Heloo, Merdeka! “Dirgahayu RI ke-71.
Meski postingan ini terpublish setelah tanggal 17 Agustus lewat dikit alias tengah malam. Namun, merdeka buat saya, baru saja saya mulai. Dan ini bukan tulisan tentang kemerdekaan RI. Ini adalah tulisan tentang memerdekakan diri saya dari sesuatu yang saya simpan selama ini, yang telah mengubah kehidupan saya sekian banyak derajat. Bacalah dengan hati yang tenang ya. 🙂
Masih ingat postingan saya tentang “Ketika Menjadi Single Parent?”
Jujur saja, saya sempat shock dan kaget menerima banyak komen, yang isinya memberikan empati, juga japrian yang memberikan ucapan yang sama, atau sekedar bertanya karena postingan tersebut. Padahal, tujuan saya menulis artikel tersebut, hanya mencoba memberi pandangan mengenai status sebagai seorang Single Parent. Well, saya akui… saat itu, mungkin saya salah dalam pemakaian judul, sehingga menimbulkan polemik (halah) bagi yang membaca. Setelah postingan tersebut, jujur saja… saya lebih banyak menutup diri, bahkan untuk update status pun, saya harus berusaha keras membangun mental saya agar percaya diri, dan coba lempeng aja. Sampai kemudian, saya sendiri merasa lelah alias capek. Dada saya sesak, ketika harus terus menekan apa yang ingin saya keluarkan. And thanks to my new family di komunitas Single Moms Indonesia, yang akhirnya memberikan kekuatan, dukungan, pelukan, yang kemudian membuat saya berani membuka diri dalam tulisan ini.
Awal tahun 2015 lalu, saat kejadian besar menimpa saya, dan beritanya ramai di social media, saya tidak bisa memungkiri juga, kalau pada akhirnya banyak yang penasaran dengan kisah kelanjutan dari pencarian selama 25 hari tersebut. (Ceritanya di sini). Saya juga banyak mendapat informasi, bahwa ada banyak persepsi yang bergulir di luar sana mengenai kasus saya saat itu. Ya katanya saya cuma cari perhatian, ya katanya cuma bikin heboh saja, ya katanya, dan katanya… yang sebenarnya para pembangun persepsi itu pun hanya penonton yang enggak tau apa-apa, meski katanya juga… mereka masih dalam circle pertemanan saya. Luarbiasa memang, kerasnya kehidupan ini. Saya bisa maklum, berita itu paling asik kalau dilebih-lebihkan. Lebih kece lagi kalau ditambahi bumbu-bumbu. Tapi ya sudah. Toh, saya pun nggak perlu menjelaskan satu-satu saat itu. Dan sebenarnya saya juga sudah malas membahasnya. Pun, tulisan kali ini juga bukan untuk membuka aib diri sendiri, atau mengungkit cerita lalu. Saya memutuskan untuk menuliskan ini, adalah demi ketenangan hati, dan jiwa saya, atau mungkin… sekedar jawaban buat para pembangun persepsi yang masih penasaran. Teman-teman boleh memberikan opini apapun sesuai sudut pandang kalian masing-masing. Saya tidak akan ambil pusing untuk yang negatif, karena saat ini saya sedang sibuk bersama orang-orang penuh cinta, dan sikap positif satu sama lain, demi kehidupan baru saya bersama anak-anak.
Babak baru
1 tahun 2 bulan ini, saya sudah tidak lagi menjadi seorang nyonya dari laki-laki yang pernah menikahi saya, yes.. I’m a single mom right now! Hello, Merdeka! Bukan perkara mudah tentunya, ketika akhirnya jalan buntu ini yang harus saya ambil. Apalagi mengingat bahwa saya memiliki 2 anak yang pasti mengharapkan Ayah dan Ibunya tidak berpisah. Ini adalah pukulan berat untuk kami, dan juga keluarga besar. Namun, inilah jalan yang harus saya terima, dengan segala konsekwensinya.
Berbulan-bulan saya mencoba menerima keadaan ini, dan terus melakukan self healing. Beruntung saya terus menulis dan melakukan olahraga yoga, setidaknya… saya bisa melepaskan ketidaknyaman sambil kayang atau headstand. Karena saat ‘film’ itu kembali berputar, rasa ini kembali berkecamuk, meruntuhkan benteng pertahanan yang sedang saya bangun. Dan entah apa jadinya jika saya tidak mengingat anak-anak. Karena pada merekalah, kekuatan itu ada dan terus muncul.
Saya sempat menyalahkan keadaaan, saya marah sama Tuhan, dan beribu pertanyaan yang selalu saya tuntut jawabannya. Nyatanya… semua yang saya lakukan pun, pada akhirnya hanya membuat saya stress. Begitulah saya dalam beberapa bulan setelah peresmian dari kantor pengadilan Juni 2015 lalu.
Alhamdulillah, meski dalam keadaan seperti itu, hati saya masih bekerja. Saya berada dalam lingkaran orang-orang yang selalu mendukung saya. Sehingga hal tersebut mampu membuat diri saya bangkit secara perlahan, untuk kemudian berusaha menjadi seseorang yang kembali memiliki semangat dan berjuang untuk melanjutkan hidup. Dan Januari 2016 lalu, saya mulai bekerja di sebuah perusahaan agency. Dari sinilah, saya kembali menata kehidupan saya.
Satu sudut mulai bisa saya obati perlahan. Tapi ternyata, di babak baru ini, adalah juga ujian buat saya. Ujian ketika harus menerima pandangan orang tentang status ‘janda’. Ujian wajah-wajah penuh janji yang kerap kali mencoba untuk masuk dalam kehidupan saya, lalu lewat begitu saja. Ujian-ujian para pelawak yang senang menjadikan “janda” sebagai candaan paling empuk bagi tawa kebahagiaan mereka. Ujian para pembangun persepsi yang sukanya mencari-cari kelemahan orang lain untuk dijadikan obrolan menarik sambil menemani mereka saat minum teh atau kopi. Ujian kala harus menjadi pahlawan tunggal bagi kedua anak saya, dan tentunya ujian lain, yang membuat saya hanya bisa mengelus dada, atau bahkan menitikkan air mata.
Kembali pada sistem kerja hati, dan atas dasar keyakinan diri, saya kemudian didekatkan oleh Allah Swt dengan perempuan-perempuan hebat di komunitas Single Moms Indonesia. Saat bergabung di SMI, bahkan sampai saat ini, saya masih termasuk yang agak malu-malu dan kurang percaya diri. Tapi inilah hebatnya perempuan. Saat disatukan dalam kondisi yang sama, bukan judgement yang dimunculkan, melainkan sebuah pelukan, nasehat, doa, dan juga dukungan yang tanpa henti. Dan kalian lihat? It’s me! Saya mulai bisa membuka diri. Toh, saya kian menyadari, menjadi Single Mom, bukanlah akhir dari segalanya.
“Everything is going to be ok in the end. If it’s not ok, it’s not the end.”
Kini… saya adalah seseorang yang baru, seorang pembelajar hidup yang terus berproses. Karena saya yakin, sekarang atau nanti, masalah akan terus ada. Karena begitulah tugas kita di bumi ini, menjalani prosesnya, memaknainya, dan terus merangkai puzzle kehidupan untuk menjadi lebih baik. Saya tidak ingin berpura-pura bahagia. Namun bukan berarti saya hidup dalam keterpurukan. Semua coba saya jalani dengan penuh optimis, dan meminimalisasi rasa pesimis. Insya Allah, saya sudah lebih baik saat ini.
Dan buat teman-teman yang sempat bertanya akan hal ini. It’s ok, nggak perlu merasa “nggak enak”, karena kalianlah yang akhirnya membuat saya semakin ingin bangkit. Buat semua yang pernah kurang tepat dalam membangun persepsi tentang keadaan saya, terima kasih, karena kalian saya belajar. #ThankYouILearn. Alhamdulillah, saya masih diberikan kesempatan untuk menjalani hidup, dan saya nggak boleh menyia-nyiakannya. Saya masih diberikan kekuatan untuk melewatinya, lalu kenapa saya harus merasa lemah? Merdeka!
To all single Moms… Be Brave!
Ada banyak cinta, doa, dan harapan untuk kita, dan kebahagiaan yang layak kita perjuangkan. Yakini saja, dan mari kita nikmati hidup ini dengan menyadari keistimewaan diri kita masing-masing. Terus berkarya dan berjuang, dan sebarkan energi positif bagi semua perempuan di dunia ini. Karena kita istimewa dengan cara kita masing-masing.
ibu jerapah says
halo mbak mira sayang,
huaa sampai nangis bacanya.. gampang bocor nih.. #lah
tetap semangat ya mbak..
Allah punya rencananya yang jauuuh lebih indah untuk mbak..
salut untuk mbak yang tetap tegar untuk anak-anak..
single moms itu memang super moms.. 🙂
kirim pelukan dari bandung :*
indahjuli says
Akhirnya….:)
Apa pun keadaanmu, kami akan selalu ada untukmu.
Love’s you, Mira Sahid, kakak Vinka dan adik Zahran ?
Single Moms Indonesia says
Mbak Mira, sungguh bangga karena dirimu sudah mencapai titik ini. Semoga everything will get better and better. Terima kasih sudah berbagi sepenggal perjalanan hidup mbak dengan kami. Peluk sayang dari keluarga besar SMI
irmasenja says
I love you soulmate, be brave.. be always happy and be beautipulll yaaa *kiss
Icoel says
Cemungutt mak ???
Life must go on
Btw roknya kece *sambil kabur* ???
Orin says
iya lho, roknya kece *salahin Icoel aku jd lost focus* hihihihi
Tetap semangat ya MakPooooon, keun wehlah nu sok nyinyir mah antep keun 😀
Sary Melati says
Peluuuuk 🙂
Be yourself darling :*
Efi Fitriyyah says
Cayo Makpon. You’re strong woman. #ikutanpelukdariBandung
Annisa Steviani says
mbaaaa kesayangaaannn, secuek apapun aku, sekeras kepala apapun aku (haha), i’ll always have your back! :*
Dewi Ratih Purnama says
Yeaahh…. freedom…! Mau ikuut peluuk… yang terbaik selalu untuk makpon sekeluarga <3
Lusi says
Aku disuruh baca ini sama makpuh hahaaa…. Sorry not giving you enough support & backup ya, dear. Besok weekend kita senang2. :))
zata ligouw says
itu kenapa aku nggak pernah nanya kalo ketemu (meski hati ingin bertanya sambil meluk), karena rasanya itu hak mba Mira untuk bercerita saat mau, saat siap.. ya spt sekarang. Salut mba Mir, keliatan banget merdeka dalam artian positifnya.., makin ceria dan makin clinggg… proud of you mba..
Nia Haryanto says
Ah Makpon, aku nangis bacanya. Aku tertipu dengan ketegaranmu. Gak tahu dan gak mengira. Kalo aku di posisimu, pasti udah kelihatan banget stres dan galaunya. Keep inspiratif, mak. :’)
dodik says
wah, Cemungutt mak ???
Life must go on
Btw roknya kece *sambil kabur* ???
cumilebay.com says
Aku mewekkkkkkkkkk … Tapi kamu hebat mak, aku salut.
Tegardan penuh semangat, semoga Allah memberikan yang TERBAIK
Andiyani Achmad says
Mba, jujur aku setelah baca tulisan ini mendadak melow. Siapa yang tau dan mau sbg single mom, namun aku sih yakin banget keputusan mba itu setelah pertimbangan, pemikiran dan ribuan bahkan milyaran doa yang mba panjatin setiap saat. It’s just status, mba akan tetap jadi Ibu dari 2 buah hati kesayangan bukan? Stay strong mba! Everything going to be just fine cause there’s always another day in Paradise rite?
Thank sharingnya, thanks tulisannya yang sangat netral dan jujur dari hati.
Peluk mba mir erat2 🙂
RaniYulianty says
Mak Mira, saya meneteskan air mata membaca tulisan ini. Terasa banget, tulisan ini dengan hati
Lisna says
Aku kraiiiii bacanya mba miraaaa.. Mamihku pun dulu sama, tapi kami alhamdulillah tumbuh jadi anak2 yang tough dan tetep kece *narsis*. Uh yeaaah.. Smangat mba miraaaa kesukaan anak indonesia, hihihi. :*
Ria Bilqis says
Saya tak tahu dan tak mau tahu, yang saya tahu Mak Mira eh Kaka wanita hebat itu saja.