“Masa lalu, biarlah masa lalu.”
Kalian tau kan, lirik lagu di atas? Dinyanyikan oleh penyanyi dangdut Inul Daratista. Kalau enggak tau, ya cari tau aja di google, ya.
Btw, kali ini saya enggak bermaksud untuk mengingat-ingat masa lalu, apalagi curhat tentang masa lalu. Enggak. Tulisan ini saya buat sebagai refleksi perjalanan dari waktu ke waktu. So far blog ini memang akan masih berisikan tulisan ringan dari segala proses yang saya lewati. Dan mudah-mudahan akan terus konsisten untuk membuat tulisan-tulisan baru.
Beberapa waktu lalu, saya pernah bertanya pada seseorang. Kami berteman sudah cukup lama. Dan beruntung serta bersyukurlah saya karena beliau masih bersama saya sampai saat ini.
Pertanyaan kala itu “salah nggak sih, kalau kita tidak bersama orang yang sama lagi saat ini?” Beliau bertanya kembali,
“Kenapa, Mira sedang merasa kehilangan?”
“Iya,” jawabku.
Karena saya tau beliau ini tegas dalam menjawab. Tentu saja jawabannnya, “nggak salah lah”
Kita ini hidup berputar, berproses, apa yang ada bersama kita saat ini, itulah yang perlu dijaga. Jika ada seseorang yang sudah nggak bisa lagi bersama kita, ya sudah, ngapain dipaksain sama-sama.
Saya sempat tertegun, mencoba mencerna dan memahami kalimatnya tersebut. “Apa iya, harus begitu ya?” Padahal… ah sudahlah. Kebiasaan saya yang suka merasa-rasa, memikirkan yang malah bikin saya toxic, bahkan sampai nangis-nangis, akhirnya saya menepis segala prasangka saya sendiri. Saya biasanya luluh, karena memang chemistri diri ini bawaannya sensitif. Tapi ada masanya saya butuh tegas dan memberi “cukup” untuk diri sendiri. Saya tidak salah, sikap saya baik. Juga sudah berintropeksi, dan akhirnya memutuskan, saya butuh melepaskan segala sesuatu yang membuat perasaan tak nyaman. Kenyatannya, saya menyadari ada bagian-bagian luka yang masih menempel hingga kini, menebal oleh segala ego yang butuh diurai. Jeda, karena diri ini pun punya hak nyaman dan bahagia.
Terlepas dari keputusan benar atau salah, saat ini saya butuh ruang untuk berefleksi dan terus memperbaiki setiap langkah tanpa menambah peersoalan-persoalan baru. Saya butuh menyadari, dan memahami untuk bisa hidup saat ini, di sini kini. Sebuah konsep yang mungkin hanya saya sendiri yang memahaminya. Well, I don’t think I need to clarify it. Iya nggak sih? 😀
Untuk teman-teman yang mungkin saat ini ada yang sedang mengalami hal serupa dengan saya (merasa kehilangan), boleh sharing ya, apa yang dilakukan? Setidaknya, kita sama-sama berefleksi, atau mungkin saling menguatkan. Konon, kalau kata guru saya, “emotion is just emotions.” Mungkin saja, selama ini kita belum menyadari apa emosi yang hadir saat ini. Mungkin saja kita terlalu cepat menyimpulkan berdasarkan emosi yang muncul secara spontan (marah, kecewa, sakit hati, sedih, dendam, atau apa.). Padahal setelah digali, sebenarnya ini bukan masalah besar. Semoga saja, luka ini semakin sembuh, hati ini semakin tenang, semakin hidup menginti saat ini. Aamiin.
Dan dalam rangka mengajak lagi teman-teman ngeblog, saya dan Makmin Kumpulan Emak Blogger spontan membuat cuitan di twitter dengan tagar #ArisanMenulis kala itu. Sebuah program dengan memberikan tongkat kepenulisan secara estafet dengan tema yang bisa disambungkan dari tulisan awal, yaitu dimulai dari saya. Atau, kita buat tantangannya seperti Squid Game? Ehe…!
Saya meneruskan tongkat #ArisanMenulis ini kepada Mak Indah Juli di blog www.indahjulianti.com sesuai versinya.”
“Inah, maafkan aku sebelumnya karena jadwal tayang #ArisanMenulis mundur dari jadwal awal. Aku harap, Inah bisa meneruskan tulisan ini dari sisi pemahaman Inah, dan mengembangkannya. Aku percaya, setiap pengalaman, pemahaman yang kita miliki masing-masing suatu saat akan menjadi pencerahan bagi mereka yang sudah atas ijinNYA mampir di blog-blog kita. Aku percaya, tulisan akan menjadi bagian dari sejarah. Maka, mari kita ciptakan sejarah.”
“I Love you, Thank You, I Shared”
Ayaaa says
Mbak, aku bacanya mewek. Kehilangan itu rasanya sakit. Seberapa orang lain bilang tidak apa-apa, kita sendiri sedang tidak baik-baik saja. Seminggu terakhir ini rasanya ambyar berkali-kali. Baca tulisan ini rasanya hangat. Peluk jauh Mbak Mir
Mira Sahid says
Aya…. peluk dari jauh juga. Semoga dari kehilangan ini membuat kita bisa berproses memaknai ikhlas terus ya sayangku.