Waktu berjalan, tibalah di akhir perkuliahan. Saya lulus dengan nilai akademi, alhamdulillah pas. Yaa… yang penting bisa selesai dan lulus saja, bagus deh, pikir saya. Apalagi menyelesaikan skripsi sambil hamil. Bukan, bukan MBA, saya memang dilamar saat masih kuliah, nikahlah saya saat itu. Meski pernikahan saya kandas di tahun ke 13.
– Baca juga kisahnya di sini –
Awal Perkenalan Menulis di Blog
Lalu, tahun 2008 saya mulai mengenal blog, sebuah media (diary online) yang membuat saya jatuh cinta. Sejak saat itu saya mulai mengeluarkan isi kepala saya melalui blog, mencoba mempraktikkan ilmu saya semasa kuliah.
But to be honest, butuh waktu juga buat saya untuk menemukan feel dalam aktivitas nge-blog ini. Mulai dari enggak punya ide, kehabisan kata-kata, khawatir tulisannya jelek, dan masih banyak kekhawatiran lainnya. Hingga bisa karena biasa, saya semakin menemukan keasyikan dalam aktivitas menulis ini.
Di sisi lain, setelah kuliah pun, saya beberapa kali kerja, bidangnya malah enggak sesuai dengan ijazah saya. Marketing, Sekertaris, sales MLM, sampai terakhir di bidang agency. See? Enggak ada yang pas banget dengan jurusan saya, kan?
Selama perjalanan itu, saya terus membiasakan menulis, meski itu bukan pekerjaan utama saya. Namun ternyata, saya menyadari, menulis telah membentuk kepribadian saya, membentuk pola pikir saya, membantu menjaga hati saya, dan mengantarkan saya pada lingkaran orang-orang yang penuh inspirasi.
Menulis membantu menjaga pikiran saya tetap waras. Pun ketika saya berada dalam titik terendah kehidupan saya, saya memiliki ruang untuk mengeluarkan apa yang saya pikir, saya rasa, dan saya lihat dengan menulis. Saya tetap waras, dan masih bisa melanjutkan kehidupan, dengan segala warna-warninya.
Lantas, apa iya sebermanfaat itu menulis untuk saya?
Yang pasti, tulisan saya membuat orang-orang berpikir bahwa kehidupan saya sepertinya baik-baik, padahal sesungguhnya saya pernah tidak baik-baik? Apakah sebuah tulisan bisa menjaga saya dari keadaan yang bisa membuat saya semakin terpuruk?
Entahlah, kadang saya sendiri heran dengan magnet yang muncul dari tulisan saya sendiri. Karena bisa dipastikan, ketika saya menulis, saya memang mencurahkan segalanya dalam setiap kalimat yang saya tuliskan. Saya beri ruh dalam setiap tulisan saya. Enggak heran, banyak dari teman-teman bilang, bahwa tulisan saya itu, bahasanya mendayu-dayu.
Intinya, saat saya menulis, saya berusaha menjadi sebenar-benarnya diri saya. Saya menulis, untuk kemudian saya lepaskan segala ekspektasi. Biarlah orang beranggapan apa pun pada tulisan saya, karena inilah cara saya menemukan ruang untuk diri saya.
Beginilah cara saya meninggalkan rekam jejak perjalanan kehidupan saya, yang kelak menjadi warisan untuk anak-anak saya.
Mungkin itulah alasan mengapa perempuan harus menulis. Selain alasan yang saya kemukakan, perempuan yang menulis akan memiliki banyak sekali manfaat untuk dirinya. Masa, sih? Coba saja jalankan dengan tekun, kelak kamu akan menyadari siapa dan bagaimana dirimu sebenarnya.
“Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.”
– Pramoedya Ananta Toer –
Tulisan adalah Buah Pikir Penulisnya
Saya juga menyadari, bahwa setiap tulisan memiliki karakter yang berbeda dari setiap jiwa. Pun pemahaman setiap orang akan berbeda dari apa yang mereka baca.
Meski sangat disayangkan, saat ini banyak sekali tulisan, dari satu paragraf, sampai ke sekian paragraf, dari opini, sampai judgement, yang membuat mata terasa lelah membacanya. Hati pun tak menentu, seolah amarah memang sewajarnya untuk disulut melalui tulisan.
Mengapa demikian? Well, bisa jadi, mereka hanya menulis atas dasar lintasan prasangka, bukan dengan hati. Tidak heran, ada pihak-pihak yang merasa tak nyaman, yang kemudian membuat sebuah tulisan menjadi tak bermakna sama sekali.
Padahal, jika saja kita mampu bernapas sejenak, membaca ulang, dan hadirkan energi baik dalam setiap tulisan kita, meskipun sekadar tulisan update status, setidaknya itu lebih menyenangkan untuk dipahami, bukan?
Apa yang kita tulis, akan memengaruhi pemikiran setiap orang, baik terhadap makna tulisan tersebut, maupun pada sang empunya tulisan. Dengan tulisan baik, siapa tahu… orang-orang akan lebih mudah untuk mengenang kita, kelak.
“Tulisan itu rekam jejak. Sekali dipublikasikan, tak akan bisa kau tarik. Tulislah hal-hal berarti yg tak akan pernah kau sesali kemudian.”
– Helvy Tiana Rosa –
Mari Berproses dalam Menulis
Ah, cukuplah. Saya tidak ingin semakin terjerumus dengan pikiran lain. Karena saya berhak menentukan batasan mana yang ingin saya sampaikan, pun saya tidak bisa mengotrol orang lain dengan gayanya masing-masing. Kita semua punya cara sendiri-sendiri dalam proses belajar. Meskipun banyak sekali kalimat yang ingin saya lontarkan. Namun, lebih baik saya memilah, setidaknya ini untuk ketenangan saya sendiri. Menulislah yang baik, itu saja untuk saat ini.
Terima kasih untuk semua sahabat yang telah memberikan inspirasi dalam tulisan-tulisannya. Terkhusus untuk sahabat-sahabat terdekat saya. Semoga apa yang kita tinggalkan dalam tulisan kita dapat memberi manfaat dan menebar rahmat, untuk para pembaca kita. Terkhusus untuk jiwa kita, semoga dengan menulis dapat memperkuat tekad kita untuk terus berbagi inspirasi, berkarya dengan untaian kalimat yang menyejukkan, bukan untuk saling menyakiti, atau menghakimi.
“Tetaplah Menulis, Maka Kamu Akan Tahu Siapa Dirimu.” – Mira Sahid –
Nah, kalau teman-teman bagaimana? Apa yang membuat kalian tertarik untuk menulis dan masih melakukannya sampai sekarang? Share, dong.
Jalan-Jalan KeNai says
KAlau saya menulis untuk menjaga kenangan. Ingatan kita terbatas padahal banyak kenangan indah yang ingin saya simpan. Akhirnya kenangan itu saya tulis. Dan terus jadi movitasi saya menulis setiap kali sedang malas melakukannya
Mira Sahid says
Ah iya, ini alasan yang paling kece, mbak Chie. Karena kenangan pun layak untuk diabadikan ya 🙂
Winda Carmelita says
Bagiku, menulis adalah bagian dari self-healing, Mak. Selelah apapun menulis di kantor, akhrnya kembali juga untuk ‘menulis’ sebagai terapi 🙂
Mira Sahid says
Setuju banget Winda. terus menulis dan berkarya ya 🙂
utie adnu says
Bener bngt mba Mira,,, adlh kata2 keren “Menulislah maka kamu ada” Bu Najwa shb, menulis bagian sejarah kita u. D knang kelak,,. Hiks terharu mba …. Semangat Sekolah lg mba ambil jurusan yg d suka,,, biar gk pnasaran, dulu ada yg kuliah d tmptkh kerja usianya 75th
Mira Sahid says
Hihihi Insya Allah mak, aamiin. Semoga ada rejeki dan kesempatannya yaa. Makasih
Yos Mo says
syukurlah, reffrain dan melodi interlude seindah intro dari tulisan ini :))
jadi pengen curcol panjang…
gue sedikit menyesal, kenapa enggak dari lama tersadar bakatku itu menulis, kegiatan yang baru ku akrabi sewindu terakhir.
Dari kecil gue senang membaca, tapi gak pernah suka pelajaran mengarang cerita. Dulu suka mencorat-coret berbagai kata yang gak ada artinya.. hehehe
Dan gue bersyukur, walau telat mengenal cara membuat tulisan digital (ngeblog). Keahlian yang ku dapat secara tak sengaja pada saat-saat terpuruk banget.
Suatu keajaiban, gue bisa belajar menulis secara otodidak, sesuatu yang dulu gak suka. Belajar dari tulisan-tulisan blogger sesepuh dan nubitol.
Dan suatu keajaiban juga, gue bisa awet ngeblog selama sewindu tahun. Alhamdullilah, berkat ngeblog gue mendapat banyak pengalaman hidup yang seru, jadi mata pencahariaan hidup juga dari dunia tulis-menulis, dapat banyak teman yang keren, dan lain-lain.
Gue sepakat sama judul artikel ini’ Menulis membuat seseorang tetap waras’ asalkan isi tulisannya berenergi positif dan dapat dipertanggungjawabkan.
” Aku Menulis, Maka Aku Dapat Eksis di Era Digital “
Mira Sahid says
Wooww, keren Yos. Semoga kita bisa terus berbagi tulisan hinggak tua nanti yaa. Aamiin
zahra says
Sama mbaa menulis biar waras..dulu saya wartawan sekarang jadi ibu rumah tangga..biar gak stress nulis di blog adalah sarana terapi hahaha
Ria Bilqis says
Tahun 2008 saya masih sibuk dengan bayi, agak terlambat mengenal dunia blog. Senang bisa mengenal para wanita hebat seperti Kaka Mira hehehhe
Evi Fadliah says
Setelah memutuskan untuk resign dan fokus mengurus anak, awalnya berat dan bosen karena sudah terbiasa hetic dengan urusan kantor. Sampai akhirnya saya memilih menulis untuk terapi saya mengatasi kejenuhan tersebut.
Akhirnya dengan menulis saya tetap bisa menjadi orang yang produktif, dapat menuangkan rasa yang ada dan pastinya dapat berbagi pengetahuan & pengalaman yang telah kita dapatkan kepada orang lain.
“Sampaikanlah meskipun hanya satu ayat”
Keep Writing Everyone
Maseko says
Menulis bagi saya adalah meninggalkan legacy… Yang mudah²an memberi manfaat bagi yang membacanya…
Dwi Wahyudi says
Saya ngeblog karena ingin belajar dan bisa menulis Kak 🙂
Ucig says
Dari duduk di bangku sekolah udah seneng sama menulis. Entahlah… mungkin dengan nulis bisa lebih jujur, menemukan kelegaan di sana. Dan sama seperti mak Mira, menjaga kewarasan hihi. Harapannya ingin mengikat ilmu dengan tulisan. ^^
Bahasa mak Mira lembut…
Zulfikar Akbar says
Sharing yang sangat bergizi. Mereka yang menulis, sepemahaman saya, lebih mampu mengenali diri. Kenapa, karena mereka mencatat “kelebihan” dan “kekurangan” sekaligus di tiap tulisannya. Di sana ia dikritik atau bahkan dihujat, juga mungkin saja disanjung, tapi dari itu juga seorang penulis akan makin menemukan jalan mengenali diri sendiri.
Ia akan akrab dengan perkembangan cara berpikir diri sendiri, karena aktivitasnya takkan lepas daei berpikir yang sistematis, terukur, teratur.
Saya dulu mengawali dunia kepenulisan thok jadi tukang tulis surat cinta di masa SMP dengan bayaran hanya Rp 200-500 per lembar. Tapi akhirnya dari sana juga mengantarkan saya ke dunia jurnalistik.
entik says
sepakat banget sama postingan ini. Saya mulai kenal blog tahun 2007. Mood untuk posting meng up and down. Tapi saat punya ide menulis dan waktu yang tepat, rasanya puas bisa berbagi di blog.
nice share mak …
erin says
Bener juga mba menulis itu bikin kita tetep waras. Kalau cuma dibiarkan menggantung di otak tanpa dituangkan, lama2 bisa gila karena stres. Hehe
afifuddin says
Bener banget mbak, kadang dengan menghilangkan stress ataupun jenuh lebih enak dipakai untuk menulis…
Ronal Gigih says
Betul banget itu mbak, apalagi perempuan, dengan menulis hal yang bermanfaat akan menambah pahala…kalu laki-laki kan langsung terjun ke masyarakat… Kalu perempuan itu bisa berbagi ilmu lewat tulisan…
ZILQIAH says
so sweet mak miraaa…
menulis buat diri sendiri juga yaa, ahh menginspirasi , semoga aku juga bs terus nulis2 yg bermanfaat
Oline says
Hmm ..
Apa yang membuat kalian tertarik untuk menulis dan masih melakukannya sampai sekarang? Jawabannya gara2 Mira. Iyes. Gara2 mira aku bisa jadi kayak sekarang, kenal KEB,.beranak pinak blog dan menjadi sumber penghasilanku skrg 😀
Tentunya selain menjadi tempat aku mendokumentasikan seluruh perjalanan hidup aku yang nantinya bisa dikenang oleh anak dan cucuku.
Diaztomo Febrieanto says
Mungkin saya bukan penulis blog, buku ataupun artikel. tapi saya banyak belajar dari iitu semua untuk tetap menulis.
semoga semua blogger bisa menjadikan menulis sebagai kisah-kisah yang menginsipirasi dan inovatif.
Bahsa yang halus dan sangat melankolis terkadang sedikit menyentuh. hehehehheh…
shona vitrilia says
aku malah tamatan psikologi tapi sekarang kepengen kuliah bahasa n sastra mba XD
abahadil says
menulis emang kegiatan yang paling enak deh
Ika Mitayani says
Menulis memang bagian dari terapi saat gundah dan galau. Ada perasaan lega saat sudah tertulis. Jiwa jadi sehat dan bisa beraktivitas lagi. Menulis iytu menyembuhkan. Itu menurut saya sih. Masih ada hubungannya dengan jadi waras heheheh…..
Salam kenal…….
Btw awal cerita sama kaya saya. Pengennya apa. Kuliahnya apa. Jadinya apa hrhrhh
Tisya Meilina A says
Assalamu’alaikum…
Saya setuju banget sama tulisan mbak bahwa menulis itu banyak manfaatnya.
Saya sudah menekuni bakat menulis sejak SD dan mulai nge-blog waktu saya duduk di kelas 2 SMA kemarin (sekarang saya udah mau kuliah)
Dari menulis itulah saya mendapatkan hal-hal positif seperti dapat menginspirasi orang lain (apalagi blog nya digunakan untuk dakwah) dan saya punya kenalan dengan interest yang sama, yaitu blogging meski hanya melalui dunia maya 🙂
Monggo mampir : coretanhatiukhti.blogspot.com
Sandra says
Salam kenal Mba, saya blogger newbie nih dulu pengen kuliah seni rupa malah masuk manajemen tapi Alhamdulillah sekarang jadi Guru gambar juga haha.. saya nulis blog disuruh Suami, Alhamdulillah seneng banget karena dengan menulis kita bisa membalas kebaikan semesta, insya aallah
Nurul Rahmawati says
Mbaaaa… kita tuh seumuran looh, tapi dirimu jauuuh lebih tangguh dan dewasa
Aku sangat suka postingan yg super enlightening kayak gini niiih
Ivan says
Tulisan yang luar biasa.
Mau terus menulis, supaya bisa seperti mba. Karena menulis memang seperti memiliki kekuatan ajaib untuk menyembuhkan jiwa yang terluka.
Dan bukan hanya jiwa kita sendiri, tapi siapa pun yang telah tersentuh oleh kekuatan kata-kata. Beruntunglah kita, jika tulisan kita terpilih untuk melakukannya.
Jangan berhenti menulis. Karena kita tidak bisa tidak menulis.
Ais elkirami says
Senang ya bisa menjadi orang yang bisa menulis, pembahasan santai & sederhana pun bisa lebih menyenangkan untuk di baca oleh orang lain. Saya yang awalnya cuman hoby membaca pun semakin tertarik untuk belajar menulis.
Rada lucu kalau dibandingkan dengan yang lain. Saat yang lain menulis dan aktif ngeblog untuk menyalurkan bakat & kemampuan, saya malah ngeblog buat belajar menulis hahaha