“Moma sih, kenapa sih harus cerai sama Ayah?”
Pertanyaan yang kembali terulang dari mulut si kecil, dan kali ini dengan nada sedikit tinggi.
Meskipun sudah beberapa kali saya berbicara dengan anak-anak, tapi tidak bisa dipungkiri juga, kalau dalam momen-momen tertentu, mereka akan kembali menanyakan hal serupa.
Bagaimana perasaan saya? Awalnya selalu kaget bercampur kesal. Dalam hati, “Kenapa sih harus selalu ditanyakan? Kan sudah pernah dijelaskan.” Tapi tentu hal tersebut tidak saya ucapkan, mengingat anak-anak adalah jiwa labil yang masih harus terus diberi pengertian, bahkan ketika harus diberi tahu tentang kenyataan yang tak sesuai dengan harapannya.
Kalau teman-teman yang bertanya sih, saya sudah terbiasa. Bisa menjawab juga dengan biasa-biasa. Tapi ketika si kecil kembali mempertanyakanya, well, saya harus tarik napas dalam-dalam, dan mencoba merangkai kata demi katanya agar mudah dimengerti, dan agar tidak terkesan saya memojokkan satu pihak.
Ok, lalu bagaimana jawaban yang saya berikan?
Begini pengalaman saya ketika anak menanyakan perceraian
Saya sendiri mencoba komit dengan satu jawaban yang sama. Supaya anak tidak bingung. Awal-awal perceraian tentu akan sulit menjelaskannya, bahkan lebih baik anak-anak tidak usah tahu saja.
Lah, tapi gimana, dengan tidak ada kehadiran ayahnya di rumah, kan mereka pun jadi bertanya. Jadi, meskipun dengan risiko ini akan menyakitkan mereka juga, saya mencoba menjelaskannya sebaik mungkin, semampu saya.
Dan ini adalah murni dari apa yang saya jalankan dan pengalaman selama ini, jadi tentu saja, akan berbeda jawabannya dengan single mom lainnya. Saya hanya kasih contoh untuk kasus orang tua yang harus mengalami perceraian, bukan karena salah satunya meninggal, ya.
“Moma, kenapa sih harus cerai sama Ayah?”
Nak, maafkan Moma ya, karena Mama harus berpisah dengan Ayah. Moma ngerti banget, kalau kamu sedih. Sama, Moma juga sedih kok. Tapi kamu harus tahu, meskipun Mama dan Ayah sudah berpisah, Moma dan Ayah kan tetap orangtua kalian, Moma dan Ayah tetap ada buat kalian. Tapi, kalau kamu terus-terusan bersedih, Moma jadi makin sedih. *Sambil elus-elus kepala anak-anak.
Yang penting, kalian tetap harus percaya diri, ya. Ayah sama Moma akan bangga sekali kalau kalian tetap bisa menjadi anak yang ceria. Kalian berusahalah menjadi anak yang baik, dan kelak bisa menjadi kebanggaan Moma dan Ayah. Kapan pun kalian mau ketemu Ayah, Ayah kan selalu ada. *tatap wajahnya dan beri senyuman.
“Memangnya, Moma enggak mau menikah lagi sama Ayah?” Pertanyaan bocah pun berlanjut.
Begini, Nak. Ada hal-hal dari orang dewasa yang belum bisa dipahami sama kalian. Ada satu hal besar yang tidak bisa menyatukan Moma dan Ayah lagi saat ini. Kalaupun Moma menikah lagi, bisa jadi bukan sama Ayah kalian. Karena siapa tau Allah kasih seseorang yang lebih baik, nanti.
“Memangnya Ayah enggak baik, ya?” *tarik napas dulu.
Ayah kamu orang yang baik kok, Nak. Hanya saja itu tadi, ada hal-hal yang belum bisa kamu pahami secara detail saat ini. Mungkin nanti kalau kamu sudah beranjak dewasa, kamu akan mengerti. Yang penting, saat ini Moma, kamu, dan kakak, kita jalani hidup dengan senang. Jangan lupa juga selalu doakan Moma dan Ayah, ya. *Beri pelukan hangat.
“Soalnya, teman-temanku ada yang nanya, ayah kamu ke mana sih, kok enggak pernah kelihatan?”
Jawab saja, ayahku ada, kok. Cuma Ayah enggak tinggal di rumah lagi. *Beri ekspresi yakin pada anak-anak, supaya rasa percaya diri mereka muncul lagi.
“Iya, tapi kan, aku jadi jarang ketemu sama Ayah.” *Si kecil mulai ngotot.
Iya, maafkan Ayah juga ya, karena Ayah kan bekerja, dan kerjaannya lumayan sibuk. Makanya, kalian harus berkabar terus sama Ayah, telepon Ayah atau WhatsApp Ayah, ya. Ayah pasti senang kalau kalian sapa. Memangnya, Adik senang ya, kalau ada Ayah? *Saya bertanya pada si kecil.
“Iya, aku senang kalau lagi sama Ayah, karena kalau ada Ayah, aku suka diajakin ke toko mainan, beli mainan, beli apa-apa gitu…”
Sebelum si kecil selesai bicara, saya dan kakaknya pun sedikit mengejek dia.
“Lhoo… malah bahas mainan dan jajanan, hahahah” *Suasana pun biasanya langsung mencair, ditambah rengekan si kecil minta jajan pempek, atau es doger, hahahah.
Begitulah momen-momen seru, membahagiakan, kadang haru juga, ketika anak-anak kembali bertanya mengenai perceraian yang harus dijalani. Selebihnya ya bisa kembali ceria seperti sedia kala. Tapi percayalah, pertanyaan itu akan terus berulang, bahkan mungkin sampai mereka benar-benar bisa memahaminya, entah kapan.
Nah, dari apa yang saya alami ini, jika anak bertanya, saya tidak berusaha untuk menghindar. Saya berusaha menjawab dengan bahasa seringan mungkin, agar anak-anak paham, dan itu tadi, tidak memojokkan pihak mana pun.
Terkadang, kita sebagai single mom, karena masih terbawa emosi dan suasana marah, suka khilaf melontarkan hal-hal yang sejatinya tak perlu diucapkan pada anak-anak.
Well, saya juga berproses lho ya. Awal banget jawaban saya ada beberapa statement yang mungkin malah membuat anak-anak sedih. Tapi dari situ saya belajar. Jika saya bisa memberikan jawaban dengan baik, Insya Allah, anak-anak pun akan berangsur membaik, dan menjadi lebih baik, plus percaya diri.
Tetap berikan afirmasi positif , sambil terus berdoa pada Sang Pencipta, agar diri kita sendiri diberi kekuatan, terlebih juga untuk anak-anak.
Berikut tips saya (dari apa yang saya jalankan), ketika anak menanyakan perceraian
- Ketika anak mulai bertanya, sebaiknya tidak menghindar, usahakan tetap menjawab
- Beri jeda ketika akan menjawab pertanyaan dari anak, at least dengarkan pertanyaannya hingga selesai
- Saat akan menjawab, ajak anak untuk duduk bersama dalam posisi senyaman mungkin
- Usahakan selalu tarik napas agar emosi terkontrol, dan perlihatkan wajah seteduh mungkin. Tapi jika dirasa suasananya masih hangat dari proses perceraian, dan agak sulit mengontrol emosi, tidak apa menangis satu kali di depan anak. Ini agar mereka juga belajar berempati, dan tahu bahwa ibunya sedang tidak baik-baik. Biasanya sang anak akan terbawa suasana dan ikut menangis, di sini momen afirmasi dari ibu bisa dijalankan. Dalam keadaan menangis, beri pelukan si anak, elus-elus dari kepala sampai punggung, sambil katakan, “Tidak apa, Nak, segalanya akan baik-baik saja. Ayah dan Ibu sayang sama kamu.”
- Cari perbendaharaan kata seringan mugkin, agar anak mudah paham
- Pancing juga si anak dengan pertanyaan, seperti, “Kamu sedih, ya?” atau “Kamu maunya Ayah dan Ibu seperti apa?” atau pertanyaan-pertanyaan yang bisa memberikan kita gambaran, bagaimana suasana hati si kecil.
- Sebaiknya ajak sang mantan, minimal 1 kali untuk berkumpul dengan anak, dan membicarakan tentang perceraian ini. Yakinkan anak-anak bahwa orang tuanya selalu ada, dan akan tetap menyayangi anak-anak. Tapi memang jarang sekali ada yang bisa langsung bisa berkomunikasi baik dengan sang mantan ya. Tapi setidaknya dicoba saja, berproses terus, demi anak-anak.
- Maafkan diri sendiri, dan terus lakukan healing, agar diri kembali baik (move on). Percaya deh, saat diri dan hati kita belum baik, energinya akan sampai ke anak. Bawaannya rungsing terus. Si anak di mata kita juga jadi seperti berulah terus. Padahal sudah jelas-jelas, kitanya justru yang sedang tidak dalam kondisi baik. Tapi, saat diri sendiri mulai membaik, maka Insya Allah kita lebih mudah menghadapi pertanyaan anak yang terus berulang itu.
Moral of the story is …
So, mungkin apa yang saya tuliskan ini belum bisa mewakili semua kasus perceraian yang ada, karena saya hanya berbagi dari apa yang saya alami. Jadi, mohon maaf kalau ada yang tidak sesuai.
Intinya, sebelum kita ingin semua (anak-anak, mantan, keluarga) baik-baik, sebaiknya obati diri sendiri dulu. Perceraian bukan akhir dari segalanya, tapi ini juga menjadi tantangan bagi para single mom, dalam proses mengasuh anak.
Tetap berpikir positif, dan jangan berhenti belajar ya, Moms. Kita sangat bisa berbahagia bersama anak-anak, karena ibu, adalah sumber cinta dan sumber kebahagiaan. All love 🙂
Meti Mediya says
Uuughhhj….toossss..berkali-kali pertanyaan2 dr anak seperti itu, kembali kekitanya bagaimana kita memberikan pengertiannya tanpa harus menhancurkan psikologisnya….semangaaat mak…pelukaaan
Arinta Adiningtyas says
Mama yang hebaaat.. 🙂
diane says
Hehe bocah yaaa..pertanyaan berulang dan akan dikejar terus sampai dia mendapatkan jawaban yang dia terima ?TFS yaa
Eryvia Maronie says
Mama yang hebat pasti selalu mengutamakan perasaan anaknya.
Semoga bahagia selalu yaa mak Mira & anak2nya ?
Maseko™ (@masekoID) says
Buat adek, kalo mau beli mainan, tunggu promo di KidzStation aja.. Biasanya sekitar bulan Agustus.. Ada promo Buy 1 Get 1, atau diskon up to 70%.. Gak perlu pake uang banyak, mama sepertinya punya voucher MAP yang belum terpakai 🙂 Hihihi.. Selamat siang Mbak.. #SalamKenal 😉
fer says
hebat mak,, kagum sm wonder women yg satu ini
Bowo Susilo says
Wah keren Mbk Mira. Bener2 ibu yang hebat!
Sri Wahyuni says
Perceraian selalu membuat anak sedih, saya sangat prihatin mendengar kata perceraian, terutama melihat nasib anak-anak yang harus hidup berpisah dengan salah satu orang tuanya. Tapi…yah…itulah hidup, manusia sekedar menjadi lakon atas skenario yang telah digariskan oleh Allah. Tak ada satupun orang tua yang ingin bercerai…namun bila itu takdirNya, kita pun tak bisa mengelak. Saya salut dengan Mak Mira yang begitu tegar menghadapi keadaan seperti ini. Mampu membuat diri sendiri bangkit, bahkan sanggup membuat anak-anak kembali ceria seolah tak pernah mengalami kenyataan yang begitu pahit. Proud of you Mak Mira……
Rani Yulianty says
Pengalaman yang luar biasa ya mak mira, pasti berat banget, luar biasa bisa mengontrol emosi dengan baik
utie adnu says
Noted bngt mba,,. hmm kadang gk kbayang kalau anak terlalu aktif brtanya dn u. Membuat mengertiyg blum cukup krn usianya,,,, thanks mba Mira semoga kebahagian selalu hadir u. Klg kecilnya
herva yulyanti says
tarik napas lalu mengolah diri agar perasaan kita menjadi tenang y mba. dan aku salut padamu mba kuat untuk memilih ini. semoga sehat2 y mba dan keluarga aamiin
Juliana Dewi K says
Ada teknik untuk mengontrol emosi yg bisa dilakukan dalam sekejap. Bisa sangat berguna agar kondisi emosi tetap terjaga saat menghadapi pertanyaan anak2 atau orang lain yg biasanya membuat emosi teraduk2. Kapan2 kalau kita ketemu, nanti aku share ya,Mbak Mira???
zata says
makasih mba Mir tips-nya.., aku jadi inget sama sodara perempuanku yang awalnya kesulitan menjelaskan tentang perpisahan dia dan ayahnya anak2, tapi dengan berjalannya waktu, saat dianya udah lebih siap, anak2 bisa kok akhirnya mengerti..
Dewi Nuryanti says
Bermanfaat mba tipsnya. Makasih ya. Tapi memang berat ya menjelaskan hal yg menurut saya sih sangat sensitif seperti itu. Apalagi saat menjelaskan kenapa memilih bercerai pada anak.
Ika Puspitasari says
Belum tentu semua perempuan yang mengalami perceraian mampu menjawab pertanyaan2 dari anak-anaknya. Salut Mak Mira 🙂
Elok Faiqotul says
Meski aku belum jadi seorang ibu, tapi pernah kehilangan ayah dan kini punya adek lagi. Udah cukup tahu bagaimana rasanya menjaga psikis anak mbak. Susah-susah gampang. Dan sekali terluka, susah sembuh nya. Semangat ya mbak !
rina says
dari pada menjawab “ada hal-hal yang belum bisa kamu pahami secara detil saat ini. Mungkin nanti kalau kamu sudah beranjak dewasa, kamu akan mengerti” apa ga lebih baik dijawab, ayah dan bunda tida cocok, kami sering bertengkar, jadi kami lebih baik pisah..atau menjelaskan yang sebenarnya dengan bahasa anak-anak, atau bahasa yang dipahami anak-anak? karena penjelasan mbak tidak menjawab pertanyaan anaknya menurut saya
just a thought, saya belum merid jadi kurang paham jg 🙂
nufazee says
Semangat Mak, time will heal *peluuuk
Hilda Ikka says
Keren Mak Mira, jawabannya cenderung netral dan positif. Semoga bisa membantu para orang tua yang punya problem sama. 🙂
farida says
nice tips. terimakasih sudah berbagi.
keep strong dan titip peluk buat anak2nya ya.. 🙂
Irma Devita says
Sharing tips yang mengharukan. Tetap semangat ya mbak Mira . Semoga Allah SWT memberikan kemudahan dan RhamatNya untuk kalian bertiga.
hidayati says
Mama?tanngguh
Ardiba says
Nggak gampang memang menjawab dan meyakinkan anak2. Tapi semua memang yg terbaik. Semangat Mak..
Sri Mulyani says
Semoga bahagiakah selalu bersamaan anak-anak yang manis ?
Semangat terus ya…
Fanny Fristhika Nila says
Mungkin yg aku syukuri dr perceraianku pertama, itu krn ga ada anak dr pernikahan kami :). Jd aku ga harus menjawab pertanyaan seperti itu. Harapan sih, semoga dengan yg skr, ttp langgeng, jd anak2 ga akan mengalami ortunya berpisah.. :(.. Kebayang sih mba, susahnya menjawab pertanyaan itu, apalagi kalo perpisahan kita jg ga baik2..
hani says
Terimakasih sharingnya. Semoga sehat selalu dan anak” menjadi anak” yang tangguh…
Jalan-jalan KeNai says
Kadang pertanyaan seperti itu menjadi sangat menakutkan bagi sebagian orang. Makanya ada.yang memilih tetap bertahan dengan pasangannya padahal sudah tidak.ada kecocokan.
Harus bener-bener tenang ya, Mak. Setuju banget deh kalau yang harus diobati adalah diri sendiri dulu 😉
Anggun Fuji says
Mamira… maaf aku baru tau :<
Inspiring banget tipsnya, semoga Mamira selalu diberikan kesehatan, kemudahan. *peluuk*
Uli says
Moma kereen
Nike says
saluuut sama mba mira.. bisa tenang menjawab ppertanyaan kritis nya si kecil.. ngga kebayang perasaannya mba waktu di tanya begitu.. artinya kita harus bisa ngelola emosi banget sebelum menjawab pertanyaan bocah cilik itu.. semoga semuanya berjalan baik ya mba.. sehat2 semuanya
Toko Indo Furniture says
Mantab mbk,, Keren pokonya,,
Jadi tambah pengetahuan nih,, makasih,, makasih,,, the best
Enny says
Dari pengalaman pahit bisa jadi tips berguna untuk para pembaca, mba. Keep Sharing, Keep Writing, moma ?
Muwasaun Niam says
iya sih, kadang masih bingung kalau anak tanya perceraian pada saya.
Andreas says
Tips menarik, mom.
dewi indriyani says
Huwaaaahhhh kamu hebat sekali kak. Aku terharu bacanya. 🙂
Rosanna Simanjuntak says
Semakin ke sini usia, aku semakin mengerti. Mengapa perceraian meski tak disukai Allah tetapi dihalalkan. Ternyata pernikahan ibarat tanaman. Kudu dirawat kedua belah pihak ya.
Setuju. Anak kudu dibiarkan mengekspresikan perasaan dan pentingnya menegaskan bahwa Ayah dan Ibu tetap menyayangi mereka meski tinggal terpisah.