Sudah memasuki tahun 2015. Jangan katakan, bahwa kamu belum melakukan apa-apa. Sayang rasanya, kalau awal tahun sudah dibuat mumet dengan segala hal yang seharusnya tidak membuatmu seperti ini. Tapi, begitulah adanya, ketika keadaan masih membuat kita berada dalam posisi yang sama, alias belum ada perubahan. Hasilnya… kita masih akan tetap sama.
Kali ini saya ingin sharing tentang kisah yang berkaitan dengan “ketenangan.”
Begini…
Dua manusia dipertemukan untuk saling melengkapi. Adapun segala perbedaan yang ada diantaranya, sejatinya membuat mereka belajar dan berproses, serta menyadari bahwa perbedaan itu tetap ada. Tapi lain ceritanya jika salah satu diantaranya, merasa bahwa ketenangannya telah terampas, sejak ia mengenal orang yang saat ini mendampinginya. Terampas? Se-ekstreem itu kah?
Saya yakin, setiap kebersamaan yang telah terjalin, akan melewati rangkaian kisah yang membuat jatuh bangun. Kehidupan akan selalu memberikan sebuah tantangan, namun juga selalu memberikan harapan. Persoalannya, apakah keduanya mampu bersinergi dan menemukan solusi yang pas? Atau salah satu diantaranya terlalu dominan, dan membuat pihak satunya malah semakin tertekan?
“Hmm… lalu mengapa tidak coba mengubah keadaan?”
“Aaah, ini kan bukan soal bersama 1 atau dua tahun. Tapi sudah lebih dari 10 tahun. Aku bukan tidak ingin mencobanya. Semua sudah dilakukan, tapi nyatanya… selalu sama.” Begitu katanya.
Cukup membuatku berpikir sejenak. Ternyata, jika watak telah melekat dalam diri seseorang, dan dia tidak ada keinginan untuk mengubahnya, hasilnya… sekeras apapun diusahakan, kita tidak pernah bisa mengubahnya. Kecuali, kita menerima atau kita sendiri yang berubah.
Tunggu…! Mungkin itu jawabannya. Diri sendiri dulu lah yang harus berubah. Meskipun belum berubah pada permasalahan yang ada, setidaknya… kita bisa mengubah apa yang menjadi kelemahan kita selama ini. Yeaah… teorinya gampang, Mir. Oke… saya menyadari itu. Terkadang saya lupa, dan terlalu menganggap enteng permasalahan orang lain. Lalu ketika saya dihadapkan pada situasi yang tidak nyaman, saya pun akan menemukan sebuah kondisi, yang bernama “lelah.”
“Lalu, apa yang membuat kamu tidak nyaman?”
“Aku hanya butuh ketenangan.” Ucapnya diantara helaan napas.
Aku kembali berpikir sejenak….
Hmm… Kadangkala kita lupa. Kita mencintai seseorang, namun dengan cara yang kurang tepat. Mengapa? Kita terlalu keras mengikatnya, kita terlalu tinggi hati mengakui kelebihannya. Kita terlalu angkuh mengakui titik lemah kita, sehingga dengan berdalih “Aku peduli,” kita malah merampas ketenangannya selama ini. Kita merampas kebebasannya. Padahal, pasangan bukanlah tawanan kita. Dia adalah partner, sahabat, yang sejatinya mampu membuat kita nyaman berada di dekatnya. Bukan merasakan takut akan intimidasi atau hal lainnya. Cukuplah ini menjadi renungan kita bersama.
Tenang…! Satu kata yang sederhana namun berdampak luarbiasa pada jiwa seseorang. Dalam ketenangan, seseorang akan menemukan banyak cinta dalam dirinya. Dalam ketenangan, seseorang tidak akan merasa sendiri. Dalam ketenangan, seseorang akan mampu memberi lebih. Dalam ketenangan, cinta akan tumbuh semakin dalam. Dalam ketenangan, perbedaan akan menjadi satu hal yang indah untuk saling melengkapi dan memaknai. Dalam ketenangan, kita akan belajar dan mengerti bahwa seseorang itu, sangat berarti. Sanggupkah kita memberikan ketenangan pada pasangan kita?
#ThankYouILearn
Dewi says
Semoga saya mampu menghadirkan rasa tenang seperti dia memberi rasa tenang dalam hidup saya…
Tulisan yg cantik… suka bacanya..:)
cputriarty says
ikut terhanyut dalam pemikiran mak Mira yang cantik ini. So wiseful deh. Semoga stelah habis baca postingan keren ini make me more appreciate (in calmdown) to my real soulmate. Tengkyu Mak cantiix 🙂
pipit says
Selalu bisa membuat sy utk instropeksi.
Makasih Mak tulisannya 🙂
irmasenja says
Jlebbbb banget tulisannya. Thanks mba ayank 🙂
ida nur Laila says
Selalu dikemas cantis dan membawa perenungan yang dalam. makasih inspirasinya makpon.
momtraveler says
Postingan yang sangat menenangkan
Thanks for sharing mak cantik 🙂
Caroline Adenan says
Thank inspirasinya mak Mira…
Pakde Cholik says
Dua manusia yang bukan saudara, tak saling mengenal sebelumnya, lalu hidup satu atap dalam lembaga pernikahan tentu mempunyai perbedaan-perbedaan. Mengeliminir perbedaan adalah suatu hal mustahil untuk dilakukan. Yang dapat dilakukan adalah menumbuhsuburkan toleransi secara proporsional dan wajar tanpa merusak akidah.
Dalam perinkahan perlu caring and sharing plus komunikasi secara intens apapun cara dan medianya.
Salam hangat dari Surabaya
dwina says
Thanks ya udah diingetin.
Suka fotonya…simple.
noe says
Buat aku, Intinya, dlm menjalin hubungan, hanya dibutuhkan dua orang yang mau berkomitmen. Yang satu adlh seorang yg mau mengerti dan satu org lainnya yang bisa dipercaya, maka tak perlu syarat dan ketentuan. TFS ya maak… 🙂
Nova Wijaya says
Belum punya pasangan sih, tapi bisa bayangin rasanya hihi..makasih mbak udah berbagi pengalamannya.
Alaika says
Sepakat banget dengan tulisan yang menenangkan ini. TFS, MakPon cantik! Yup, dan aku juga butuh ketenangan nih…. Yuk kita hangout di pegunungan yang sejuk, sambil menulis yuk! 😀
Choirul Huda says
uhuk-uhuk 😉
kalimat yang ini “Kadangkala kita lupa. Kita mencintai seseorang, namun dengan cara yang kurang tepat. ” memesona banget…
HM Zwan says
wow,super sekali mak..makasih sharingnya 🙂
Anak Kota says
Iya, KETENANGAN!
sesekali waktu aku sangat butuh ini. Bukan menghindari masalah yang datang bertubi-tubi. Bukan pula lari dari pahitnya kehidupan. Hanya butuh tenang! Untuk menghirup dan menghela nafas sembari ber-muhasabah.
Terkadang, aku berfikir untuk menyendiri dan berteriak kencang untuk mendapat ketenangan itu. Orang alim banyak bernasehat, sholat lah jika hati mu ingin tenang. Tapi…iman ku belum sampai pada titik itu! Iman ku…masih abu-abu karena dipenuhi aksi maksiat yang ku lakukan. Jadi aku berfikir mencari ketenangan dalam bentuk lain setelah aku melakukan sholat. Iya, setelah sholat! Karena aku masih meyakini ada Allah yang menggenggam hati ini, yang akan menenangkan hati dan fikiran ini.
Ketenangan, iya! Aku butuh itu, kak…
Makasih atas tulisannya dan kesempatan berkomentar di kolom ini.
Dian Kelana says
Dalam kesendirian, kita bisa menyelami banyak hal. Mengkaji banyak hal dan belajar tentang banyak hal. Hasil dari perenungan dalam ketenangan itu adalah energi baru yang bisa mengubah banyak hal kearah yang lebih baik.
Selamat siang ananda Mira.
Nancy Duma Sitohang says
Ada ungkapan yang mengatakan, kasih adalah yang terbesar dari semua.
Terima kasih, Mbak Mira, untuk sharingnya.
Edi Padmono says
Sebenarnya berani menikah berarti seseorang itu sudah berani untuk sebuah komitmen, hanya saja kebanyakan orang terjebak pada permasalahn awal yaitu mereka akan menerima pasangannya apa adanya. Menerimanya apa adanya sudah pasti akan menimbulkan ketidak nyamanan dalam hubungan berumah tangga karena ada unsur keterpaksaan di sana. Berbeda dengan pandangan bahwa akan menerima pasanganya secara luarbiasa tentu sepasang kekasih itu akan selalu berlomba menjadi sosok yg luar biasa bagi pasangannya walaupun itu pernikahan melalui perjodohan.
Lianny Hendrawati says
Postingan yang menginspirasi makpon. Makasih sudah diingatkan. Terkadang kita memang butuh ketenangan, karena dalam ketenangan itulah pikiran dan hati kita bisa lebih terbuka memaknai hidup dan cinta yang ada di sekeliling kita. Kita juga perlu sejenak hening *eehh kok jadi seperti judul buku yaa 😀
rahmi says
Mengubah orang lain memnag sulit ya mak, mungkin kita hanya bisa mencoba membuka pikiran dia agar mau berubah dengan keinginannya sendiri
cumilebay.com says
Bersyukur dan ikhlas menerima pasangan kita dengan segala kelebihan, kekurangan nya di buang ke laut aja hahaha
Indah Nuria Savitri says
tenang itu memang mahal harganya mak…dan terkadang, sedikit ketenangan bisa membawa manfaat untuk banyak hal…makasih untuk sharing dan renungannya makpon…happy 2015 yaaa
intan rawit says
dalem banget ya mak, emang menikah tu seninya kehidupan y mak harus belajar sepanjang waktu
cumilebay.com says
Peluk Mak Mir …. #BigHUG
Semua orang butuh ketenangan dengan cara nya masing2
Andiyani Achmad says
thanks for sharing mbak, ‘ngena’ banget apalagi di kala galau 🙂
Arifmartusoni says
kata2’nya mantap ka,,makasih ka lumayan buat masukan