Bernapas… diam, terus berdoa, bahkan menyendiri adalah cara saya ketika menemui sebuah kondisi seperti ini. Entah seperti apa tepatnya. Saya hanya merasakan titik fokus saya mulai bergeser. Sepertinya waktu terus mengejar saya dengan cepat. Baru saja saya terbangun, eh, tiba-tiba kok berasa sudah kembali terbangun lagi. Apakah ini tandanya saya sudah berada dalam zona nyaman yang sebenarnya nggak nyaman, atau saya sudah menemui titik terendah dalam episode kali ini. Why Mira? Nggak ada apa-apa. Seperti tadi saya bilang, sepertinya banyak hal yang belum tuntas yang mesti saya lakukan, termasuk segala targetyang saya buat.
Saya mencoba menepis segala prasangka yang menyebabkan saya menemui titik ini. Tentunya, dalam hal ini saya sebenarnya tau betul ilmunya, meski sekedar ilmu cetek yang harus terus digali untuk menjadi sebuah kekuatan dalam pijakan saya. Alhamdulillahnya, saya selalu menemui kekuatan itu. Buat saya, menyerah bukan kata dan langkah yang tepat saat ini.
Saya yang selalu memercayai bahwa kehidupan selalu menawarkan mimpi dan harapan, nggak pernah ingin terjebak dalam situasi yang malah membuat saya mandeg. Meskipun akhirnya saya sempat berada dalam kondisi seperti itu, saya coba maklumi diri saya dengan tetap memegari diri saya dengan kekuatan. At least, dont say give up, Mira. Yup, setidaknya dengan menuliskannya, akan menjadi bahan renungan buat saya.
Saya sempat ketakukan, ketika kata itu suatu saat terucap dari mulut saya. Maka dari itu, apapun mau saya coba, apapun saya siap lakukan demi sebuah pembelajaran hidup. Terdengar naif, tapi itulah saya, yang terkadang terlalu keras memecut diri.
Kini, entah sebuah lanjutan hidup atau bahkan sebuah awal, saya kembali menambah ikhtiar saya. Dan ketika inspirasi, pecutan para sahabat dan juga keinginan kuat kian membuat saya semakin ingin bergerak, saya malah menemui kondisi seperti ini. Hmmm… its life.
Its okay… belajar, mencoba dan lakukan terus. Saya yakin ini hanyalah sebuah kondisi yang akan membuat saya semakin kuat, namun tetap memberikan peringatan pada diri sendiri agar tetap mengingatNYA dalam setiap hembusan napas. Hadirkan DIA dalam setiap langkah, pecut diri sendiri dengan selalu menanamkan segala pikiran positif, dan terus melatih diri dengan bernapas, Insya Allah membuat diri bisa melewatinya, tanpa beban dan lebih ringan. Begitulah cara saya menikmati proses yang nggak pernah berhenti memberikan saya tantangan.
Bagaimana cara kalian menikmati proses, sahabat?
Irma Essanovia says
Suka banget tulisannya. Menulis bagi saya juga tekadang menjadi cara untuk berdiskusi dengan diri sendiri untuk mendapatkan solusi yang terbaik. Karena bagaimanapun hanya diri kita sendiri yang tahu betul kelebihan dan kekurangan kita. Tentunya dengan selalu berprasangka baik akan hadirnya pertolongan Dia di setiap kesulitan. Tetap semangat ya Mak π
Mira Sahid says
Yes, terima kasih, mak π
Hastira says
betul sekali mak Mira, hidup adalah proses, sy selalu menulsikan dalam bentuk puisi setiap proses hidup yg telah saya lalui baik duka maupun senang yg bisa kita ambil hikmahnya
Mira Sahid says
Wow, dalam bentuk puisi? Keren kali mak
Indah Nuria Savitri says
well mak…kalau tidak ada titik terendah, kita tidak bisa menikmati bahagianya saat semua tercapai… bisa jadi ini starting point untuk sesuatu yang baru…You never know :)…keep the faith..
Mira Sahid says
Betul sekali mak Indah, thank you for good opinion
Lidya says
bantuan orag lain hanya sebagai salah satu cara untuk melewati titik itu, tapi kita sendiri yang berusaha agar bisa maju kedepan ya mak
Mira Sahid says
Right, sepakat mak. Pada akhirnya, kita sendirilah yang harus action π
ndutyke says
menikmatinya dengan cara bersabar π
Mira Sahid says
Sabar disertai doa dan tindakan ya, mak π
Intan Rastini says
Kalau bosan, suntuk atau godaan untuk menyerah datang… bagaimana jika kita refreshing sebentar? Pikiran yang penat kadang ngga bisa diapa-apain lagi, kalau dipaksain bekerja ntar hasilnya malah brontak. Ntgar kalau udah fresh cari tantangan baru, yuk! π
Mira Sahid says
Yuk, thank you mak Intan, tips nya oke banget