Hindari Bertanya Ini Pada Ibu Tunggal
Lagi-lagi, bahasan blog ini masih akan terus berbicara tentang Ibu tunggal, selama saya masih menyandang status Ibu tunggal tentunya. Buat saya pribadi, saya tak perlu merasa malu kok, untuk berbagi hal-hal baik mengenai Ibu tunggal. Syukur-syukur tulisan ini bisa sampai kepada jiwa-jiwa yang hatinya memang sedang membutuhkan insight dari apa yang berkaitan dengan temanya. Semoga, yaa. Karena saya memberikan energi kepada tulisan ini, dengan energi kebaikan. Inshaallah tujuannya untuk meng-empowering kaum perempuan, terkhusus para Ibu tunggal.
Sesuai judulnya, tulisan kali ini berupa tip bagi teman-teman yang mungkin belum sepenuhnya memahami kondisi Ibu tunggal. Fase untuk bangkit dari segala keterpurukan memang tidak mudah, namun saya percaya, mereka mampu melaluinya. Namun, dalam prosesnya, kadangakala ada orang-orang yang belum paham, lalu menanyakan hak-hal yang bisa menyebabkan proses healing tersebut kembali terganggu. Itulah kenapa, meskipun saya percaya, Ibu Tunggal bukanlah makhluk yang perlu dikasihani atau kerap kali memperdayai dirinya dengan kondisinya, tetapi… sedikit hal-hal ini bisa membantu mereka untuk bisa melewati fase move-on nya dengan baik. Mengerti saja, kadang enggak cukup. Yuk, belajar pahami, pertanyaan-pertanyaan apa saja yang sebaiknya dihindari untuk ditanyakan pada Ibu Tunggal.
“Kok, bisa pisah, kenapa?”
Pertanyaan ini bisa mentrigger emosi dan kesedihannya. Setiap orang yang berpisah karena perceraian tentu memiliki alasan masing-masing, yang mungkin tidak kamu pahami sepenuhnya. Ubah pertanyaan tersebut dengan empati, seperti “hei, aku turut prihatin, ya, kamu mengalami kondisi ini.” Dan kalimat-kalimat empati lainnya
“Ayahnya, kemana? Ngebiayain Enggak?”
Mirip dengan poin pertama, pertanyaan ini bisa mentrigger emosi. Beberapa kasus pada perpisahan, banyak peran Sang Mantan yang akhirnya juga abai dalam proses pemberian nafkah, dengan berbagai alasan kendalanya. Hal inilah yang membuat sebagian Ibu tunggal tidak lagi mau mempertanyakan soal biaya hidup. Bagi mereka, ketenangan hidup tanpa berususan lagi dengan mantan, itu jauh lebih baik. Jadi, yuk support mereka dengan memotivasinya untuk terus berkarya.
“Kamu, enggak kepengin nikah lagi?”
Percayalah, sebelum akhirnya memikirkan untuk menikah lagi, sebagian ibu tunggal memilih untuk memperbaiki kehidupannya, fokus bekerja, berkarya dan mengasuh anak-anaknya. Belum lagi, trauma dalam kegagalan rumah tangganya. Namun saya sendiri percaya, bahwa jikapun takdir memberi kembali jodohnya, Inshaallah saya tidak takut untuk menikah lagi. Hanya saja, fokus utama terdekatnya adalah bagaimana bertahan dalam kehidupan baru dan segala stigma negatif yang masih saja melekat di masyarakat, dan fokus pada tumbuh kembang anak
“Terus, kalau kamu bekerja, anak-anakmu, gimana?”
Nah, ini pertanyaan yang jawabannya berat sekali. Hidup sendiri, mencari nafkah sendiri, tentu mengharuskan Ibu Tunggal mengambil resiko. Seringkali ia juga dilema antara pilihan bekerja atau tetap di rumah saja. Namun, hidup kan terus berjalan dan perlu biaya untuk menjalaninya. Jadi, alangkah lebih baik kalau kamu bisa melakukan sesuatu dengan menawarkan diri untuk menjaga/ mengawasi anaknya. Hal tersebut tentu akan sangat berarti.
“Kalau lagi “pengin”, gimana?”
Hey, watch your mouth! Pertanyaan ini terlalu sensitif ditanyakan jika konteksnya hubungan intim. Apalagi, kalau kamu bukan teman dekat atau orang yang bisa dipercayainya. Juga, jangan pernah membercandainya dengan hal-ahl sensitif seperti ini. Pahami, bahwa hal tersebut adalah sebuah privasi. Jadi, sebaiknya tidak perlu dipertanyakan.
Teman-teman,
Kita memiliki pertarungan hidup masing-maisng. Alangkah lebih menyenangkan jika kita saling memudahkan. Jika tidak bisa membantu secara langsung, maka dukungan adalah hal sederhana yang bisa diberikan.
Setiap Ibu Tunggal pasti terus berproses dan belajar, termasuk saya. Jikapun ada hal-hal yang ingin ditambahkan, silakan komen di kolom komentar. Namun, jika ini dianggap hal yang terlalu naif, tolong dimaafkan. Bukan untuk mengasihani diri sendiri, namun dengan bisa memahami kondisi orang, maka sederhananya kita telah saling membantu. Terima kasih, ya. tetap semangat berjuang untuk para Ibu Tunggal di manapun berada.
Dedew says
Semoga Makpon dan anak-anak selalu sehat dan bahagia ya, maaf lahir batiiin…
Evi says
Kepo dan rasa ingin tahu manusiawi. Tapi pentingnya mendidik diri sendiri dan peka adalah bisa membedakan mana pertanyaan yang pantas dilayangkan dan mana yang cuma perlu disimpan dalam hati. Saya tuh juga paling jengkel kalau ditanya masalah-masalah pribadi, apa lagi kalau mereka bukan dari circle dekat
Tanti Amelia says
Kebetulaaaan adik ku (pria tentu saja) berada di posisi yang terbalik….
Dia “korban” ke.. nganuan istrinya sehingga tersingkir dan berada di posisi yang tidak enak sama sekali. Agak sulit emang, kalau kita ga ada di posisi yang bersangkutan.
Kalimat kayak “Lo mah enak, umur masih segitu, laki mah cari perempuan gampang”
atau “Yang penting kan anak anak lo perempuan, pasti suatu saat nyariin bapaknya” (yang kebetulan menyakitkan buat dia, karena dia sayang banget sama anaknya dan ga dibolehin ketemuan sama ibunya)
atau yang parah “Perempuan sih mau aja asal lo ada duitnya”
Percayalah…. tak semudah itu Ferguso…. *peluk online
Keke Naima says
Pertanyaan-pertanyaan yang sangat privasi banget ya, Mak. Memang sebaiknya jangan ditanyakan, deh. Harus bisa menjaga diri untuk tidak menyakiti perasaan orang lain. Gak nyaman banget lah kalau sampai ditanya-tanya begitu
Elly Nurul says
Empati itu emang penting banget ya.. kadang ada orang yang kurang berempati tapi ada yang punya kemampuan berempati yang baik, semoga tulisan ini banyak yang baca yaa.. bisa jadi literasi bagaimana bergaul dengan ibu tunggal
Rani R Tyas says
Ya Allah.. iya kalimat di atas tuh seolah biasa aja buat yang tanya, padahal ini tuh aslinya sensi banget buat yang menjalaninya.
Mbok ya kalau kepo tuh jangan Rhoma deh, TERLALU.
Tapi punten yak, biasanya yang kepo tuh justru rangorang yang berada di luar circle. Huhu, semoga nanti aku juga bisa menjaga pedangku ini #eh lidahku ini.
Tuty Queen says
Setuju mak, meski benar-benar menata omongan meskipun bertanya pada teman yang kita anggap dekat. Aku juga sebisa mungkin menjaga omongan yang sangat sensitif apalagi berkaitan dengan kehidupan pribadi. Aku justru salut dengan perjuangan para ibu tunggal.
Sri Widiyastuti says
saya yang bukan obu tunggal juga kadang risih kalau ada temen yang tanya tanya yang begitu kepada temen yang ibu tunggal mbak. terkadang memang etika seperti ini harus diketahui oleh sesama ibu agar tidak mudah bertanya yang bisa membuat tak bahagia. semangat ya mbak Mira. Semoga Allah senantiasa menjaga mbak dan keluarga. aamiin
Liswanti says
Terkadang aku sedih juga mak, apalagi ini dialami ibuku juga. Sampai-sampai ibuku ga mau keluar rumah. Pasti kalau lagi ngumpul gitu, kok ga nikah lagi. Padahal udah mau pensiun, masih aja ada yang kepo.
Semoga mak dan keluarga selalu sehat dan bahagia ya.
April Hamsa | Parenting Blogger keluargahamsa.com says
Kita hidup di tengah masyarakat yang kuepoh sekaleee, makanya kadang juga males sih terlalu ikrib ma org. Kyknya semakin dewasa semakin memilih circle utk jalan dan tempat cerita.
Aku pribadi pun sama teman sendiri gak berani nanya hal2 yang sensi, kecuali dianya cerita2 sendiri soal problemnya, kalau butuh jawaban dijawab, kalau gak butuh ya cukup dengerin aja
lendyagasshi says
Selalu saja ada yang usil mempertanyakan hal-hal di atas yaa, kak Mir.
Aku dengernya juga uda ngerasa gak pantas sekali.
Semoga Allah selalu menguatkan para Ibu dan melimpahkan banyak-banyak keberkahan atasnya.
Barakallahu fiikum, kak Mira dan keluarga.
Lina W. Sasmita says
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu mungkin si penanya ringan saja melontarkannya tapi si penerima kadang sampai berdarah-darah mendengarkan dan bahkan untuk menjawabnya. Alangkah tepatnya memang perintah dalam Islam untuk menjaga lisan. Jika bukan zikir maka perkataan yang baik-baik saja yang seharusnya terucap.
Echaimutenan says
Semangat mak mir. Muaaaah
Ya udah aku ga mau nanya itu, mau nanya “Mbakkk ada lowongan gak buat ku kerjaaaa”???
Sehat sehat selalu mbaaaak. Selalu semangat dan kuat, yessss kamu bisaaaaa. Salam sayang dari jauh
Mirati Primasari says
semangat, semua ibu adalah pejuang mulia, termasuk ibu kita sendiri yg rela berjuang sakit2an untuk memberi yg terbaik bagi anaknya.. dari tulisan ini saya belajar bahwa setiap manusia punya masalahnya sendiri2, entah itu dalam hal keluarga, pekerjaan, atau lebih dalam menyangkut kehidupan atau masa lalu.. namun yg saya pahami dan lebih penting lagi bahwa ketika kita berada dalam fase healing, setiap orang punya kekuatan dan pertahanan diri yg berbeda2 pula.. maka, siapapun kita harus bisa membantu teman2 terdekat kita untuk bangkit dan kuat, menemukan lagi versi terbaik dirinya.. nobody’s perfect, but everyone has their own power to be better..
Anton ardyanto says
Ya kalau saya sih sebisa mungkin tidak bertanya tentang kehidupan orang lain. Bagi saya itu adalah wilayah pribadi yang harus saya hormati dan sebisa mungkin saya tidak menyentuhnya.
Kalaupun karena satu dan lain hal, percakapan jadi mengarah ke sana, biasanya karena kehabisan bahan pemibcaraan saja, dan kemudian saya mengetahui bahwa dia adalah orangtua tunggal, saya tidak akan bertanya hal-hal seperti yang di atas.
Pertanyaan pertanyaan di atas akan membuat saya menerobos masuk wilayah pribadi seseorang dan pastinya tidak akan menyenangkan bagia yang menerimanya.
Saya paling hanya akan bertanya, kelas berapa, sekolah di mana, dan berbagai bertanyaan lain yang tidak tetap berada dalam wilayah netral dan tidak berpotensi menyinggung yang ditanya.
Tidak seorang pun yang ingin menjadi orangtua tunggal, tetapi sayangnya seringkalii keadaan memaksa. Oleh karena itu, saya akan membiarkannya tetap dalam wilayah pribadi orang itu dan saya tidak ingin kepo
Wawan Kisah Web says
Menurutku, pertanyaan seperti itu memang tidak perlu dikeluarkan. Tah ada urusan lain yang dijadikan bahan obrolan. Saling menghargai aja
Biar enak dan biar sama-sama enak
Tangkyu Mb Mira
Lina Sophy says
Tips yang mencerahkan mak pon, semoga sampai pada mereka yang suka cawe² urusan orang lain dengan melempar pertanyaan sensitif.
M Arifin Basyir says
Kalau pertanyaan ini bagaimana?
“apakah engkau mau jadi sparing partnerku?”
Ila Rizky says
Semangat mba Mira. Badai pasti berlalu, insya Allah. Semoga nanti bisa ketemu jodoh yang bisa saling melengkapi ya