Tahun ini, adalah proses tahun yang saya niatkan untuk kembali menata hati. Kenapa? Bukankah seharusnya hati sudah baik-baik saja, toh selama ini Mira kan memang selalu terlihat baik. Iya, saya selalu bersyukur atas segala sesuatunya. Meski sebagai manusia dengan banyak kelemahan, ada saja fase di mana saya kembali mengeluh, kembali melemah, bahkan butuh pertolongan kembali untuk mengolah rasa agar kembali baik. Saya akui, saya masih harus terus belajar dengan segala proses kehidupan dan apa-apa yang Allah berikan untuk saya. Bukan saya tak pandai bersyukur, hanya saja sisi perempuan dan kepekaan yang ada dalam diri saya memang kadang mendominasi hingga membuat saya kembali labil. Wajarkah? Ok, coba kita bahas ya.
Rumus dan proses kehidupan itu sudah jelas. Pertama, enggak ada proses kehidupan yang jalannya mulus, bahkan wajah glowing pun perlu perawatan terus-menerus agar terjaga kualitasnya. Kedua, meski kita tidak ingin merasakan kesedihan, tapi rumus hidup itu berulang. Senang, sedih, gembira, haru, marah, kecewa, dan lain sebagainya akan terus hadir dalam keseharian kita. It’s ok, bersyukur saja, karena itu tandanya hati kita sedang bekerja. Tetapi, kemudian akhirnya saya sadar, proses berulang itu harus diolah dengan baik, penuh kesadaran, sehingga saat kita berada pada kondisi yang berulang itu, kita sudah jauh lebih bisa menerimanya dengan konsep sadar, dan bukan lagi sekedar keluh kesah.
Contoh sederhananya gini, perempuan yang sudah akhir baligh kan pasti kena periode bulanan ya. Untuk mereka yang baru merasakannya, tentu itu menjadi sebuah siksaan yang pasti akan dikeluhkan. Rasa nyeri di bagian perut, belum lagi perubahan hormon yang membuat emosi diri pun berubah-ubah. Enggak mau tau pokoknya, saat kena pra menstruasi (pms) kebanyakan perempuan hanya ingin dimengerti dan dipahami, bahkan oleh kaumnya sendiri. Tapi karena siklus tersebut berulang, lama-lama hal itu menjadi sebuah hal yang biasa, ibaratnya, “sudah malas keluhkan lagi lah. Ya memang sudah begitu, mau gimana lagi.” Ini yang saya maksud mengolah rasa. Dirasakan dan diterima dengan penuh kesadaran diri.
Dan kalau saya tanya sama teman-teman, siapa di sini yang sedang punya masalah? Masalahnya sama atau berbeda, atau mirip-mirip? Bisa jadi persoalannya beda, tapi rasanya sama, melibatkan rasa sedih, kecewa, marah, kesal, dan lain-lain. Saya pribadi akhirnya bersyukur karena pernah diterpa berbagai masalah, mulai dari yang menurut saya level biasa sampai luarbiasa. Dari situ saya belajar, bahwa… “yah, memang begini perjalanan kehidupan, naik turun.” Saya punya masalah, kamu juga, mereka pun sama. Yang membedakan hanya bagaimana cara menyikapi masing-masing terhadap masalah yang dialaminya.
Jalani, Nikmati, Syukuri
Seseorang pernah sampaikan kalimat ini pada saya. Sederhana, namun ini saya jadikan vision board terus menerus, agar jadi semacam kata kunci yang bakalan panjang seo-nya di kehidupan yang saya jalani saat ini dan ke depannya. Percaya atau tidak, hidup kita sedikit banyaknya ditentukan oleh afirmasi diri kita, selain tentunya dengan kekuatan doa, dan takdir dari Sang pemilik semesta.
Kini, saat saya kembali dibenturkan dengan ujian-ujian kehidupan, saya hanya perlu menerimanya dengan penuh kesadaran. Saya tidak ingin menyalahkan apa atau siapapun. Karena segala sesuatu yang saya pilih untuk dijalani, tentunya atas dasar kesadaran diri saya, dengan segala resikonya. Bicara resiko tentu saja ini berkaitan dengan pikiran dan cara kerja hati. Inginnya A, hasilnya bakalan A, dan resikonya juga A. Artinya, semua tetap kembali kepada diri sendiri. Begitu seterusnya. Dan saat resiko itu hadir, terima kembali dengan sadar diri, bahwa inilah jalannya. Setelah itu, lepaskan perlahan, maafkan diri, dan kembali melangkah. Seperti mudah sih, dalam teorinya, tapi tentu saja ini butuh proses, dan juga nalar yang selaras dengan hati. Intinya, apapun jalan hidup yang dipilih, itulah yang harus dipertanggung jawabkan. Apapaun masalah dan ujianmu, sadar saja bahwa semua itu bagian dalam proses untuk membuatmu semakin bijak dalam melangkah ke depannya.
Lagi bokek? Tenang saja, Allah enggak mungkin membuat kita sengsara
Lama menjomlo dan belum juga menikah? Tenang saja, Allah ingin kita berlama-lama memadu kasih denganNYA
Merasa kesepian? Tenang saja, Allah ingin kita berkeluh kesah hanya padaNYA
Banyak piutang? Tenang saja, Allah bakalan kasih jalan asal kita kembali memantaskan diri dan penuhi kewajiban kita
Marah karena dikhianati? Bersyukur saja, itu tandanya kita sedang dinaikkan kekuatannya untuk berpijak
Sedih karena ditinggalkan? Boleh sedih, tapi tenang saja, yang datang kan pergi, yang hilang kan berganti.
Dan masih banyak lagi hal-hal atau persoalan yang bisa kita terima dengan konsep jalani, nikmati, dan syukuri. Di balik semua ujian itu, toh sampai hari ini kita masih bisa melangkah. Masih diberi napas dan menikmati berbagai karunia-Nya. Masalah akan terus datang silih berganti, jalani saja, nikmati saja, dan jangan lupa tetap bersyukur. Yang harus dihindari adalah, kita hanya berfokus pada masalah, apalagi mengadu masalah dengan orang lain. Saya yakin, tidak ada persoalan yang mudah, jadi tetaplah berikan dukungan bagi orang-orang yang mungkin saat ini sedang dirundung masalah, apapun itu.
Jangan sedih lagi, ya. “Sebab kau hanya perlu meyakini, maka semua kan baik-baik saja.”
Fika says
Terimakasih tulisannya
Cecep Y Pramana says
Salam kenal, senang bisa baca2 tulisan mba Mira
gusmakruf says
Semangat mbak,… Anda adalah inspirasiku..
sintaamelia says
sangat menarik sekali kak aku sangat terinspirasi dari cerita kakak
Dedik says
Terimakasih Mbak, artikelnya menginspirasi
acer says
Pantang mundur mbake
Asni fauziah says
Terimakasih tulisannya enak banget dibaca mengiinsporasi banget. Karena sebagian tulisannya sama persis dengan Kisah Saya. Jadi punya insporasi pengen nulis juga. Kaya mbak. Semoga mbak sukses selalu Dan terus menghsilkan tulisan tulisn yng mengiinsporasi.
Jingga says
Motivasi banget ketika mulai down karena kerjaan. Selalu bahwa kehidupan sudah ada yang mengatur.
Info Jakarta says
Sangat mengisnpirasu