Familier dengan istilah body shaming?
“Mira, kok lo makin kurus, sih!”
Awalnya, saya senang ketika banyak teman yang saat jumpa dengan saya mengutarakan hal tersebut. Alih-alih sakit hati, saya malah senang karena untuk ukuran seorang ibu-ibu anak dua, saya masih selangsing ini. Makanya, saya selalu menyebut diri saya Iis Dahlia (ibu-ibu segar dandanan belia), karena nilai plus-nya adalah, mau pakai baju apa pun, body saya selalu pas. Fashionable. Ini yang juga bisa jadi bikin iri perempuan, terkhusus ibu-ibu yang sudah punya anak, yang selalu mengeluhkan berat badannya.
“Lo enggak pernah makan apa, Mir?”
Pertanyaan ngehek lain berlanjut dari pernyataan pertama. Yang tadinya masih oke dengan kalimat pertama, selebihnya saya malah suka jadi baper. Iyalah, dipikir saya kurang gizi apa, ya? Dikata enggak pernah makan.
Makanya saya suka jawab, “Dih, makan gue tuh sering, meski enggak sekaligus banyak. Jam berapapun lapar, ya makan, dan badan tetap segini saja. Ngiri enggak, lo?!” On that time, saya kick balik, betapa saya beruntung kan, dibanding kamu. Hehehe.
Awalnya saya enggak pernah baper lho kalau kalimat-kalimat itu ditujukan ke saya. Tapi memang alam bawah sadar kan bekerja, ya. Semakin sering dikatain begitu, judulnya bukan senang lagi. Apalagi yang mengungkapkan kalimat tersebut, memberikan ekspresi wajah seolah … kurus itu enggak bahagia, kurus itu, kurang gizi.
Lah, lalu kalau ini ternyata a gift dari Yang Maha Kuasa buat saya, masa saya harus komplain? Mau kurus atau gemuk, itu memang pilihan. Tapi kalau saya sudah sedemikian berusaha menggemukkan badan tapi hasilnya masih segini-gini saja? Aslinya saya malah enggak mau jadi stres, nanti makin kurus.
Jadi, marilah kita bersyukur dulu, apa pun bentuk badan kita, selama kita masih menjalankan pola hidup baik dengan berolahraga, dan asupan gizi yang baik, plus berbahagia. Just enjoy the life aja.
Hati-hati Dengan Body Shaming
Kalimat-kalimat bercanda, apalagi mengejek di media sosial sekarang sudah ada aturannya. Iya, sedetail itu saat ini media sosial juga dibuat aturannya. Bagus sih, menurutku, biar orang-orang juga enggak kebablasan.
Tapi soal body shaming ini, berlaku juga di kehidupan nyata. Hati-hati kalau punya kebiasaan ceplas-ceplos, apalagi masih berteman di permukaan, alias belum sampai bersahabat.
“Muka lo jelek amat, sih!”
Nah, kalau sahabat sendiri yang ngomong, mungkin nyante aja. Lah uda tau banget kan, muka dia kalau tidur memang senatural itu?
Tapi kalau baru berteman dalam beberapa kali pertemuan, itu namanya SKSD. Kalimat ejekan itu bisa jadi menyinggung, dan itu termasuknya body shaming. Bisa dilaporkan kalau yang bersangkutan merasa sakit hati.
Sama seperti kalimat yang sering ditujukan ke saya, soal “kurus.” Iya, gue kurus, lo mau apa? Tapi akui aja, ngangenin, kan? *eh, gimana :))
Jadi, sama-sama menahan diri saja. Kalaupun lagi pengin bercanda, lihat-lihat circle dan suasananya dulu. Mulutmu harimaumu. Begitu pun di media sosial, jempolmu harimaumu.
Dan soal body shaming ini sudah tercantum dalam UU ITE, Pasal 27 Ayat (3) UU no.11 tahun 2008, yang telah diubah Oleh UU no.19 tahin 2016, dengen ancaman pidana; 4 tahun atau denda Rp.750 juta. Wew, serem, ya!
Tips Menghadapi Body Shaming
Pasti enggak nyaman sih, lama-lama, kalau kita dikata-katain, ya? Apalagi kalau ini juga ditujukan kepada anak-anak yang masih butuh banyak banget motivasi dibanding ejekan.
Saya sebagai orang tua juga jadi berpikir. Apakah ada momen-momen tertentu, ketika saya melakukan body shaming terhadap anak-anak saya? Apa pun itu, mungkin, semoga saya bisa memperbaikinya.
Dan, sebagai seseorang yang pernah mendapatkan body shaming, saya punya tips buat teman-teman yang juga mengalami hal serupa.
-
- Saat mendengar kalimat yang mengarah ke body shaming, tarik napas saja dulu, selow.
- Lihat sisi positif dari diri kita yang mungkin, tidak dimiliki oleh orang tersebut. At least, kita masih punya kelebihan lo.
- Tetap intropeksi, siapa tau memang ada benarnya juga. Kalaupun itu menyakitkan, ajak bicara dari hati ke hati. Ungkapkan ketidaknyamanannya, dan jadikan itu sebagai motivasi untuk lebih baik.
- Baper? boleh! Asal jangan balas mencaci maki. Kalau sudah terlanjut terucap, minta maaf. Damai ya, Sis. *Berpelukan.
- Fokus ke hal-hal positif. (Terus fokus, satu titik, hanya fokus, titik itu …)
Seperti tu, teman-teman….
Berpendapat? Boleh, Tapi …
Media sosial memang tempat yang bisa melenakan, semua orang punya opini dalam mengungkapkan pendapatnya. Boleh saja, asal itu tadi, dipilah-dipilih mana saja yang bisa kita tuliskan atau enggak.
Pun kehidupan nyata, kalau perkataan kita besar jadi menyakitkan, lebih baik diam, diam itu katanya serupa emas.
Tapi lain halnya kalau kalian lagi kangen sama seseorang, jangan diam saja. Bilang saja kangen, ajak ketemuan. Hihihihi! Maksudnya kangen sama orang tua, saudara kandung, atau sahabat, lho.
Nah, ada enggak teman-teman, yang juga pernah mengalami body shaming? Share di kolom komentar, ya. Gimana rasanya? Terus apa yang kalian lakukan?
mysukmana says
Kasus kriminal baru ya kak..paling anyel klo lama g jumpa trs bilang body shaming..
rini says
yang terparah adalah saat body shamng ke wanita dan keluar dari mulut wanita pula…
subhanalloh… harus sabarrrr
Anggara says
Terlepas dari informasi grafis yg cukup keliru itu, nggak semua body shaming bisa dipidana sih
Tapi setuju, babwa nggak semua hal perlu dikomentari ini. Apalagi komemtaf soal penampilan
Diah Dwi Arti says
Ih, mak. Saya juga kurus. ?
Ada kadang yang muji kekurusan saya ini . Katanya iri, pingin punya badan kecil kayak saya.
Tapi ada juga satu komentar pembelaan dari sahabat masa kuliah dulu yang masih saya ingat. Ada teman laki-laki yang komentar ke sahabat saya tadi, “Temanmu itu kok kurus banget sih.” Mungkin orang itu mau naksir saya tapi ga jadi, hihihi….
Sahabat saya tadi bilang, “Aku kenal Diah ya udah kayak gitu kok.” Baginya ga masalah saya kayak apa, dia tetap anggap saya sahabat.
Ah, so sweeeeet…
Rita says
Sering banget ngalamin body shaming. Dari jerawat, sampai berat badan? tapi ya udah sih, biarin aja.. gak usah dipikirin, nanti malah bikin nggak bahagia?
Renita says
Mak, saya juga kurus xixixi. Banyak yang iri juga sih karena saya udah punya anak tapi tetep kurus ?
Saya sendiri malah pengen gemuk tapi susaaahhh banget. Ya sudah akhirnya bersyukur aja.
Nike says
Mau nambahin aja mbak, sebenernya body shaming sendiri gak bisa dijerat pake UU ITE. Penjelasan lengkapnya bisa dibaca di sini http://learninghub.icjr.or.id/body-shaming-bisa-dijerat-pasal-27-ayat-3-uu-ite-ah-yang-bener/
aku juga ndut kok, tapi ya cuek aja yang penting happy sama badan sendiri kan ya. Harusnya kita sebagai perempuan berhenti deh komen soal fisik orang lain, banyak basa basi yang lebih menyenangkan didengar dan bisa diterima 🙂