Assalamualaikum,
Akhirnya bisa update blog lagi untuk tulisan pertama di tahun 2020. Meski sedikit terlambat, tapi enggak ada salahnya saya menuliskan apa yang menjadi cerita di awal tahun ini. Well, sebelumnya mari sedikit flashback ke tahun sebelumnya.
2019 adalah tahun yang menyenyangkan untuk saya. Banyak kebahagiaan yang datang, hingga saya sendiri tak kuasa menghitung lagi berapa banyak nikmat yang telah Allah Swt berikan kepada saya. Banyak hal-hal baik yang saya ingat dari setiap langkah yang telah lewat. Begitulah 2019 kala itu, menjadi teman, dan sahabat yang mendekap penuuh kebahagiaan.
Tahun 2020 hadir disambut dengan suka cita. Sebagian orang mungkin menggemakan aneka suara terompet atau pesta dari skala lingkungan keluarga, sampai masyarakat luas. Saya sendiri, menyambut tahun baru di Ciledug, berbagi ilmu pada teman-teman karang taruna di Ciledug. “Tahun baru kok, masih kerja?” Haha, bukan. Ini saya berbagi atas dasar karena pengen berbagi saja. Kebetulan teman saya, Rio Ardhillah, dan Sinosqi juga turut berbagi di acara yang sama kala itu. Singkat kata, tahun 2019 pun berlalu malam itu, ditemani hujan yang seolah enggan beranjak dari bumi ini. Btw, Happy New Year 2020 from us.
Siapa menyangka, hujan yang bagi saya sendiri adalah sebuah berkah, hari kedua tepatnya tanggal 2 Januari malam, kejutan datang di area komplek tempat saya tinggal. 10 tahun tinggal di sini, suasana nyaman karena lingkungan aman, area mesjid pun dekat, harus mengalami perubahan dengan adanya banjir yang memasuki area teras, perlahan naik, dan mulai memasuki rumah. Subhanallah, dalam keadaan mati lampu, air masih naik terus ke dalam rumah, hingga akhirnya memaksa kami (saya dan anak-anak) untuk segera mengungsi dan keluar dari rumah.
Antara perasaan kaget karena baru pertama kedatangan banjir, sedikit panik, tapi juga harus tetap tenang bersama anak-anak, saya pun perlahan membereskan barang-barang di area bawah. Kabel semua dicabut, layer bawah lemari pun saya keluarkan dan pindahkan semua di atas kasur kamar. Meskipun enggak tau prediksi air masuk akan setinggi apa, semua barang yang saya tumpuk di atas kasur spring bed itu pun bisa saja terendam. Hanya pasrah, whatever will be, will be. Dan lalu saya bergegas keluar dengan beberapa barang dan 1 pasang baju ganti masing-masing yang sempat kami siapkan. Sadar anak saya lebih dari 2, (anak kandung 2, dan kucing ada 7) saya harus memutuskan cepat, kucing yang sudah saya kandangi ini, apakah saya tinggal di atas kursi rumah atau saya bawa keluar. Tapi manalah tega saya membiarkan ketujuh anak saya yang bernyawa itu. Akhirnya, saya, si sulung, si bungsu, kami menerobos keluar rumah dengan kondisi air banjir depan rumah sudah setinggi area pinggang. Membawa 7 kucing dengan kandangnya, luarbiasa berat, sis. Lebih berat dari galon, ternyata. Tapi Allah mampukan saya mengangkut kandang berisi kucing tersebut. 🙂
Malam itu, area komplek gelap, hujan masih rintik, saya bersama anak-anak pun menunggu waktu di dalam masjid. Hampir semua orang terjaga kala itu, hingga menuju jam 23.00 seorang sahabat menjemput dan meminta kami mengungsi saja ke rumahnya yang kebetulan dekat dengan tempat tinggal. Dalam kondisi shock, saya hanya bisa menurut saja apa yang sahabat saya pinta. Saya hanya diam, hingga tiba di rumahnya hampir tengah malam, lalu kemudian kami bersih-bersih. Setelah itu, seingat saya, saya hanya rebahan, hingga kembali tersadar esoknya, bahwa pagi telah menyapa.
Saya tidak bisa membayangkan bagaimana kondisi rumah kami, sudah pasrah saja pokoknya. Karena berkejaran dengan waktu pula, pagi saya langsung meluncur ke rumah, sementara anak-anak masih di rumah sahabat. Dan Alhamdulillah, beginilah kondisi rumah saya kala itu.
Petualangan dimulai sejak hari itu, yaitu petualangan membereskan sisa-sisa banjir dan seisi rumah yang berantakan. Karena seorang diri, saya sempat nge-blank, harus dimulai dari mana dulu bersih-bersihnya. Hingga sekitar 15 menit saya hanya duduk di ruang depan, memandang semua area, mengolah napas, karena ini pasti akan memakan waktu berhari-hari, tenaga, pikiran, bahkan juga cost. Well said, Mira. Let’s fight!
Cerita selanjutnya saya pos di tulisan berikutnya, ya.
morishige says
Kaget juga sih pas baca berita kalau Jakarta kena banjir pas tahun baru. Lebih kaget lagi dapet kabar dari teman di Jakarta yang bilang kalau rumahnya banjir. Biasanya aman, tahun ini malah kena air sampai setinggi spion sepeda motor. Ada juga kawan yang mesti menghapus air mata karena buku-bukunya yang entah berapa rak itu basah karena banjir.
Anyway, mudah-mudahan banjir ini jadi awal petualangan-petualangan seru yang menjelang di 2020.
Mira Sahid says
Aamiin, makasih support-nya ya
Dian says
MasyaAllah… tetap semangat, mom!.
Mira Sahid says
Terima kasih
Armita Fibriyanti says
Sedih banget pas awal tahun 2020 kemarin banjir besar di wilayah Jakarta dan Bekasi, semoga tidak terulang lagi ya Mba
Mira Sahid says
Aamiin Yaa Robbal alamiin