Menjadi orangtua di jaman serba canggih dan serba instan seperti ini bukanlah perkara mudah. Alih-alih ingin menjadikan anak-anak sesuai dengan mau kita, yang ada, kita malah terjebak dengan mau anak yang beraneka macam. Apalagi anak-anak sekarang termasuk anak-anak yang kritis, yang tidak serta merta menerima, bahwa larangan adalah sebuah nasihat yang baik. Yang tidak serta merta menerima, bahwa maunya orangtua adalah yang terbaik bagi mereka. That’s why, pendekatan dan penyampaian yang tepat terhadap anak pun harus sesuai. Dalam hal ini peran seorang ibu menjadi sangat penting dalam keseharian mereka. Wait, menjadi seorang ibu pun susah-susah gampang, lho. Apalagi kalau di pundaknya bertambah tanggungjawab yang berat dalam membesarkan anak-anaknya. Iya, enggak sih?
Saya adalah seorang bungsu dari 3 bersaudara. Perempuan satu-satunya pula. Kebiasaan mendapatkan berbagai kemudahan, fasilitas, dan perhatian selalu saya dapatkan sejak kecil. Dan lalu, ketika saatnya saya menikah dan memiliki anak, lalu kemudian harus keluar dari kota kelahiran demi ikut suami, pertanyaan terbesar mama adalah, “apa neng bisa?” Hehe.
Rentang waktu berjalan. Saya pun akhirnya keluar dari rumah mama dan hijrah ke Ibukota. Berbekal pengalaman seadanya, dan jauh dari sanak saudara, saya menjalani hari demi hari menjadi seorang ibu. Hingga kini, ketika anak saya sudah dua, apa saya sudah bisa mandiri? Seharusnya sih, udah ya. Tapi nyatanya apa?! Ada kalanya saya merasa belum bisa menjadi ibu yang baik untuk anak-anak. Saya merasa belum bisa melakukan hal-hal yang selalu mama saya ajarkan atau berikan. Apalagi ketika menghadapi anak-anak yang berbeda maunya. Adu mulut pun bahkan sering terjadi, dan ending-nya, pasti salah satu dari anak-anak saya akan menangis. Belum lagi urusan PMS saya yang kadang bikin jiwa sulit mengontrol. Aaak… *Kemudian lempar panci atau nangis di pojokan* Oke fiks. Saya masih butuh mama untuk mengajarkan saya tentang kesabaran. Saya butuh mama untuk mengajarkan saya tentang pendekatan-pendekatan yang lebih penuh cinta kasih. Saya harus belajar banyak hal pada mama saya. Karena menjadi orangtua, adalah sekolah seumur hidup.
Saya sangat bersyukur memiliki mama yang berhati mulia. Tidak jarang, saya selalu merepotkan beliau tatkala tiba-tiba saya harus keluar kota atau bertemu klien. Atau ketika saya harus menghadiri sebuah undangan dan lain sebagainya. Mungkin, bisa saja mama bilang, “apa kurang cukup waktu dan tenaga yang dikeluarkan oleh mama saat merawat kamu sejak kecil, neng? Terus sekarang masih harus jagain cucu-cucunya pula.” *Tampar diri sendiri*
Tapi Alhamdulillah, sampai saat ini mama sendiri selalu meyakinkan saya bahwa mama senang bersama cucu-cucunya. Sekedar menemani mereka, enggak masalah buat mama. Hiks, teteup aja sih, kok merasa gimana gitu… berasa jadi anak durhaka banget, selalu ngerepotin mama. Untuk semua itu, rasanya… ucapan terima kasih saja enggak cukup buat membalas semua yang telah mama berikan dan lakukan. Bener nggak sih?
Tapi teman-teman sepakat kan, ya, kalau ungkapan terima kasih pada mama atau orangtua tetap harus dilakukan? Apalagi menjelang hari raya idul fitri nanti. Mungkin ini bisa jadi momen yang indah untuk ungkapkan hal tersebut.
Ada banyak hal yang bisa dilakukan sebagai rasa terima kasih kita terhadap orangtua. Sama seperti yang dilakukan oleh teman-teman perempuan lainnya yang mengirim cerita ke Kejumoo ini. Membaca satu persatu niat mulianya, saya jadi semakin terinspirasi, dan ingin terus memberikan yang terbaik bagi orangtua, khususnya Mama saya.
Tunggu apa lagi? Kalau saya saja bisa sangat terinspirasi oleh cerita dan niat mulia teman-teman di atas, saya yakin teman-teman pengunjung setia Blog Inspirasi Mama juga akan terinspirasi membacanya. Jangan lupa juga untuk kirimkan ceritanya, dan sebarkan inspirasi pada ribuan perempuan di luar sana. Satu kalimat “terima kasih” yang kita ungkapkan pada orangtua, Insya Allah akan menjadi kebaikan kita. Aamiin.
Zahra Rabbiradlia says
Saya belum menikah dan pertanyaan apakah saya bisa selalu ada di benak saya. Bagaimana nanti mengontrol emosi saat mengurus suami dan anak? Bagaimana nanti tetap produktif berkarya saat sudah menjadi ibu dsb. Namun saat mendengar kisah teman2 yg sdh terlebih dahulu berumah tangga, mereka menjawab: kamu pasti bisa Zah! Udah fitrahnya wanita menjadi istri dan ibu. Gak perlu takut, jalani aja, dan terus menerus memperbaiki diri karena menjadi org tua itu perlu pendidikan seumur hidup 🙂
Mira Sahid says
Benar Zahra. Proses menjadi orangrua itu nggak ada akhirnya. Yakin dan terus belajar. Semiga kita bisa menjadi orangtua yang amanah ya. Makasih sudah berkunjung
Indah Juli says
Udah nggak punya mama, nggak bisa cerita lagi tentang Mama 🙁
Mira juga jadi mama yang membanggakan buat Vinka dan Zahran <3
Mira Sahid says
Hiks makpuh. Big hug. Makasih ya
susanti dewi says
seorang ibu utk anak2nya adalah segalanya ya mba…..
Mira Sahid says
Yup. Semoga kita selalu diberi kesehatan ya, mba. Agar bisa mendampingi mereka terus
Lestarie says
Mama emang sosok yang luar biasa ya, Mbak. Selalu kata “baik-baik saja” jadi andalan kala kita nanyain kabar :’)
Mira Sahid says
Hiks iya yaa. Mama memang superhero
Memez says
Hiksss aku juga sudah ngga punya Mamah… dan belum jadi Mamah. Tapi.. aku tahu bahwa mak Mira salah satu mamah hebat yang juga ketjeh buat dua anaknya… love uuuuu
Lidya says
aku masih lengkap nih mak jadi harus dimanfaatkan ya
Idah Ceris says
Hihihi…ternyata anak mami ya, Mbak. 😀
Udah jadi orangtua pun masih tetep membutuhkan ortu ya, Mbak. Akan selalu membutuhkan pokoknya. Memang musti banyak belajar dr sosok Ibu, yang tak pernah punya rasa lelah untuk sekadar mendampingi anak sampain cucu cicit. 😀
Mira Sahid says
Hihihi iyaa. Tapi meski anak mami, aku anak mandiri lho. *pembelaan :))
Ayu says
Ihik, sama, mak Mira. Saya jg teruus bebenah diri jd seorang ibu. Terus belajar juga, krn udah mah terus niat baik tetep aja terus bikin salah. Huaa! Ah, wish our mother the very best, and wish us -moms- the best too 🙂
Mira Sahid says
Aamiin Yra ya, mak
Leyla Imtichanah says
Aku udah ikutan lomba kejumoo itu, moga aja menang 😀 Aaamiin…!
Mira Sahid says
Aamiin Mak. Yeaay
Liswanti says
Haru membaca ini mak.
Saya jadi ingat Ibu, pengen cepet-cepet pulang, ketemu Ibu dan memeluknya.
Mira Sahid says
Titip salam untuk Ibu yaa, Mak
ade anita says
Si kakak gayanya makin mirip dirimu…kerennnnn dan cantik serta anggun seperti ibunya
Mira Sahid says
Alhamdulillah. Makasih mba Ade
Anggarani Ahliah Citra says
Ada hidup setelah pernikahan.
Awalnya memang sulit, tapi bisa karena terbiasa.
Semangat menjadi Emak.
Mira Sahid says
Iyes. Semangat juga ^_^
momtraveler says
Kalo liat mama rasanya masih jaaauuuhhh banget dan masih harus banyak belajar dari beliau. Moga2 masih ada kesempatan nyenengin ma2 bukan cuma ngerepotin ajah hehehe…
Salam buat ibunya makpon ya ..moga sehat2 trs 🙂
Mira Sahid says
Iya, terima kasih, mak. Salam juga buat keluarga ya
rahmiaziza.com says
Aku juga maish bingung nih mau kaish apa ke ibuku, soalnya secara finansial ibu dan papaku lebih mapan daripada anaknya, tapi ini udah siap2 mau bikin kue lebaran sendiri aja trus kasih ke ibu. Bikinan sendiri InsyaAlloh lebih mengena di hati hehehe
Mira Sahid says
Wah, itu hadiah sederhana tapi maknanya dalam banget mak. Jangan lupa kirim ke aku juga kuenya
Ruth Nina says
Terharu bacanya, Mak. Saya termasuk yg masih bergantung sama org tua karena saya mama bekerja. Lebih deket sama papa sebenarnya… Tapi kalau masalah menitipkan Anak ya balik lagi cuma mama yg bisa diandalkan. Hehehe.
Mira Sahid says
Mari kita doakan orangtua kita ya, mak 🙂
Hidayah Sulistyowati says
Aku juga masih sering ngerepotin ibuku, meski ada ART, tetep ortu enggak tega kalo nggak nemenin waktu anak2 masih kecil.. Orang tua sih sebenarnya enggak pernah meminta sesuatu, justru kita yg sering mikir mau kasih kado apa buat ibu. Kayaknya terima kasih juga enggak cukup ya mbak.
Mira Sahid says
Iya bener, mba. ah, semoga kita bisa membahagiakan kedua orangtua kita ya
Nadia Khaerunnisa says
Soal sabar ini emang paling susah, hiks. Jangankan sabar, untuk mengurangi ego sendiri aja susah-susah gampang. Sering berpikir ternyata jadi mama itu susah ya hahaha
Mira Sahid says
Learn by doing, proses sumur hidup ya, mak. Semangat 🙂
prima hapsari says
Baca cerita mbak Mira jadi kangen ama Ibuk, yg masih saya repotkan hingga sekarang. Apalagi Ibu mertua yg membantu menjaga anak saya tiap hari. Benar2 harus berterimakasih ama beliau. Btw Mbak Mira mah Ibu yg komplet bagi putranya, cantik dan pintar.
Febri Dwi Cahya says
Yeah, orang tua adalah guru seumur hidupku :’
cumilebay.com says
Jadi kangen emak di kampung ihik ihik ihik