Ini apa coba? Bukannya memberi semangat untuk kuat, malah nyuruh-nyuruh menangis 😀
Temans, Sejak kita lahir, hal pertama yang keluar dari mulut seorang bayi kecil adalah menangis. Secara medis, bayi menangis saat dilahirkan itu, bagus. Tandanya, paru-paru bayi tersebut bergerak dan berkembang. Simpelnya begitu. Dan nyatanya, setelah dewasa pun, tangisan tetap menjadi salah satu bagian yang ada dalam aktivitas kita.
Sebagian orang memercayai bahwa dengan menangis, setelahnya akan memberikan efek lebih tenang. Tapi, bagi sebagian lainnya, menangis justru mengantarkannya pada situasi yang tidak nyaman setelahnya. Kenapa bisa begitu, ya?
Jika seseorang sedang dalam keadaan tertekan dan dalam situasi yang tidak nyaman, tentunya akan berdampak pada emosionalnya. Ada yang memilih untuk tenang, tapi nggak sedikit juga yang memilih cepat-cepat untuk mengungkapkan perasaannya dengan menangis. Option kedua biasanya dilakukan oleh anak balita. Otomatis, saat dirinya merasa nggak nyaman, hal yang dilakukan adalah menangis. Dan karena balita masih belum bisa memaksimalkan pemikirannya, dalam hal ini biasanya orangtua yang bekerja menenangkan setelahnya, entah itu dalam bentuk pelukan atau kata-kata yang menenangkan.
Terus, saat kita sudah dewasa, apakah tetap butuh pelukan untuk menenangkan diri kita saat menangis? Ya eyyalah :)) Pertanyaannya, ada yang siap memeluknya, kan? Qiqiqiq, yang sudah menikah, sudah pasti lah, ya. Yang belum menikah atau memiliki pasangan, nggak usah khawatir. Memeluk diri sendiri setelah menangis, bisa juga dilakukan lho sambil self  healing.
Menangis sebenarnya bisa membawa pada ketenangan meski kita sedang sendiri, tergantung siapa yang menitikkan air mata dan selama tangisan tersebut dilakukan dengan kesadaran bahwa setelahnya ingin melakukan sesuatu yang lebih baik. Namun, menangis bisa jadi tidak menenangkan, ketika seseorang terlalu emosional dan tidak berperasaan. Ini cenderung disebut dengan golongan alexithymia, atau orang-orang yang dikenal sebagai sosok yang terlalu logis, tidak sentimentil, tidak bersahabat karena kurang empati, membuat keputusan pribadi berdasarkan prinsip, bukan perasaan. Kondisi ini karena si penderita tidak mampu mengeluarkan apa yang dirasakannya. Jadinya, ketika dia menangis pun, dia sebenarnya nggak menemukan ketenangan setelahnya.Â
Lalu, apakah dengan menangis, benar-benar bisa membuat kita terlepas dari beban yang dirasa? Jawabannya tergantung masing-masing. Kalau saya, iya. Setidaknya, dengan menangis, saya bisa kembali mengatur napas dengan baik, bisa mengontrol emosi dengan lebih baik, dan bisa kembali melihat diri sendiri dengan segala yang ada di dalamnya. Menangis bisa menjadi efek yang baik asal emosi terkontrol dengan baik. Jadi, daripada memendam perasaan atau menyimpan sesuatu yang bisa menjadi boom waktu suatu saat nanti, menangislah sekarang sambil menyerahkan semuanya pada Sang Pencipta. Lepaskan, biarkan, lalu kembalikan dengan perasaan lebih baru, seperti saat kita kembali ke titik nol. Bisa ya? Insya Allah. Yuk, menangis. *lho 🙂
Rahmah (@amma_chemist) says
Aku lega kalau sudah nangis, Mak
Tapi efek sampingnya langsung sakit kepala, jadi harus tidur beberapa saat ^_^
Mira Sahid says
Sama seperti aku dong mak. Tapi itu kalau nangisnya berat banget, lanjut tidur, abis itu biasanya lebih ringan 🙂
bunda lily says
si bunda ini paling cengeng, mak Mira….. hehehe 🙂
misalnya ; cuma nonton film yg sedih aja, sdh nangis….
sedikit sedikit nangis…
nangis kok cuma sedikit…hahaha…. 😀
ktika ada rasa bahagia, bunda nangis, begitu juga ketika sedih..
dan, setuju dengan mak Mira….
adakalanya menangis bisa bikin lega perasaan , walaupun tidak menyelesaikan masalah
jadi…yuk menangis….
agar emosi kita lebih sehat … 🙂
salam
Mira Sahid says
Terima kasih atas opininya, Bun. Semoga Bunda selalu sehat, ya
pudja says
iya bener mak, menangis memang melegakan, asal tak berlebihan 🙂
tau aja mak klo aku abis nangis hhe.. #curhat
Mira Sahid says
Hihihi, sama dong. *lho
Ninik Setyarini says
semenjak saya berkeluarga gampang banget menye-menye…dikit2 gampang nangis…liat anak2 pentas manggung aja suka nangis…pokoknya jadi super lebay gembengnya..
Mira Sahid says
Mungkin naluri ibunya lebih kuat ya, mak. Lihat mereka bertumbuh dan mengingatnya saat melahirkan, akan ada banyak rasa yang tercurah.
vema says
nangis itu bukan saat bersedih dan berduka saja.. nangis itu bisa juga disaat bahagia terharu… hehehe
Mira Sahid says
Iya mak, dalam situasi apapun, ketika rasa kita sudah bermain sangat dalam, menangis bisa jadi salah satu hal yang melegakan 🙂
Lidya says
kadang-kadang menangis itu perlu, biasanya beban jadi hilang
Mira Sahid says
Yap, begitu yang biasa aku lakukan kalau udah mulai mumet, mak 🙂
Indah Nuria Savitri says
yuuuk #eeeh :)…setuju mak…nangis bikin lega kok..soalnya at least that burst of emotion is out..dan biasanya bisa berpikir lebih jernih..ya kan 🙂
Mira Sahid says
Iya bingits, mak. Heheheh
vera says
aku termasuk yang susah menangis…jd kalo bisa sampe nangis, itu berarti kejadiannya udah wah banget deh
Mira Sahid says
wow, berarti termasuk kuat dong dirimu, mak. Jarang lho perempuan seperti itu 🙂
Ernih says
Kadang ga mau nangis tp ga tau kenapa air mata turun sendiri, tapi setelah itu perasaan. Jadi lebih lega. Jadi yaa gpp nangis. Hehe
Mira Sahid says
Benar mak. Makasih ya