Kalau mengingat-ingat jaman kuliah, saya harus akui bahwa saat itu saya paling malas berhadapan dengan mata kuliah menulis essay atau mengarang cerita. Sebagai anak Sastra dan Bahasa Indonesia, iya, saya masih harus membuat serangkaian tugas membuat tulisan. Jangankan menulis dengan kualitas tata bahasa yang baik, memulai untuk parafgraf pertama saja bingung harus menulis apa. Intinya, saya kurang suka harus membuat sebuah tulisan.
2008, kemudian saya berkenalan dengan dunia blog. Saat itu, kebutuhan membuat blog adalah karena saya sedang menjalankan bisnis MLM, yang isi blog-nya saya buat untuk bercerita terntang bisnis tersebut. Entah dapat darimana serangkaian kalimat atau kata-kata yang saya tuliskan di blog kala itu. Yang saya ingat, saya mulai senang bercerita dan menceritakan perjalanan bisnis saat itu dengan menuliskannya. Apalagi pencapaian di bisnis MLM saat itu sudah membuat saya berada pada level karir yang per-bulannya bisa menghasilkan cash money 10 digit. Senang? Of kors lah. Tapi, itu dulu. Karena saat ini saya sudah berhenti dalam bisnis tersebut. *Jangan tanya kenapa* š
Ok, balik lagi ke soal aktivitas menulis. Memaknai Tulisan Sendiri
Setelah berhenti menjalankan bisnis MLM tersebut, kegiatan menulis saya tidak terhenti. Hingga pada akhirnya saya membuat sebuah blog dengan tampilan profesional menurut citarasa saya, membeli domain, dan juga hosting. Ini semata-mata agar saya bisa terus menjalankan aktivtas menulis saya dengan baik, disiplin, karena ternyata aktivitas menulis ini menjadi sebuah keasyikan tersendiri yang kini melekat dalam keseharian saya. Eh, tapi, kebutuhan domain dan hosting tidak wajib juga, kok. Karena blog dengan domain dan template gratis juga tersedia, dan bisa digunakan dengan baik. Jadi, fokus saja ke kegiatan menulisnya.
Writing for Healing
Kalau teman-teman melihat akun instagram saya, di bio-nya tertulis slogan “Writing For Healing.” Slogan ini sengaja saya tempatkan, agar saya sendiri selalu ingat, bahwa dengan menulis saya bisa merasa baik. Sejak 2008, saya banyak menuliskan cerita bisnis, pernah juga menulis jurnal di sebuah koran lokal tentang bisnis dan perempuan. Namun kebanyakan dari tulisan saya, memang sekadar membahas tentang keseharian, atau juga pengalaman hidup yang saya tuangkan dalam bentuk cerita. Hingga ada seorang teman pernah bertanya, “Mba Mira, memangnya enggak apa-apa ya, menuliskan tulisan curhatan di blog?” Teman saya bertanya karena tentu dia sudah membaca tulisan-tulisan saya. Dan saya tidak mengingkarinya. Saya berpikir, bahwa apapun yang saya tuliskan di blog, sudah saya pikirkan matang-matang. Saya selalu menggunakan rumus ‘tulis – tutup – baca – publish.’ Jadi, apapaun yang saya publish di blog, Inshaallah sudah saya kemas dengan baik versi saya sendiri, dengan harapan pembacanya bisa memaknai setiap tulisan yang saya buat.
Selain itu, saya juga kerap kali bertanya ke dalam diri sendiri, apakah dengan menuliskan kisah-kisah dan pengalaman hidup akan ada manfaatnya untuk diri sendiri (khususnya?), atau bagi teman-teman yang membacanya? Kalau dari beberapa tulisan yang memang isinya berkisah pengalaman hidup, sampai sekarang Alhamdulillah masih ada terus pembacanya. Kebanyakan dari mereka juga memberikan respons yang baik. Mungkin, pengalamannya serupa dengan saya, atau entah apa. Selain itu, manfaat yang saya temukan dalam tulisan-tulisan saya, adalah ketika pada akhirnya saya kembali memaknai tulisan saya sendiri. Dalam beberapa waktu, membaca-baca kembali tulisan sendiri, kemudian memaknainya, membuat saya mampu melewati fase-fase saat saya sedang kembali melemah. Ah, ternyata tulisan sendiri bisa membuat atau menyembuhkan perasaan sendiri. Asal bisa memaknainya dengan baik. Sesederhana itu.
Membiasakan menulis, akan terasa sulit bagian sebagian orang. Karena mungkin enggak terbiasa dan enggak membiasakan. Namun bagi saya pribadi, menulis adalah aktivitas wajib setiap harinya. Meskipun tidak setiap saat menulis di blog, saya selalu memiliki buku diary, tempat saya menuangkan segala kisah atau perasaan dari hari ke hari. Menulis, adalah cara saya mengenal diri sendiri. Bagaimana dengan kalian?
Tetaplah Menulis, Maka Kamu Akan Tahu Siapa Dirimu.” – Mira Sahid
Ruli retno says
Saya gak berani tanya kenapa berhenti MLM tapi saya kayanya kok gak asing sama nama mbak mira, kaya pernah liat di salah satu jaringan MLM, lha.. di bahas. Ahaha.. tapi saya mengakui memang menulis adalah self healing yg manjur
Mira Sahid says
Hahahah, iya. Tapi aku ga pernah menyesali keputusanku, Inshaallah, semua baik dan memberi manfaat
entik says
saya sepakat mba mir..
menulis memberi kepuasan hati apalagi kalau ternyata tulisan itu bermanfaat bagi orang lain
Mira Sahid says
Mari terus menulis, jadikan rekam jejak
Mirnawati says
Terimakasih atas inspirasinya kak?
Tulisan-tulisan kakak memberikan pengajaran baru untuk saya
Mira Sahid says
Alhamdulillah, semoga bermanfaat ya
Yanti says
MasyaaAllah tabarakallah
Beberapa kali baca tulisan mba, sangat menginspirasi?
SehatĀ² selalu beserta keluarga..aamiin
Menulis memang menyenangkan…saya bisa tuangkan apa saja yang dirasa, wlo ga sepenuhnya dituangkan dalam blog…masih takutĀ² gimana gt bu
Lebih seringnya corat coret dikertas sekadar menumpahkan unekĀ², hbs itu diusak usek trus disobekĀ²…dibuang hehehe