RandomLifeMoms-JatuhCinta
Siapa sih, yang nggak mau merasa jatuh cinta. Cinta itu sesuatu yang sangat layak untuk diperjuangkan. Meski kadang, karena cinta jualah, kita merasa tersakiti. Tapi tenang, mungkin ini jawabannya….
Jakarta, oh, Jakarta….
Saya bergelut hampir setiap hari menikmati aktivitas, berangkat pagi, pulang malam. Dan rutinitas ini terus saya jalani, dengan berbagai raut wajah. Kadang begitu senang, kadang kesal, atau kadang sedih, bahkan sampai lelah. Manis, asam, asin, layaknya permen nano-nano yang pernah hits pada masanya. Ya, apalagi, kalau bukan bekerja mencari nafkah. Tapi sejauh ini, diantara banyaknya keluhan saya, atau diantara banyaknya semangat yang saya tumbuhkan, semua tetap saya jalani. “Dinikmati aja, shay!” Gitu deh, reminder yang selalu saya berikan untuk diri saya. Alhamdulillah, so far cukup efektif 😀
Tapi ya, saya juga manusia biasa, yang kadang ada saatnya, kembali pada masa-masa sulit. Sulit dalam arti, ketika emosi sedang labil, dan salah satu penyebabnya adalah PMS. *Hmm, penyakit perempuan banget, kan, sis! Jangan pernah deh, cari masalah kalau perempuan sedang PMS. Karena dalam masa inilah, kami perempuan, akan memplokamirkan diri sebagai “Mrs. Right!” Titik, tanpa tapi!
Nah, biasanya, kalau pihak kedua paham tentang diri kita, entah itu teman, atau pasangan, mereka akan memilih untuk menjauh sejenak. Daripada kena makian, ataupun drama yang nggak ada akhir episodenya, mending cari aman. Iya, nggak? *iyain aja.
Tapi… bagaimana kalau kenyataannya, lawan (pihak kedua) kita adalah anak kita sendiri? Whiuft! Serba salah, kan. Anak yang nggak tau apa-apa, bisa sangat terheran-heran melihat mamanya bertingkah aneh layaknya monster. Dan itu kenyataan, ada lho! Contohnya ya, saya. Please, don’t judge me, karena saya hanya mencoba jujur, because honesty is the best policy. *halah
Beberapa waktu ini, diantara banyaknya kerjaan (ya, kerjaan kan, memang nggak habis-habis juga sih), dan diantara masa galau emosi labil ini, saya kerap kali uring-uringan. Akibatnya apa? Tau sendiri jawabannya, kan. Yup, anak-anak pasti kena omelan saya. Dan setelahnya, kemudian mikir, “kenapa gue mesti ngomel-ngomel, ya.” *lalu menyesal, diam di pojokan.
Namun, saya juga paham betul, bahwa hal tersebut nggak boleh dipersilakan terus mengisi hari-hari saya. Saya nggak mau diri saya dikuasai pikiran atau perasaan negatif. Apalagi hal tersebut dilakukan tanpa sengaja pada anak-anak. Bisa-bisa hidup saya gitu-gitu aja, nggak ada kemajuan. Dan salah satu caranya adalah dengan menumbuhkan perasaan jatuh cinta.
Kemarin, sekilas saya membaca sebuah sharing, yang intinya begini…
Jika dua orang sedang berdebat atau bertengkar, hati mereka sedang menjauh. Sementara mulut inginnya berteriak, dan lalu… begitu seterusnya, hingga muncullah perasaan kesal, marah, bahkan benci. Semakin berdebat dengan saling mendekatkan wajah, maka urusannya… kelar! Nggak klop, sis!
Tapi, coba ingat-ingat saat kita sedang merasa jatuh cinta. Meski raga terpisah jauh, namun hati keduanya bersatu. Meski tanpa bicara atau teriak, sorot mata keduanya memunculkan rasa cinta, sehingga dengan tanpa berucap pun, bisa dipastikan, keduanya saling mencinta. Maka dari itu, munculkan rasa cinta yang tak pernah habis. *Azeg
Nah, paham kan, maksudnya?
Memang, kondisi lelah, capek, atau stress bisa memengaruhi seseorang terhadap tingkah lakunya. Pun mungkin termasuk saya. That’s why, saya selalu mengajak diri saya berdamai. Dan ini butuh proses berulang. Alhamdulillah, kalau ingat bagian itu, saya cukup bisa menahan diri sambil beristigfar. Saya juga kerap kali memaklumi diri saya, bahwa “no body is perfect,” dan lalu mengajak me-release ketidaknyamanan tersebut, dan menggantikannya dengan perasaan jatuh cinta.
“Falling in love is like looking at the stars.”
Dan soal jatuh cinta, ternyata hal tersebut juga mudah ditumbuhkan, lho. Apalagi terhadap anak-anak. Seunik-uniknya mereka dengan segala tingkah lakunya, coba pandang mereka saat tidur. Saya yakin, kita akan berbalik memarahi diri kita sendiri, kemudian menangis sendiri, mengasihani diri sendiri, bahkan benci terhadap diri sendiri, karena merasa telah menjadi monster yang menyebalkan. But, this too shall pass, right. Masa itu akan berlalu. Dan sejatinya menjadi pembelajaran untuk diri kita sendiri.
Duhai anakku,
Setiap malam tiba, moma kerap kali memandangi wajah kalian dengan tatapan penuh cinta, dengan senyum terindah, yang kadang tak terasa diiringi tetesan air mata. Maafkan moma, karena diantara masa indah yang kita lewati, harus diselingi oleh omelan moma yang membuat kalian sedih. Sungguh, nak, tak ada maksud moma untuk menyakiti kalian, karena sebetulnya, hati, rasa, dan pikiran moma hanyalah berisi cinta. Cinta yang selalu menyadarkan moma untuk selalu merasakan jatuh cinta pada kalian. Terima kasih, karena kalian… moma belajar. #ThankYouILearn
So, sahabat-sahabat super yang saya hormati….
Kita ini memang bukan makhluk sempurna. Kadangkala, kita berusaha untuk bisa menjadi yang terbaik sesuai dengan versi masing-masing. Namun, ada sisi lain yang tidak bisa kita pungkiri, yang menjadikan kita lemah. Tak perlu merasa malu, karena kita memang bersproses setiap hari. Saat sedang tak sengaja memarahi anak-anak, tak perlu sungkan untuk meminta maaf. Biasanya, dari mereka kita belajar tentang kesabaran, dari mereka kita belajar bagaimana menjadi pendengar yang baik, daripada berbicara banyak. Dari mereka juga, kita belajar tentang cinta, yang akan membawa kita pada rasa jatuh cinta yang tak ada habisnya. Pada mereka, saya ingin jatuh cinta terus, selamanya.
-Untuk anak-anakku-
Katerina says
Terharu sekaligus tersemangati baca tulisan ini. Terima kssih inspirasinya Mir..
Novia Syahidah Rais says
Sebagai seorang ibu, saya pun sama 🙂
Tulisan yang cantik!
cc says
terus ngintip mba aku.. secara strugglinh dengan status “J” itu gak mudah.. even punya pasangan baru.. kan gak kayak anak gadis abis putus gak ada apa2 .. kita kan jg ada masalalu yg akan selalu ikut kita.. disitu berjuangnya.. antara dealling sama yg baru tp tetep sayang full sama anak2.. *kalau ada yg nyinyir ma status kek bgini sedih bgt rasanya.. kan agak ada yg mau bgini.. tapi masa pnya pasangan lg salah?”
Dee - @HEYDEERAHMA says
Aku suka kalimat “Merelease rasa ketidaknyaman”… Belajar legowo dan melepas memang nggak ada habisnya. Tapi, kalo udah dipraktekkin rasanya hati damai tentram :’)
Istiana Sutanti says
duh, bener banget mbaak.. Liat anak2 tidur tuh nyess banget ya, bikin damai, bikin jatuh cinta terus sama mereka.. berdamai dengan diri sendiri itu proses berulang! noted 😀
lianny hendrawati says
Iya, biasanya kalo sudah ngomel2 ke anak, ujung2nya jadi menyesal sendiri. Apalagi kalo melihat wajah tak berdosa mereka saat tidur.
Swastikagie says
Mbak, baca nya nano nano juga, terharu, senyum2 sendiri sampai ketawa di bagian “sahabat super” tetiba inget si mr sarden hahahaha.
Yessi Greena says
Aku juga selalu menyesal kalau habis ngomelin si boy. Sebisa mungkin menahan diri sih…tapi ya ngerti sendiri ya… emak emak pasti merasakan hal yang sama juga 😀
RaniYulianty says
Duh, paling sedih kalau udah marahin anak2, terus lihat mrk bobo, wajahnya itu polos banget
Reni says
Saya suka minta maaf kalo sdh marahin anak, meski dia belum mengerti,enyesalnya bukan main klo sdh marahin anak dan akhirnya suka keluar air mata ?
Naqiyyah Syam says
Kalau lagi PMS emang bawahannya bertanduk, hehehe
Lidya says
kadang suka sedih kalua lihat anak-anak lagi tidur
@nurulrahma says
Baca blog ini bikin nyala api semangat hidupku menggeliat lagiiiii
Tengkyuuuh!
gold says
hmmm oke juga artikelnya.
Oline says
Iyaa. Kalo udah habis marahin anak itu rasanya nyesel deh. Apalagi kalo pas liat anak kita tidur. Kayaknya nyesel bgt udah marahin. Seketika gak segan2 aku langsung minta maaf. Sekaligus mengajarkan juga kalau kita salah karena terlalu heboh marahnya ya gak ada salahnya kita minta maaf ke anak.
Karena setiap orangtua pasti pernah punya salah.