuah masa yang akan selalu membuat kita harus extra joss energi untuk mencoba memahami apa yang kita rasakan. Ya, untuk itulah akhirnya saya mencoba mengeluarkan isi kantong pikiran saya, lagi… hanya lewat coretan sederhana ini, di blog sederhana ini, yang ternyata hasil dari masukan teman-teman, blog saya ini terkesan galau. Bhik…. iya apa, mak? Sayangnya, saya cinta nih sama tampilan sekarang ini, enga apa-apa lah ya? Yang penting saya nya sendiri engga menggalau (ciyus?) Kalau dipersepsikan galau, ya bebas ae lah. Hidup itu pilihan toh? (Sok serius lagi). Maaf, OOT detected!
Back to the topic.
Beberapa waktu ini, kesibukan yang sepertinya tak pernah habis (ini sok sibuk namanya), bikin saya sedikit un-focus. Salah lo, Mir :))
Yayaya, namanya manusia punya mimpi, mimpi yang akan selalu menjadi salah satu amunisi yang akan membuat saya terus ber gairah semangat, tetap berkarya meski saya tak pernah berkespektasi hasilnya, namun tetap optimis dalam segala hal. Sayangnya, karena masih kurang maksimal dalam hal penataan, saya harus menerima segala sesuatu yang akhirnya tidak sesuai dengan apa yang saya harapkan. Well, its life, toh? Kalau saya tidak tersandung, saya tidak akan menjadi bijak, tidak bisa belajar menerima sesuatu yang selayaknya menjadi tamparan buat saya. What should I do? Just is! Accepting, to becoming a better person.
Menyesal itu mudah sekali dilakukan, tapi tidak untuk sesuatu yang sekiranya akan membuat kita down. Cukup menerima bahwa segala sesuatunya adalah bagian dari proses kehidupan, maka kita hanya perlu meyakini, bahwa di depan sana, jauh dari pandangan mata kita sekalipun, ada sebuah harapan yang akan selalu kita dapatkan, selama kita yakin melalui jalur yang benar. Dats way… belajar dari pengalaman sebelumnya, menjadi kunci utama kita dalam melangkah. Setidaknya, kita akan lebih mawas diri ke depannya. Bukan hanya pada kemungkinan tindak kriminal yang jelas-jelas di depan mata, tapi dalam keheningan malam sekalipun, yang selalu menawarkan kenyamanan untuk tidur, pikiran kita harus tetap terjaga untuk waspada. Gitu lah, perumpamaannya, yah. Menyesal? Yo wes, engga usah dimongin, lah. Intropeksi aja.
Tapi kan, kita manusia biasa, Mir, yang tak luput dari khilaf? Yakali… yang sempurna itu hanyalah Allah Swt. Kalau ada manusia yang merasa sempurna, sodorin kaca aja. Jangankan ngomongin sempurna, ngomongi soal kebenaran saja, terkadang kita masih terlalu egois dengan apa yang menurut kita benar. Yakin lo, udah bener? Wallohualam… sekali lagi, hanya Allah pemilik kebenaran. Lalu, bagaimana dengan persepsi menjalani kehidupan? Ah gampang aja sih itu mah, Mir. Pikiran orang itu mudah ditebak dan gampang keukur. Balik lagi nanya nih. Yakin lo udah bener juga? ibadahnya udah bener? kewajibannya gimana, udah sesuai yang diamanahkan? *kemudian hening, ambil kaca.
Just is…sebaiknya engga perlu khawatir berlebihan. Karena sejak kita lahir ke dunia ini, Allah sudah menempatkan kita pada porsinya masing-masing. Terlebih lagi, ketika kita bicara keluarga, yang akan selalu ada untuk kita. If you feel no body can trust in your life, just trusting, God and family always beside you. Dan saya meyakini hal tersebut. Sama ketika 2 teman saya mengingatkan hal yang sama, bahwa keluarga dan Tuhan adalah pelindung terbaik bagi kita. Alhamdulillah, ma kasih ya. Ketjoeps 🙂
Hidup akan terasa ringan jika kita mau meluangkan waktu untuk menyelami diri tanpa ekspektasi negatif, hanya menyelami dan mengajaknya bicara. “Aku menerima diriku apa adanya, karena aku sayang diriku apa adanya.” Biarkan… biarkan orang-orang di sekitarmu mengagungkan egonya, cukup terima saja, bahwa tak ada yang lebih kuat, tak ada yang lebih benar, selain Allah Dzat yang Maha Tinggi. Begitupun adanya diri ini, hanyalah seorang manusia biasa. Just is….
Istiqomah Ps says
cemungudh eaaa.. mak ^^
btw, elipsis itu apa yah mak? *benerantanya
Mira Sahid says
Iyes, cemungudh tros, mak 🙂
Mira Sahid says
Ah iya lupa. Elipsis itu dalam arti sebenarnya sih, tanda baca mak. Menurut KBBI : elipsis /elip·sis/ /élipsis/ n Ling tanda berupa tiga titik yg diapit spasi (…), menggambarkan kalimat yg terputus-putus atau menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yg dihilangkan. Kaitannya dengan postinganku, ya bisa-bisanya aku aja itu sik 😀
nurlailazahra says
bener2 inspiring, mbak. membuat sore menjadi semangat lagi baca paragraf yg trahir 🙂
Mira Sahid says
Assiik, Alhamdulillah mak. Hanya sekedar sharing unek-unek aja nih
astin astanti says
Mak Mir, aku lagi galau..segalau-galaunya *tapi kan enggak boleh galau ya? ya udah lah mending bobo diatas keyboard deeech, sakit kepala Mak, hiks…
Aku sayang diriku, aku menerima diriku sakit kepala…hrrrg, pingin pulang ada bos di kantor *ngunyah sirihnya Mak Mira daah.
Mira Sahid says
Hihihi, ko aku malah geli baca komenmu, mak Astin. Ya udah pulang aja, bilang, “Bos, aku sayang diriku, aku minta pulang karena sakit kepala.” Hihihi, semoga lekas pulih kembali yak. Hug
Mira Sahid says
Assiik, Alhamdulillah mak. Hanya sekedar sharing unek-unek aja nih
rina susanti says
baru tahu ada istilah elipsis…kenapa judulnya elipsis….hehehe
Mira Sahid says
Nah itu dia, tiba-tiba kepikiran itu aja, mak. Diibaratkan sedang bicara menggantung… (<- elipsis nih). sepertinya ya begitu kali kondisinya saat ini :). Hanya perumpamaan sih, sebenarnya
istiana sutanti says
iya mak. dimulai dari kita sendiri yang menghargai dan menerima diri sendiri apa adanya ya untuk hidup lebih tenang 😀
Mira Sahid says
Yup… dan ternyata it work, mak. Just is 🙂
Sri Wahyuni says
Setuju banget mak, tulisannya sangat inspiratif membuatku belajar menerima apa adanya tentang hidup, bahkan tentang diriku. Memang tak ada ♈ģ sempurna ∂ϊ dunia Ïηǃ. Hanya kepasrahan kepada Allah dan pengabdian kita pd keluarga ♈ģ membuatt kita bisa bertahan sprti saat Ïηǃ. Itu pendapatku lho maaak, heheehe
Sary Melati (@saryahd) says
Ini tentang galau pengkolan sebelah mana, ya? 😀
Cemmungut, mak. Everything happenned for reason 🙂 *lotta lotta hug*
Mira Sahid says
Wkwkwk, komen yg bikin aku ngakak semalam nih. Pengkolan Caheum, Mak. Ma kasih ya. Hug balik
Helda says
Akupun cinta tampilan blognyah, unyuuuu 😀 galau tapi cantik mah gpp Mak 😉
Mira Sahid says
Issh, tetep ya ada kesan galaunya, hehe. Oke mak, makasih
rinasetyawati says
*tarik nafas* saya sedang mengalami kondisi ini juga dan kadang bingung harus bagaimana..lhaaaa malah curcol.. paragraf terakhir jadi pencerahan
Mira Sahid says
Insya Allah, mak. Terima saja, mari kita intropeksi dan melangkah lagi. Insya Allah selalu ada kemudahan. Aamiin. Peluk mak Rina 🙂
enny Ridha Alin says
Paragraf terakhir, membuat Kita makin semangat menjalani hdup
Mira Sahid says
Alhamdulillah, mari semangat dan ikhlas menjalani hidup yang penuh perjuangan, mak 🙂
liamarta says
Halo mak Mira. Salam kenal 🙂 Baru sekali nih kunjungan ke sini hehehe.
Aku setujuuuu pake banget banget banget untuk paragraf terakhir mak. Hidup akan lebih enteng kalo tanpa diiringi dengan ekspektasi terlalu tinggi ya mak. Kan ada rumusannya tuh > happiness = reality – expectation hehehe 😀