Mau kamu itu, apa?
Sudah dikasih kehidupan yang baik, kok ya kayanya masih mau yang lain-lain. Sudah dikasih pekerjaan yang bagus, kok ya malah kerjanya angot-angotan. Sudah dikasih kesehatan, kok ya enggak menjaganya dengan olahraga atau makan dengan baik. Sudah dikasih tas harga “yuto-yuto nyoh,” eh masih mau yang belasan atau ratusan yuto. Buat Para lelaki, sudah dikasih pasangan, malah pengin nambah. “Halalin ade dulu lah, bang!” Jangan maunya deketin karena ada maunya doang. Jangan lupa, kalau mau halalin, paket wedding nya dari Bj Catering. *Ahzeg :D. ? *Kemudian eke dinyinyirin oleh para istri. Heheh. “Damai ya Sis! Intermezzo dikit.”
Lanjut….
Memang enggak akan pernah habis rasa puas manusia di muka bumi ini. Padahal banyak dari kita tau betul bahwa salah satu rumus bahagia itu, katanya cukup dengan bersyukur. Lah, tapi kan logika juga kudu main, Mir. Masa iya dalam susah juga kudu bersyukur. Sokooorrr! Semacam ngeledek aja jadinya. Hehe. Saya yakin banyak dari kita memang ada yang nrimo banget bahwa pepatah, “Bersyukur dulu baru bahagia,” dan itu memang benar adanya. Ketimbang kita pilih “bahagia dulu baru bersyukur.” Ini sederhananya soal pembiasaan dan persepsi yang kudu kita latih terus dalam diri kita, sehingga hal tersebut pada akhirnya melekatlah dengan keseharian kita.
Formula bahagia setiap orang pun berbeda. Saya, kamu, dia, kalian, mereka, semua beda. Bahkan kadar kebencian setiap orang juga beda. Pernah enggak, menemukan orang yang seluruh hidupnya dihabiskan untuk bersyukur? Sepenglihatan saya jarang. Enggak ada tuh yang sejak lahir, balita, itu manusia tau betul bagaimana maknanya bersyukur agar dapat memunculkan bahagia. Kebanyakan sih, yang menghabiskan waktu secara sia-sia, banyak. Saya enggak mau munafik, toh saya juga bukan manusa sempurna. Tapi Alhamdulillahnya, saya masih waras. Jadi selalu ada keinginan untuk berdamai dengain diri sendiri (berproses terus). Berusaha stop mengeluh atau membenci apapun bentuknya. Enggak usah ditanya stok kebencian saya pada beberapa orang di muka bumi ini. Tapi saya sadar, menyimpan stok benci malah hanya akan merugikan saya dan kehidupan saya sendiri. Benci means, gue setannya! Ngaca, malu wis tuek. Inhale, exhale, than release. Lalu kayang!
Kalau saja kita mau membuka hati, menyadari bahwa dunia memang diciptakan seperti ini. Dengan berbagai masalah. Masalah yang dihadirkan, bukan untuk membuat kita terpuruk, tapi untuk menjadi lebih kuat. “Iya, tapi kan masalah gue berat banget. Lo enggak tau aja, Mir.” Iya memang enggak tau. Tapi kita semua sangat tau, bahwa ketika Tuhan memberikan masalah, sudah ditakar sesuai dengan kemampuan masing-masing. Maka, sambutlah masalah dengan rasa syukur dan bahagia. Jangan mau dikalahkan oleh masalah. Teorinya kan, begitu. Praktiknya, banyak-banyak muhasabah aja dulu. Insha Allah ketemu jalannya.
Satu hal yang saya sadari betul adalah, bahwa ketika Tuhan memberikan masalah kepada kita, adalah untuk mengingatkan kita. Entah itu bentuknya, Ujian, teguran, atau murka. Tetap berprasangka baik saja padaNya. Karena di balik masalah yang kita dapatkan, ada jutaan alasan, dan sebab. Dan salah satunya adalah, mungkin Tuhan sedang rindu kita berkeluh kesah padaNya, atau Tuhan sedang menunjukkan jalan kebaikan kepada kita. Lalu, kenapa kita harus merasa tak berdaya? Bismillah, a better me, a better life!
Nunik Utami says
Bener, kebanyakan orang masih punya kemauan yang banyak. Termasuk aku. Hehehe
Rahmah says
Entah apa yang harus saya katakan setelah baca ini. Karena tepat sekali dengan apa yang saya rasakan. Selalu didera keinginan itu dan ini sementara kemampuan belum ada. Hasilnya, sakit karena terlalu dipikir. Padahal nikmat yang Allah kasih ga pernah habis. Apa mungkin saya harus ke hutan atau desa terpencil agar selalu merasa bersyukur karena mereka tetap bisa survive tanpa pusing koneksi inet dan semacamnya.
Ah, mau saya ini apa sebenarnya?
Damar Aisyah says
Hm, berasa dikeplak habis baca postingan ini. Iya sih, bener. Saya ini maunya apa? udah dikasih ini itu kok kurang aja. Ya Allah, ampunilah hamba. 🙁
Nur Irawan says
“Nikmat mana yang kau dustakan” hehehe
keren mbak, suka bacanya.
memang syukur itu susah, kebanyakan hanya dimulut saja.
disaat susah, kita berharap di keluarkan dari kesusahan, namun disaat dikasi kebahagiaan, lupa deh syukurnya..
self reminder banget
Munasya says
Subhanallah… Untaian Kata kata yang tersusun bikin hati meleleh, penuh inspirasi yang membangun. Aku pengen bisa nulis kayak gini
Casmudi says
Hanya satu yang akan menghentikan kerakussan dan keinginan manusia adalah sejengkal tanah “kuburan” (rumah masa depan). Salam hangat mbak.
ariaeco says
Sering melow,,, huhuhu.. tapi faktanya tetep kudu kuat kan yak,, ada anak2 yang masih menunggu sang fajar bermentari dan tenggelam untuk bertemu dengan emaknya ini ..
Bersyukur mudah diucap tapi kadang terlupa,, kenapa diberi ujian ya kalau dikasih bahagia mulu lupa ntar bersyukur,, dan bahagianya lain ketika kita lulus ujian ,,
Mau nya apa?? it’s good question
thx mak mir
Yosa Irfiana says
Selalu suka sama postingan adem Teh Mira. Aku ngerasa ngeluh terus, padahal di sisi lain, aku seharusnya bersyukur kalau apa yang aku citakan pasti tercapai. Kalau toh ada masalah, itu menjadikan pelajaran buat cara bersikap kedepan. Makasih sharingnya ya teh.
Tika says
Mauku bisa kayang kayak Mbak Mira ??
Majalah Lampung says
Formula bahagia setiap orang pun berbeda (Benar sekali Mb)
Hildatun Najah says
Memang, sudah sifat dasar manusia tidak pernah merasa puas. Ujian manusia memang benara adanya harta, cinta, tahta, bahakan keluarga. Ada ada saja mau manusia itu.
Yuk main ke website kami di http://funtasplay.com/. Banyak info parenting dan activities book untuk si kecil yang bisa didownload gratis lho! Jangan lupa mampir ya…