Maaf, hanya terdiri dari 4 huruf. M-A-A-F. Namun mengapa bagi sebagian orang, kata ini sulit sekali terucap. Tak peduli sebesar apapun bentuk kesalahannya, bahkan sebagian lebih memilih menuai konflik dibandingkan meminta maaf dan berdamai. Manusia! -MS-
Jadi begini, siang ini setelah pulang dari Jakarta, saya disambut oleh 2 anak saya, Vinka dan Zahran. Selama perjalanan pergi dan kembali ke rumah, Alhamdulillah jalanan kali ini bersahabat. Jadi saya enggak terkena imbas macet yang bikin hati ngelus dada. Tapi begitu sampai di rumah, saya mendapati jagoan kecil (Zahran) tampak murung dan terlihat seperti sudah menangis. Setelah masuk ke rumah, Zahran langsung mengutarakan sesuatu sama saya sambil terisak.
“Mama, itu gordyn kan lepas bukan karena aku, Mama jangan su’udzan dulu.” Begitu katanya.
Saya langsung teringat kejadian tadi pagi sebelum berangkat ke Jakarta. Jadi, gordyn yang ada di jendela depan rumah saya itu, sudah dua kali lepas dari temboknya. Yang pertama, karena tidak sengaja ketarik sama Zahran, yang kedua pun sama, sehingga Ayahnya harus kembali membetulkannya. Dan lalu, ketika tadi pagi saat saya sedang memanaskan mesin mobil, gordyn tersebut jatuh lagi. Pikir saya, “hmm, palingan sama Zahran lagi deh.” Sambil sedikit ketus tanpa memarahi, saya bilang sama Zahran, “nah kan, jatuh lagi gordyn nya. Lain kali adik bisa hati-hati kan?”
“Bukan sama aku, Ma,” tegas Zahran
Tapi karena saya harus segera beranjak dan siap-siap berangkat, saya sedikit tidak mempedulikannya.
“Pokoknya lain kali hati-hati. Sudah! Nanti minta tolong Ayah betulkan lagi.” Putus saya tanpa memberikan kesempatan Zahran untuk bicara lagi.
Dan ternyata, saat saya pulang, karena Zahran merasa tidak bersalah, ia pun masih berjuang mengklarifikasi, bahwa gordyn tersebut lepas bukan karena ulahnya, melainkan jatuh sendiri karena kondisi temboknya pun sudah keropos. Subhanallah, saya langsung beristigfar. Bagaimana bisa saya men-judge langsung bahwa itu perbuatan Zahran, sementara saat dia saya tinggal pergi, Zahran memendam perasaan tidak nyaman karena Mamanya telah menuduhnya.
“Ya Allah, nak… apa benar yang kamu bilang?”
“Bener, Ma, bukan sama Aku,” isak Zahran
Saat itu juga saya langsung memeluknya dan meminta maaf dengan perasaan yang sangat menyesal. Perasaan sensitivitas saya pun muncul dan saya hampir menitikkan air mata. “Jahat banget sih, gue.”
“Nak, Mama minta maaf ya sudah menuduh. Adik Zahran maafin Mama nggak?”
Zahran pun mengangguk sambil memeluk saya erat banget. Dan momen “Jleb” pun sukses terjadi.
Sebagai orangtua, kadang kita selalu merasa yang paling benar. Apalagi ketika mengetahui anak pernah berbuat salah, maka sepertinya sayalah (orangtua) yang benar dan anak salah. Astagfirullah hal adziim. Namun, dari kejadian tadi, saya malah merasa tertampar sama sikap Zahran yang dengan tulus berusaha menjelaskan, bahkan rela menunggu sampai Mama nya pulang.
Suka atau tidak, terkadang anak-anak lah yang menjadi sumber pembelajaran kita. Saya enggak malu mengakui kesalahan saya dan juga dengan tulus meminta maaf sama Zahran sampai ia benar-benar memaafkan. Dan tau nggak, Zahran bilang apa.
“Mama, lain kali jangan su’udzan dulu, ya. Dengerin dulu adik sama kakak ngomong.” *tertunduk malu
“Iya nak, mama janji nggak akan langsung su’udzan. Mama percaya anak-anak Mama jujur dan akan selalu menjaga sikap dengan baik dan benar.” Insya Allah. Dan konflik pun mencair, Zahran kembali bercanda dan menggoda kakaknya dengan kejahilannya. *garuk-garuk
Lesson : tak perlu malu untuk mengakui kesalahan, sekecil atau seberat apapun. Lakukan yang seharusnya dilakukan, agar hati kembali bersih. Minta maaflah, karena meminta maaf bukanlah sesuatu yang menjijikan. Meminta maaf sebuah proses pendewasaan diri untuk menjadi lebih baik. #ThankYouILearn
cumilebay.com says
Kata maaf mmg kadang berat banget terucap. 3 kata sech sebenar nya Maaf, Tolong dan Terima Kasih.
tp sudah kebiasaan kita, demen nya langsung nyalahin ke seseorang kalo kesalahan yg sama terjadi lagi padahal kadang tidak dia yg berbuat lagi hehe
rita asmaraningsih says
Masih ada orangtua yg ogah minta maaf pada anaknya…menurutku sih itu kurang tepat ya… Orangtua tetap mesti minta maaf pada anak2nya kalo dia salah.. ini bukan merendahkan martabat orangtua dimata si anak, ttp untuk mendidik si anak tentang arti “maaf”… nice post…
ei says
Iya, saya sebagai orang tua juga sering minta maaf, contohnya kalau janji sesuatu dan lupa. Anak pasti akan mengikuti kebiasaan orang tuanya. Yang ingin saya tanamkan ke anak2 adalah berbuat salah itu manusiawi, minta maaf jika ada yang tersakiti dan berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama adalah yang terpenting.
Sary Melati says
Maaf berhubungan dengan ego. Maaf itu proses belajar kita menerima keadaan yang sebenarnya. Mampukah meluruhkan ego untuk meminta maaf dan memberikan maaf. Prosesnya bisa sebentar, bisa juga lama. Anak kecil biasanya cepat melupakan dan mamaafkan, sebaliknya orangtua cenderung cepat melupakan meminta maaf karena merasa lebih tau dan lebih benar hehehe
Dwi Puspita Nurmalinda says
dari tulisan inpun aku bisa belajar agar tidak su’udzon ke orang lain..makasih mak sharingnya
HM Zwan says
thankyouilearn….makasih mak sudah berbagi^^
Melly Feyadin says
Anak kecil memang sering ngasih kita pelajaran ya mak ^^
ummi says
kadang keadaan terdesak bikin kita gak pikir panjang dan ngasal aja, umi juga pernah mak ngalamin ini sama anak yang bungsu
Lidya says
Sering kok minta maaf, malah jadi anak kalau punya kesalahan otomatis minta maaf juga
Salman Faris says
jadi terharu bacanya mba Mira, selama ini kan kita selalu melihat keluar untuk mencari sesuatu yang berharga, padahal sesuatu yang lebih berharga itu ada dirumah kita
Anisa AE says
Ah si Emak. 🙁 Ini pengalaman masa kecil saya. Saat ini saya selalu membiasakan meminta maaf pada si kecil, begitu juga sebaliknya. 🙂
Murtiyarini says
Aku pernah (sering) marah ke anak eh nggak tahunya dia nggak salah. Andai perkataan bisa ditarik kembali. Jadilah minta maaf ke anak. Tapi tetap menyesal banget…
Situs Kuliner Malang says
Jadi merasa banyak salah ma ibu bapak di rumah setelah baca ini. :'(
Indah nuria savitri says
Aku juga sama mak..suka alpa dan jadi suudzan…tapi kalau salah saya akan langsung meminta maaf dengan anak-anak..mereka seringkali menjadi guru yang lebih baik untuk kita semua..
fanny fristhika nila says
akupun ga prnh segan minta maaf ama ankku mba.. soalnya aku yakin, kalo kita sbg ortu ga malu minta maaf ke anak, pasti mrkpun akan mudah juga memaafkan org lain 🙂 Ortu itu guru pertama anak2 kan 😉
Yoekaa says
Sebagai orang tua kadang merasa gengsi sekali untuk meminta maaf pada anak, tapi ini sangat perlu biar buat contoh nantinya