Kali ini saya pengen sharing tentang judul yang saya tulis. But before, saya mau disclaimer dulu ya, bahwa apa yang saya tulis ini bukan bermaksud untuk menggurui , tapi lebih kepada karena pengalaman yang saya rasakan.
Sejak kecil, saya memang memiliki jiwa pemimpin (kata Ayah saya), ini pun terbukti dengan rentan perjalanan saya sampai sekarang, dimana sejak SD, SMP, SMA, sampai kuliah, saya sempat menjabat (*halah bahasanya) beberapa bagian. SD saya dipercaya sebagai pemimpin regu untuk team paduan suara sebagai Dirigen, SMA saya dipercaya sebagai wakil ketua OSIS, di luar kegiatan sekolah pun, saya pernah menjadi Field Commander di Gita Pakuan Marching Band Jawa Barat, lalu saat kuliah saya dipercaya untuk menjabat sebagai koordinator Tarian kreasi (Takre), ketua bidang I di Lingkung seni Mahasiswa (LISMA), serta Ketua acara Sisingaan antar kampus se-Jawa Barat. Aktivitas saya dalam mengomandoi kegiatan sejak pindah ke Jakarta pun, dimulai dari acara Hut ke-3 Blogger Bekasi, dan akhirnya sampai sekarang berada di KEB.
Well, semua pengalaman tersebut banyak memberikan saya pelajaran. Mulai dari bagaimana sebaiknya saya menjadi leader, apa saja yang harus saya lakukan saat menjadi leader, dan hal-hal teknis lainnya yang memang dibutuhkan oleh seorang leader. That’s why, saya adalah tipe orang yang selalu ingin mencoba sesuatu, karena semua hal-hal baru tersebut akan menjadi wawasan yang baru untuk saya.
Semakin kesini, jaman memang tak lagi sama. Of kors… cara memimpin atau menjadi seorang leader pun enggak bisa disamakan dengan sebelumnya. Sama aja halnya dengan gaya pemimpin Negara kita. Dan teman-teman pasti bisa membedakannya. But all of them, saya yakin bahwa setiap pemimpin atau leader punya alasan tersendiri kenapa dia terpilih/ dipilih, dengan gaya dan ke khas-an nya masing-masing.
Enak enggak sih, jadi leader?
Enak! Karena kita bisa megenal orang lebih luas dan dikenal lebih banyak orang.
Tapi jangan salah, menjadi leader juga, enggak selamanya enak. Ada tanggung jawab besar di pundak kita. Ada hal-hal yang harus banyak dilihat, dan didengar oleh kita sendiri sebagai leader. Contohnya adalah, harus bisa melihat ke diri sendiri atas potensi, dan kemampuan yang kita miliki. Saya sendiri selalu berkaca dan me-review, sudah baikkah saya menjadi seorang leader? Sudah benarkah apa yang saya lakukan sebagai leader? Dan dari review yang saya lakukan, saya memang enggak pernah menemukan nilai sempurna atas kinerja kepemimpinan/ leadership saya. Karena apa? Karena ternyata, saya butuh team yang kuat dan solid untuk membuatnya menjadi lebih baik. Ya, saya tidak bisa menjadi leader seorang diri.
Saya pernah mendengar ucapan senior saya saat kuliah dulu, “menjadi seorang leader yang baik adalah, ketika kita bisa menghasilkan leader selanjutnya.” Tapi ada juga senior saya yang lain bilang bahwa, “Hati-hati, jadi leader itu kudu mawas diri. Lo kudu siap, karena saat elo bagus, lo nggak akan dipuji, dan saat elo jelek, lo makin dijelek-jelekkin.” Jleb!
Poin kedua tersebut jujur, terus saja berputar-putar di kepala saya. Saya mencoba mencerna dengan sangat dalam kalimat tersebut. Dan yes… dalam perjalanannya, saya mulai menemukan makna, bahwa sebagai seorang leader, saya harus bisa menahan diri, dalam segala hal. Untuk itulah, kenapa ada pakar leadership yang menawarkan berbagai seminar, termasuk tema-tema personal branding, yang bagi sebagian orang, itu bukanlah hal yang penting. Tapi ya itu tadi, saya memang enggak pernah puas kalau urusan ilmu. Alhamdulillah, beberapa kali saya pernah mengikuti seminar-seminar tersebut untuk meng-upgrade pola pikir.
Dari pengalaman saya sendiri, hal-hal yang memang sebaiknya dilakukan sebagai seorang leader adalah:
- Self awareness, dalam hal ini menyadari dan terus mencari tau potensi yang ada dalam diri. Siapa tau kita bisa berkembang dalam bidang lain yang disesuaikan dengan potensi kita (prestasi). Begitu mengetahuinya, maksimalkan, dan berikan yang terbaik. Dan jika mampu menjadi seorang leader dalam circle tertentu, why not. Namun tetap sadar diri, bahwa saat ini banyak mata melihat kita.
- Menjadi leader memang butuh ketegasan. Namun dalam hal tertentu, kita harus tetap memberikan kepercayaan pada team untuk sama-sama memutuskan, serta menjalankan tanggung jawabnya dengan sebaik-baiknya
- Menjaga personal branding (image). Ini bukan bermaksud untuk menutup-nutupi siapa diri kita, atau berusaha menjadi orang lain. Tapi dengan tanggung jawab besar di pundak, biasanya seseorang akan menyadari, bahwa apa yang dilakukan serta dituliskannya akan lebih banyak dilihat oleh orang lain. Dan seiring berjalan waktu, karena kita melatih diri kita untuk semakin baik, kita akan tau betul mana hal-hal yang patut dishare ataupun enggak. Jujur saja, di luar apa-apa yang saya share selama ini, saya sendiri masih manusia biasa, yang kadang butuh hal-hal di luar kebiasaan untuk saya lakukan, dan saya tuliskan, tapi tetap mengacu pada porsinya masing-masing.
- Meminta team untuk jadi komentator setia. Nah, bagian ini yang kadang sedikit terlupakan. Atas dasar “gue pemimpinnya,” kita lupa bagaimana untuk mendengar, kita lupa bagaimana untuk merasa. Pokoknya gue leadernya, suka enggak suka, lo kudu ikut. Ada yang masih seperti itu enggak? *Miaww. Better, belajar legowo kalau dikoreksi atau dikomentari. Kadang kritikan memang menyakitkan, tapi kalau bisa diterima dengan hati lapang, ya sebaiknya intropeksi.
- Tidak mengikat dan tetap memberikan kebebasan kepada team untuk melakukan hal-hal di luar circle leadership Ya, gimanapun mereka masih butuh bersosialisasi di tempat lain. Biarkan saja, yang penting team nya masih bisa bertanggung jawab atas apa yang menjadi kewajibannya
- Jadikan mereka juga seperti keluarga. Iyes, menjadi leader bukanlah pemimpin yang harus setiap saat ditakuti, tapi mampu menempatkan diri dalam posisi demokrasi, saling menerima kelemahan, dan saling memberikan dukungan.
- Selalu siap di garis depan. Ini berkaitan dengan nasehat senior saya yang saya tulis di atas. Means, saat ada apa-apa dengan team kita atau member yang ada di dalamnya, suka atau enggak, kudu siap di garis depan. Sekalipun kudu kena cacian dan teguran yang menyakitkan. Iya lah ya. Masa saat susah, malah nggak mau tau. Makanya, leader, pengurus ataupun member semuanya harus saling bersinergi. Kalau ada konflik, selesaikan. Alhamdulillah, sependek yang saya ingat, saya ataupun Makmin di KEB selalu terbuka untuk diskusi jika ada hal-hal yang dirasa enggak clear di KEB. Kalau ada isu-isu saat ini yang melibatkan KEB begini atau begitu, silakan langsung hubungi saya atau pengurus. Dan hal ini pun selalu saya sampaikan sama member-member yang kebetulan bisa diskusi soal ini. Jangan hanya mendengar isu satu pihak. Bijaklah menyaring berita, bedakan antara isu berdasarkan data atau sekedar isu pengaruh persepsi seseorang atau golongan tertentu.
- Jaga hati. Minimalisasikan buruk sangka, rasa sombong, atau berupaya memengaruhi pihak-pihak lain agar menjadi followers kita. Jika sedang tidak nyaman, sebaiknya sang leader intropeksi ke dalam diri sendiri.
Di luar semua itu, menjadi leader sebaiknya terus membuka hati, pikiran dan juga menjaga lisan. Karena menjadi leader bukan sekedar kita mampu menjadi apa dan siapa, tapi lebih kepada, apa yang bisa dilakukan terus untuk menghasilkan manfaat secara bersamaan, dan berkah yang didapatkan. Menjadi leader adalah amanah, dan amanah adalah sebuah ibadah yang harus dilakukan sebaik-baiknya.
Aeh, kok jadi panjang amat yaa. Hihi. Well, karena kita semua memang leader, leader bagi diri sendiri, leader bagi keluarga, dan lainnya. So, saya juga masih pengen belajar terus bagaimana menjadi leader yang baik, terlepas dari hasilnya baik atau enggak, we can not please everyone, right? Sharing dong gaes, apa pengalaman kalian saat menjadi leader?
Anggara says
Tugas jadi pemimpin memang berat. Salah satunya “wajib” mengorbankan kesenangan demi kepentingan ummat 🙂
Aldo says
Bu, boleh saya tanya, saya akan menjalani interview sebagai tim leader minggu depan. Karena tempatnya jauh, saya jadi itung itungan masalah gaji, hehe. Kalau boleh tau, gaji tim leader ini berapa sih Bu? terima kasih
Wawan Kisah Web says
Jadi leader itu asik
Gini, kita kan jadi kepala. tentu akan sering bertemu juga dengan kepala
Potensi bertemu orang besar sangat besar