Konon, menjadi seorang single parent, atau orang tua tunggal, adalah hal yang sulit dilakukan, karena saya yakin tidak ada satu perempuan pun bercita-cita atau berharap suatu saat akan menjadi seorang single parent. Mulai dari harus menjaga stigma masyarakat yang masih tabu di Indonesia ini, belum lagi kalau sudah urusan kebutuhan sehari-hari, dan anak-anak.
Orang tua tunggal kerap kali menekan atau mengorbankan kebutuhannya sendiri. Untuk apa? Alasannya nggak jauh-jauh dari yang saya sebutkan tadi. Bisa dibayangkan bagaimana kondisi psikologi sang perempuan jika dalam kondisi seperti ini dalam jangka waktu yang lama?
Umh, tapi enggak usah dibayangkan deh, kondisi ini hanya dirasakan bagi mereka yang memang berada dalam posisi tersebut. Dan karenanya, dukungan keluarga atau orang-orang terdekat sangat memengaruhi proses move on sang orang tua tunggal.
Bisa jadi, bagi mereka yang pertama kali memasuki fase sendiri ini, akan memunculkan berbagai rasa. Mulai dari rasa sedih, kecewa, marah, hingga bisa pada titik stres, yang mungkin tidak disadari olehnya. Tapi tentu saja, berdasarkan pengalaman saya pribadi, seiring berjalannya waktu, ketika diri sudah mulai berdamai dengan keadaan, semua kembali membaik. Bahkan ketika menyadari bahwa diri kita layak berkembang dengan potensinya, kita bisa melangkah dua kali lipat lebih baik lagi.
Lalu, bagaimana agar seorang orang tua tunggal bisa menjadi kuat, minimal untuk dirinya sendiri?
Selain ibadah dan dukungan keluarga atau orang-orang terdekat, ada beberapa hal yang bisa dilakukan, antara lain:
Tetapkan Tujuan
Setelah mengalami fase titik terendah dalam hidup, dan lalu kembali berdamai dengan keadaan, sebaiknya mulai tetapkan tujuan langkah ke depannya, dilihat dari yang paling urgent.
Coba urutkan apa-apa saja yang akan dilakukan dalam waktu dekat. Mulai dari kompromi dengan sang mantan mengenai pola pengasuhan anak, termasuk di dalamnya bagaimana biaya-biaya kebutuhan anak, dan jadwal mendampingi anak.
Lalu tetapkan juga rencana apa untuk diri sendiri dalam melangkah. Apakah sementara waktu cukup beraktivitas di rumah dulu menemani anak-anak, atau membuka jejaring untuk mendapatkan kesempatan dan peluang yang menghasilkan.
Bicara penghasilan, banyak juga bisnis dari rumah yang bisa dilakukan, jika memang prioritas utama masih soal pendampingan anak di rumah.
Menjadi Lebih Fleksibel
Meski kerap kali semua jadwal sudah diatur sedemikian rupa, namun kadang kala ada saja hal-hal yang di luar prediksi. Entah itu yang berkaitan dengan jadwal anak, ataupun keperluan lain yang membutuhkan diri kita di waktu bersamaan.
Dalam hal ini, orang tua tunggal sebaiknya meminta bantuan pihak keluarga, atau lebih baik Pak Mantan (jika berkaitan dengan anak).
Kita harus menyadari, menjadi kuat itu bukan juga memaksakan kita harus bisa memenuhi segala hal, apalagi ketika kemampuan kita terbatas dalam menanganinya. Namun lebih kepada bagaimana kita bisa bernegosiasi dengan keadaan dengan melibatkan pihak-pihak yang bisa kita mintai tolong.
Tegas
Kalau bicara tegas, dalam hubungan rumah tangga, kapasitas ini jauh bisa dilakukan oleh suami. Namun bagi orang tua tunggal, dalam hal ini ibu, maka ibulah yang harus tegas dengan berbagai hal yang berkaitan dengan aktivitas sehari-hari. Mulai dari tegas dalam mengatur keuangan, apalagi soal anak.
Suka atau tidak, porsi ibu bisa dua kali lipat ketika telah menjadi orang tua tunggal. Ketika memberi aturan kepada anak, maka sebaiknya sang ibu juga percaya diri dalam menerapkan aturan dan kedisiplinan. Tegas sesuai dengan kemampuan diri.
Sadari kapan harus mandiri dan kapan mengandalkan orang lain
Saya paham banget, menjadi orang tua tunggal itu membuat kita jadi terbiasa sendiri. Disiplin sendiri, kita juga sudah punya aturan sendiri dalam menjalani berbagai hal di kehidupan kita sehar-hari.
Namun perlu disadari bahwa kita juga manusia biasa, yang membutuhkan orang lain untuk melewati hari-hari sebagai orang tua tunggal. Jadi, izinkan diri jika memang sedang tidak sanggup menjalankan sebuah fase, minta dukungan orang-orang terdekat, agar segala ketidakanyamanan bisa terurai.
Percaya pada Diri Sendiri
Percaya pada diri sendiri adalah hal yang terpenting bagi seorang orang tua tunggal. Kalau tidak percaya pada diri sendiri, bagaimana bisa melewati semua yang telah dialami.
Semua fase-fase menyedihkan, yang membuat luka menyayat di hati, tentang sebuah kehilangan, sejatinya menempakan kita pada sebuah kondisi yang jauh lebuh kuat. Andai saja kita tidak diuji, mungkin saja kita terbuai dengan zona nyaman.
Jadi, bersyukurlah kita ditempatkan dalam posisi seperti ini, dengan segala lebih kurangnya. Modal kita ya percaya pada kemampuan diri sendiri, percaya bahwa diri mampu melewati semua masa-masa tersulitnya.
Kalau tidak percaya, coba tuliskan hal-hal buruk yang pernah dialami, kemudian telaah, sudah berapa lama kisah itu terjadi, dan lihat? Kita masih berdiri dan melangkah.
Toh, mau orang tua tunggal atau siapa pun, proses msalah dalam hidup akan selalu ditemui. Bedanya, tuhan menempatkan kita dengan kemampuan luar biasa untuk melewatinya. So, ladies… you deserved to be strong!
Give Back
Setelah sedikit demi sedikit berhasil melewati setiap fase untuk menjadi kuat, maka untuk memaksimalkan kekuatan kita adalah dengan menolong mereka yang juga sedang berada di posisi kita sebelumnya.
Percaya deh sama saya, dukungan lingkaran terdekat itu sangat berpengaruh. Jadilah sandaran bagi mereka yang sedang terjatuh dengan membuat sebuah komunitas atau support sistem yang bisa membantu mereka untuk melangkah.
Saat saya berada di posisi terendah, saya tergabung dalam komunitas SIngle Moms Indonesia, dari sana jualah saya memiliki kekuatan untuk kembali melangkah.
Dan masih ada hal lain yang bisa dilakukan untuk menolong mereka yang sedang terjatuh. Misalnya dengan menuliskan pengalaman kita selama menghadapi kesulitan tersebut. Meski terkesan curhat, namun kita tidak pernah tahu jika di luar sana, siapa tahu ada yang juga mengalami hal serupa dengan kita dan butuh pencerahan.
Bagikanlah pengalaman yang baik dalam kapasitas netral. Caranya, saya yakin teman-teman yang sudah move on banget, tahu seperti apa. Toh, berbagi selalu mendapatkan tempat terbaik bagi mereka yang menerimanya, bukan?
“Dear Ladies, it’s ok if you are not ok.”
Menjadi seorang single parent atau orang tua tunggal yang kuat bukan berarti kita melakukan segalanya sendiri. Sadari kemampuan dan segala keterbatasannya. Terlebih lagi, tak perlu memaksakan semuanya baik jika memang belum baik.
Beri ruang untuk diri menerima segala kekurangannya. Dan yang terpenting, menjadi seorang single parent yang kuat adalah ketika diri kita mampu berdamai dengan segala keadaan, termasuk olah rasa, dari rasa sedih, kecewa, marah, dan lain sebagainya.
Menjadi kuat hadir dari diri kita sendiri, ketika kita tak menyalahkan keadaan. Ketika kita tak lagi terusik dengan stigma orang-orang. Nikmatilah fase sendirimu untuk menjadi pribadi yang lebih bisa memberikan manfaat bagi orang-orang di sekitar kita.
The more you give, the more you get. 🙂
Dianisa says
terima kasih, artikel yang sangat bermanfaat